Senin, 07 April 2014

PERMAINAN BOLA HITAM PUTIH

Dalam deraian hujan, berselimut awan hitam, bersatu dengan alunan angin.
Tarian kaki kecil bergerak berganti menemani senyum bahagia.
Semakin deras airnya berjatuhan, maka semakin kencang pula hentakan kaki.
Tertawa bahagia tersungging memancar dari wajah yang tak tampak.
yah.. itulah KEPALSUAN!!!
tahukah kamu arti dari deraian hujan itu????
tahukan kamu arti dari awan hitam itu???
dan taukah kamu arti dari alunan angin yang tak beraturan itu???
bukan kamu tahu jikalau IMPIANKU ADALAH MENJADI LANGIT.???
yahh... itulah KEBENARAN.
senyum tidaklah nyata,
tarian tidaklah nyata
tawa tidaklah nyata.
karena itu hanyalah KEPALSUANKU.
Hujan adalah tangisku.
awan hitam adalah amarahku.
angin adalah kebencianku.
dan itulah KEBENARANKU.
dan itu semua karena KEPALSUANMU yang tak menganggap KEBENARANKU.
yang mengganggapku hanyalah permainan yang kau jadikan KEBENARANMU 
dan kebohonganmu tlah membuatku tidak menjadi diriku sendiri yang menjadikanku hidup dalam KEPALSUANKU..
enyah... enyahh... enyah...
jangan hidup dalam KEBENARANKU jika yang kau bawa hanyalah KEPALSUANMU.

by : VIVI FEBRY ELFIRA

Laporan Pendahulan Pada Pasien Tuberculosis

BAB   I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Dengan makin pesatnya  kemajuan lalu lintas di Indonesia baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambanhnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas fraktur adalah akibatkecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas sering mengakibatkan trauma kecepatan tinggi dan kita harus waspada  terhadap kemungkinan politrauma yang dapat mengakibatkan trauma organ-organ lain.
Trauma merupakan topik yang menonjol pada saat ini. Boleh dikatakan tempat tidur  bedah orthopedic lebih dari 50 % ditempati oleh kasus trauma. Pengertian mengenai pertolongan pertama, amblance service, perlu ditingkatkan lebih-lebih dalam menghadapi patah tulang terbuka. Tidak jarang patah tulang terbuka terjadi pada kecelakaan, bukan merupakan patah tulang terbuka yang sederhana, akan tetapi menyangkut jaringan lunak yang akan turut menentukan tindakan yang akan diambil, yaitu dipertahankannya anggota gerak tersebut atau diamputasi. Sebagaicontoh, misalnya pada patah tulang terbuka disertai putusnya pembuluh darah besar, atau disertai putusnya saraf perifeer atau  kehilangan kulit yang luas. Oleh karena itu, pengertian mengenai perbaikan kerusakan jaringan  lunak  perlu diketahui dan pelaksanaan perbaikan jaringan lunak tewrsebut harus dapat dilakukan oleh  seorang spesialis bedah orthopedic sesuai dengan kondisai setempat . Juga pengertian mengenai penyulit  yang mungkin timbul serta cara mengatasi, termasuk rehabilitasinya harus pula diketahui oleh spesialis bedah orthopedic.
Dengan demikian, sembuhnya penderita bukan hanya berarti luka telah menutup, patah tulang telah menyambung, atau saraf putus telah disembung, akan tetapi juga berarti  kembalinya faal atau fungsi dari anggota badan tersebut. Apabila hal tersebut tidak dapat tercapai,maka penyembuhan dan pengembalian yang semaksimal mungkin harus sudah dapat diperhitungkan dari sejak awal. Sebagai contoh misalnya pada trauma tulang belakang yang menyebabkan  fraktur dislokasi, dengan atau tanpa kelumpuhan anggota gerak (paraplegia atau tetraplegia), dimana timbul kesulitan dalam penanggulangannya antaralain komplikasi /penyakit yang timbul seperti dekubitus, inkontinensia urine, pneumonia, kontraktur sendi, mental breakdown. Diharapkan kemampuan perawat untuk mengatasi  masalah ini dan melaksanakan rehabilitasi untuk dapat membuat penderita mandiri.
Berdasarkan kajian kasus diatas kiranya perlu untuk diangkat sebagai suatu kasus yang disajikan melalui forum bersama dalam rangkan meningkatkan ola asuhan keperawatan yang lebih baik sehingga berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

  1. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Memperolah gambaran nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system muskuloskletal : Fraktur compressi
Tujuan Khusus:
Diperoleh gambaran nyata tentang :
1.      Pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi
2.      Penegakan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi
3.      Intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi
4.      Implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktuyr compressi
5.      Evaluasi keperawatan dan dokumentasi hasil asuhan keperatan pada klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi
6.      Identifikasi kesenjangan antara teori dan tatanan klinik dalam merawat klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi

  1. Manfaat
1.      Mahasiswa memperoleh gambaran dan pengalaman belajar dalam merawat klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi.
2.      Sebagai bahan masukan bagi perawat ruangan dalam merawat klien dangan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi.
3.      Sebagai bahan acuan untuk penyajian kasus dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi yang selanjutnya.
































BAB II
KONSEP DASAR

    A.    Konsep Dasar Medik

1.      Pengertian
Tuberculosis TB adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe, agent infeksius utama dalah Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat, sensitive terhadap panas dan sianr ultraviolet. M. bivos dan M avium pernah ada dengan kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 ɱm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.

2.      Etiologi
Penyebab tuberculosis paru adalah mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman batang tahan asam.


4.      Diagnosis dan manifestasi klinik
     Pada stadium dini penyakit tuberculosa biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas.         
      Tuberculosa  dapat didiagnosa dengan fase tuberculin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan 
       bakteriologik. Menurut COC suatu kasus tuberculosis dapat dipastikan bila organisme M. Tuberculosis 
      dapat diidentifikasi.
Jika bakteri tidak diperoleh maka laporan kasus tuberculosis dianggap benar bila hal – hal berikut ini dapat ditemukan.
a.       Prosedur diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap (Reaksi Hipersensitivitas berupa : Tes tuberculin intradermal mantoux, tes tuberculin dengan suntikan jet, tes tuberculin tusukan majemuk.
b.      Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan bakteriologik
c.       Radiografik dada dengan hasil abnormal dan / atau bukti klinis akan adanya penyakit ini.
d.      Keputusan unutk memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua atau lebih obat tuberculosis.

Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya destruksi jaringan paru, produksi sputum semakin banyak. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan kasus – kasus yang sudah lanjut. Beberapa penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam hari dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronchitis akut dan pneumonia.

5.      Klasifikasi
Klasifikasi  TBC didasarkan pada hubungan yang luas antara parasit dan penderita, hubungan ini di tunjukkan dengan riwayat terjangkitnya penyakit infeksi , dan penyakit menular.
Klasifikasi ini dapat dibagi menjadi 6 kategori atau kelas yang ditujukan untuk anak-anak dan dewasa.

Y  Kelas 0
Tak ada jangkitan TBC, tidak terinfeksi.
Y  Kelas 1
Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi.
Y  Kelas 3
TBC  ;  saat ini sedang sakit, lokasi penyakit paru-paru, pleura, limfatik, tulang dan atau sendi, kemih, kelamin, diseminata [milier], meningeal, peritoneal dll.
Y   Kelas 4
TBC ;   saat ini sedang tidak menderita penyakit, dalam pengobatan kemoterapi.
Y  Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan TBC.
         
6.      Pengobatan dan prinsip – prinsip kemoterapi
Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat anti mikroba dalam waktu jangka yang lama obat-obat juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus mengganggu fungsi viral kuman tuberculosis tanpa membahayakan klien.stead dan bates [ 1983] menekankan bahwa ‘’pilihan terapi harus di pandu oleh prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya .
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah ;
a.       obat terpilih harus merupakan obat terhadap basil yang masih peka.
b.      Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih peka, perubahan alami kearah resistem timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai 1juta organisme.
c.       Obat- obatan bakterisidal lebih disukai.
d.      Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan satu macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
e.       Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh.
f.       Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan efek maksimal terhadap hasil . 

Kelompok-kelompok resiko tinggi berikut ini harus mengalami pengobatan pencegahan;
a.       anggota keluarga atau mereka yang dekat dengan penderita yang baru diaknosis terinfeksi tuberculosis.
b.      Tes kulit tuberculin positif, disertai ditemukannya hasil radiogram yang sesuai dengan penyakit tuberculosis non proknesifdan yang belum perna menarima pengobatan kemoterapi ade kuat dimasa lampau.
c.       Orang yang baru saja terinfeksi.
d.       Orang yang memiliki reasi tuberculin bermakna dalam keadaan klinik khusus.
e.       Orang yang reaksi tuberculin bermakna juga memiliki AB terhadap virus HIV.
f.       Orang-orang dengan reaksi tuberculin bermakna yang berada dalam keadaan epidemiologi khusus.

Obat – obat  Kemoterapi Untuk Pengobatan Tuberculosis

¨      Obat – obat untuk pengobatan awal :
1.      Isoniazid
Dosis
-          Harian : 300 mg PO atau IM ( 10-20 mg / kg BB )
-          Dua kali / minggu : 15 mg / kg BB PO atau IM
Efek samping utama
Neuritis perifer, Hipersensitivitas dan hepatitis
Pemantauan :
AST / ALT ( tidak rutin )
Keterangan :
Untuk neuritis : Piridokain  10 mg sebagai pencegahan , 50 – 100 mg untuk pengpbatan.

2.      Rifampicin
Dosis :
-          Harian : 600 mg PO atau IM ( 10 - 20 mg / kg BB )
-          Dua kali / minggu : 600 mg PO
Efek samping utama :
Gangguan saluran pencernaan ( anoreksia, mual, muntah, diare ) hepatitis dan penekanan kekebalan
Pemantauan :
AST / ALT
Keterangan :
Perlu penyesuaian obta yang dapat dipakai dengan kontrasepsi oral, anti koagulan, kortikosteroid.

3.      Ethambutol Hidroklorida
Dosis :
-          Harian : 15 – 25 mg / kg BB PO
-          Dua kali / minggu : 50 mg / kg BB
Efek samping utama :
Neuritis optikal ( reversible bila obat segera dihentikan ), ruam pada kulit
Pemantauan :
AST / ALT
Keterangan :
Tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil. Harus diberikan secara hati-hati pada penderita dengan insufisiensi ginjal.

4.      Pyrazinamide
Dosis
-          Harian : 2 gr  (PO 15 – 30 mg / kg BB )
-          Dua kali / minggu : 50 – 70 mg / kg BB
Efek samping utama :
Hepatotoksik, hipeurisemia, atralgia, ruam kulit
Pemantauan :
AST / ALT. As. Urat
Keterangan :
Alloperinol atau probenesid untuk mengurangi as. Urat serum
           
5.      Streptomycine
Dosis
-          Harian : 0,75 – 1 gr IM ( 15 – 2- mg / kg BB )
-          Dua kali / minggu : 25 – 30 mg / kg BB
Efek samping utama : Ototoksik
Pemantauan :
Audiogram, fungsi vestibular, BUN dan kreatinin
Keterangan :
Berikan dengan hati – hati pada individu yang lebih tua. Hindari penggunaan obat ini pada penderita dengan insufisiensi ginjal.

¨      Obat – obat untuk  pilihan kedua
1.      Capreomycine
Dosis :
·         1 gram IM ( 15 – 30 mg / kg BB )
Efek samping utama :
Nefrotoksik, ototoksik
Pemantauan :
Audiogram, fungsi vestibular, BUN dan Kreatinin
Keterangan :
Berikan dengan hati – hati pada individu yang lebih tua. Hindari penggunaan obat ini pada penderita dengan insufisiensi ginjal


2.      Cycloserine
Dosis :
-          Harian ; 1 gram PO ( 15 – 20 mg / kg BB )
Efek samping utama :
Perubahan personalitas, psikosis, kejang, ruam
Pemantauan :
Test psikologis
Keterangan
Obati neurotoksisitas dengan piridoksin 100 – 200 mg setiap hari

3.      Kanamicine
Dosis ;
-          Harian : 1 gram IM ( 15 – 30 mg / kg BB )
Efek samping utama :
Toksisitas auditori, nefrotoksik.
Pemantauan :
Audigram fungsi vestibular, BUN dan kreatinin
Keterangan :
Berikan dengan hati – hati pada individu yang lebih tua. Hindari penggunaan obat ini pada penderita dengan insufisiensi ginjal

7.      Pencegahan dan Pengandalian
Program – program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk mendeteksi kasus-kasus dan menemukan sumber infeksi secara dini. Terapi pencegahan TBC dengan  obat anti Mikroba merupakan sarana yang efektif untuk mengontrol penyakit. Hal ini merupakan tindakan preventif yang ditunjukkan baik untuk mereka yang sudah terinfeksi maupun masyarakat pada umumnya.
Eradikasi TBC dilakukan dengan menggabungkan kemoterapi yang efektif, identifikasi segera dan tindak lanjut pada orang yang mengalami kontak dengan penyakit ini, dan terapi kemopropilaktik pada kelompok – kelompok populasi yang bereaksi tinggi.

B.     Konsep Keperawatan

Fokus Assesment
a.      Riwayat Keperawatan
1.      Aktifitas / Istirahat
Gejala : kelemahan umum,napas pendek karena kerja,kesulitan tidur pada malam hari, menggigil,dan atau berkeringat, mimpi buruk.
Tanda  : Teknikardi, takipnea / dispnea pada saat kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
2.      Integritas Ego
Gejala  : Adanya / faktor stress lama, masalah keuangan dan rumah, perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan, populasi / etnik.
Tanda   : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini ) Ansietal, katakutan dan mudah teransang.     
3.      Makanan /cairan
Gejala  : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan.
Tanda   : Turgar kulit buruk, kering / kulit bersisik, kehilangan marsa otot / hilang lemak sub kutan.
4.      Nyeri / kenyamanan
Gejala   : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda   : Berhati-hati pada areayang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5.      Pernafasan
Gejala : Batuk produktif / non produktif, nafas pendek, rewayat TBC / terpasan pada individu terinfeksi.

Tanda  : Peningkatan frekwensi pernafasan, pengembangan pernafasan tidak disimetris, perkusi pekak dan penurunan vokal fremitus, bunyi nafas menurun / tidak ada secara bilateral / unilateral.
Karakteristik spatum : Hijau / puralen, mukosa kuning atau bercak darah, deviasi trakeal, tidak ada perhatian, mudah tersinggung, pada jalan nafas, perubahan mental.
6.      Keamanan
Gejala   : Adanya kondisi penekanan umum, ex : AIDS, Kanker.
Tanda   : demam rendah atau sakit panas akit.
7.      Interaksi sosial
Gejala   : perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perubahan pola dalam tanggung jawab /  perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
8.      Penyuluhan / pembelajaran
Gejala   : Riwayat keluarga TB ketidak mampuan umum /status kesehatan buruh gagal memperbaiki / kambuhnya TB.

b.      Pemeriksaan fisik
Kelainan yang didapatkan sangat tergantung dari luas dan jenis kelainan struktural paru yang diakibatkan oleh penyakit, dan terlibat tidaknya bronkus dalam proses.
Kelainan – kelainan jasmani yang mungkin didapankan antara lain :

1.      Tanda-tanda adanya infiltrat yang luas atau konsulidasi,terdapat premitus mengeras, perkuri redup, suara nafas bronchial dengan atau tanpa ronkhi.
2.      Tanda-tanda kenaikan paru, diagragma, mediastinum,atau pleura dada,asimetris, pergerakan nafas yang tertinggal,pergeseran dari batas-batas ketok diafragma, jantung, suara nafas melemah, dengan atau tanpa ronkhe
3.      Tanda-tanda cavitas yang berhubungan dengan bronkus
4.      Sekret disaluran nafas  : Ronkhi basah / kering.

Lokasi kelainan : walaupun lesi TB,mempunyai prediteksi dipuncak paru, namun kelainan dapat terjadi pada semua bagian paru. Kelainan jasmani umumnya tidak banyak membantu.
                       
c.       Pemeriksaan diagnostik
1.      Kultus sputum :  positif untuk M.Tuberculosis pada tahap akhir penyakit
2.      Ziehi - Neelsen  :  positif untuk basil asam.
3.      Teskulit.
4.      Elisa / Western Blot.
5.      Foto toraks
6.      Histologi atau kultur jaringan
7.      Biopsi jarum pada jaringan paru.
8.      Elektoliz.
9.      GDA.
10.  Pemeriksaa n fungsih paru.

B.   Rencana Asuhan Keperawatan.

Diagnosa dan intervensi yang lazim terjadi pada klien dengan TB paru :
  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekret kental, atau darah, kelmahan,upaya batuk batuk buruk, edema trakheal /faringeal ditandai dengan  :
-          frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman tidak normal.
-          Bunyi nafas tidak normal (Ronkhi Weezing ) stridor.
-          Dispnea .
Tujuan :
Klien menunjukan prilaku untuk memperbaiki / mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan criteria :
-          Batuk efektif tanpa bantuan
-          Ronchi (-)
-          AGD dalam batas normal
-          Frekwensi nafas dalam batas normal
-          Bunyi nafas vascular pada lapang paru
-          Klien akan berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi.


Intervensi :
    1. Kaji fungsi pernafasan misalnya : bunyi nafas, kecepatan irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
Rasional :
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, whweezing menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
    1. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, cata karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional :
Pengeluaran sekret sulit jika sangat kental, sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan ( kavitasi ) paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
    1. Berikan klien posisi semi fowler tinggi, Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam
Rasional :
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
    1. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hr kecuali kontra indikasi
Rasional :
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret, membuat mudah dikeluarkan.

    1. Beri obat – obatan sesuai indikasi
Agent mukolitik
Rasional :
Menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pemeriksaan.

Bronhodilator
Rasional :
Meningkatkan ukuran lumen percabangan tracheobrachial.

  1. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar, kapiler, secret kental dan tebal, edema bronchial
Tujuan :
Klien akan melaporkan / menampakkan tidak adanya / penurunan ekspirasi,  dengan criteria :
-          Klien akan terbebas dari gejala distress pernafasan
-          Bebas dari adanya hipoksia
-          Klien bebas dari cianosis
-          Frekwensi nafas dalam batas normal.
Intervensi :
    1. Kaji Dispnoe, takipnoe, menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan
Rasional :
TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil BP sampai inflamasi difus luas, nekrosisn efusi pleura dan fibrosa luas, efek pernafasan dapat dari ringan sampai dispnoe berat sampai distress pernafasan.
    1. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan pada kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional :
Akumulasi secrte / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
    1. Tingkatkan tirah baring / batasi aktifitas dan Bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional :
Menurunkan komsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
  1. Risiko tinggi penyebaran infeksi/aktivasi ulang berhubungan dengan :
-          pertahanan primer tidak adekuat
-          kerusakan jaringan/tambahan
-          penuerunan pertahanan
-          malnutrisi
-          terpajan lingkungan
-          skurang penbgetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
Tujuan :
Klien akan mnegambil tindakan untuk mencegah/ menurunkan resiko penyebaran infeksi, dengan criteria :
-          suhu tubuh dalam batas normal
-          leukosit dalam batas normal
-          pemeriksaan kultur negatif
-          pengetahuan ibu meningkat mengenai risiko infeksi dan pencegahannya.
Intrvensi :
    1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, bicara, tertawa, menyanyi dll.
Rasional :
Membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang atau konflikasi.
    1. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh: anggota rumah tangga,        sahabat karib.
Rasional :
Orang-orang nyang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.
    1. anjurkan klien untuk batuk / bersin untuk mengeluarkan pada tissu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tissu sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi/ demonstrasikan.
Rasional :
Prilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
    1. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh: masker atau isolasi pernapasan.
Rasional :
Dapat membantu menurunkan rasas terisolasi dan membuang stigma
sosial sehubungan dengan penyakit menular.
                                   



























BAB III

Pengkajian Data Dasar

Tempat praktek        : Ruang perawatan interna perjan RSUP Dr. Wahidin SH
Tanggal                      : 07 Juli s/d 12 Juli 2013

I.       Identitas Diri Klien
Nama                     :  Ny. M
TTL                       :  Toraja, Tahun 1947
Umur                     :  60 tahun
Jenis Kelamin        :  Perempuan
Alamat                  :  Jl. Kandea III
Status perkawinan : Kawin
Agama                   : Kristen
Suku                       : Toraja
Pendidikan             : -
Pekerjaan                : IRT
Lama Bekerja         : -
Tanggal masuk RS  : 06 juli 2013
Sumber informasi  :  Status, klien sendiri dan anaknya
Keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi  :  Suami / anak klien
Pendidikan                        :  -
Pekerjaan               :  Tukang Kayu
Alamat                  :  Jl. Kandea III

II.    Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama  :  Sesak napas
Alasan masuk  : 
Keluhan dirasakan sejak satu tahun yang lalu yaitu batuk berlendir berwarna kuning kehijauan. Keluhan sesak dirasakan tangal 6 Juli 2003 keluhan tersebut dirasakan terus menerus dan dipengaruhi oleh aktifitas. Sakit dada dirasakan bersamaan dengan sesaknya yaitu pada dada bagian kiri
2.      Faktor pencetus           :  Udara dingin dan aktifitas
3.      Lamanya keluhan        :  1 hari yang lalu. Tanggal 6 Juli 2003
4.      Timbulnya keluhan      :  Bertahap, mula mula agak sesak, kemudian bertambah sesak setelah beraktifitas.
5.      Faktor yang memperberat  :  Aktivitas dan cuaca.
6.      Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya  :  Beristirahat, tapi sesaknya tidak berkurang sehingga pasien dibawa ke rumah sakit
7.      Diagnosa Medik :
1)      Tuberkulosis Paru           tanggal April 2003
2)       Kista Tiroid                   tahun 2000
3)      Anemia                           tanggal 7 Juli 2003
4)      Dispepsia                        tanggal 6 Juli 2003
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
  1. Penyakit yang pernah dialami
    1. Kanak kanak : Klien mengatakan jarang sakit
    2. Kecelakaan : Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
    3. Klien sebelumnya pernah dirawat :
*      Dirumah Sakit Perjan Dr. Wahidin Sudirohusodo tiga tahun yang lalu dengan diagnosa kista tiroid
*      Dirawat di RSLB 6 bulan yang lalu dengan TB Paru
*      Dan sekarang
    1. Klien mengatakan pernah mengalami batuk darah tahun 2001 dan saat ini sedang menjalani terapi spesifik.
    2. Operasi
Klien mengatakan pernah disedot cairan kistanya sebanyak tiga kali
  1. Alergi
Tidak ada riwayat alergi
  1. Kebiasaan
Minum kopi sejak berumur 20 tahun
  1. Obat obatan
Lamanya tiga bulan resep dari dokter RSLB yaitu pengobatan tuberculosis paru
IV.             Riwayat Lingkungan
Kebersihan      : Klien mengatakan kurang bersih, sebab tinggal didaerah yang padat.
Bahaya                        :  Lingkungan disekitar klien aman.
Polusi              :  Tidak ada
V.          Aspek Psikososial
1.      Pola Pikir dan Persepsi
Klien  menggunakan alat bantu penglihatan : kaca mata
2.      Persepsi sendiri
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Klien mengatakan memikirkan penyakitnya dan penyakit anaknya yang rawat bersamaan.
Harapan setelah menjalani perawatan : Cepat sembuh dan segera pulang ke rumah untuk berkumpul kembali dengan keluarga.
Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Klien mengatakan berat badannya semakin menurun.
3.      Suasana hati
Nampak sedih.
4.      Hubungan/komunikasi
a.                   Bicara : Jelas, relevan dan mampu mengekspresikan perasaanya.
Bahasa utama  : Bahasa Indonesia.
Bahasa daerah : Bahasa Toraja.
b.      Tempat tinggal.
Bersama suami dan keempat anaknya yang belum menikah.
c.       Kebiasaan keluarga.
Pembuatan keputusan dalam keluarga : Secara musyawarah oleh seluruh anggota keluarga.
Keuangan : Kurang , penghasilan keluarga tidak mencukupi.
d.      Kesulitan dalam keluarga
Tidak ada, sebab hubungan dengan sanak saudara dengan anggota keluarga lainnya baik.
5.      Kebiasaan seksual.
a.       Gangguan hubungan seksual disebabkan oleh : Klien sudah menopause.
b.      Pemahaman terhadap fungsi seksual : Klien mengatakan hubungan seksual tidak begitu penting lagi bagi dirinya dan suaminya yang penting saling menyayangi satu sama lain.
6.      Pertahanan Koping.
a.       Pengambilan keputusan : Secara musyawarah dengan seluruh anggota keluarganya.
b.      Yang ingin dirubah dari kehidupan : Klien menginginkan penghasilan yang cukup sehingga bisa membiayai seluruh anggota keluarganya.
c.       Yang dilakukan jika stress : Klien kebanyakan diam, klien mengatakan selalu memendam sendiri masalahnya.
d.      Apa yang dilakukan perawat agar klien nyaman dan aman : Selalu berada disamping klien jika dibutuhkan dan menjelaskan apa yang terjadi dengan kondisi kesehatan klien.
7.      Spiritual/kepercayaan
a.       Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk klien : Ya, sangat penting.
c.       Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan : sebelum sakit klien rajin kegereja yaitu sekali seminggu.
d.      Kegiatan agama atau kepercayaan selama di RS : Membaca al kitab dan berdoa.
VI.             Aktifitas Sehari-hari
a.      Nutrisi
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.Selera makan

2.Menu makan

3.Frekwensi makan

4.Makanan yang disukai
5.Makanan pantang
6.Pembatasan pola makan
7.Cara makan

8. Ritual saat makan
Baik, porsi makan habis

Nasi, sayur, ikan dan kadang buah
3 kali sehari

Yang berkuah, missal : Sup
Yang pedas
Tidak ada

Dimeja makan bersama keluarga
Berdoa
Kurang, sebab klien mual,muntah dan sesak.
Bubur, ikan, daging, sayur, buah dan susu (TKTP)
3 kali sehari, tetapi porsi tidak dihabiskan
Yang berkuah dan lunak
Yang pedas
Makanan lunak

Disuapi oleh anaknya

Berdoa

b.      Cairan
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.   Jenis minuman

2.   Frekwensi minum

3.   Kebutuhan cairan
4.   Cara pemenuhan

Air putih, kopi dan kadang-kadang the
5-6x/hari

Terpenuhi
Melalui makanan dan minuman
Air putih dan susu

Sedikit tapi sering klien minum
Terpenuhi
Melalui makanan dan minuman

c.          Eliminasi (Defekasi dan Berkemih)
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.   Tempat pembuangan
2.   Frekwensi (waktu)


3.   Konsistensi
4.   Warna


5.   Bau

6.   Kesulitan

7.   Obat pencahar
WC (Kloset)
Defekasi : 1x/hari (Pagi)

Berkemih : 3-4x/hari
Lunak
Defekasi : Kuning
Berkemih : Agak kekuningan
Amoniak

Tidak ada

Tidak pernah menggunakan

Pot (Badfan)
Klien belum defekasi sejak masuk RS
2 kali sehari
-
-
Kuning kecoklatan (agak pekat warnanya)
Aminiak+bau kahs antibiotic
Klien belum Bab sejak masuk RS.
Belum pernah Bab.


d.      Istirahat/Tidur
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.   Jam tidur
-          Siang
-          Malam
2.   Lama tidur/hari
3.   Pola tidur
4.   Kebiasaan sebelum tidur
5.   Kesulitan tidur

14.00-16.00
22.00-05.00
9 jam
Teratur
Berdoa

Tidak ada



Klien tidak bisa tidur
21.00-05.00
8 jam
Tidak teratur
Berdoa

Pada siang hari, karena banyak pengunjung.

e.          Olah Raga
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.   Program olah raga

2.   Jenis dan frekwensi
3.   Kondisi setelah berolah raga
Klien tidak pernah berolah raga
-
-
-

-
-


f.       Personal Hygiene
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.   Mandi
a.       Cara


b.      Frekwensi

c.       Tempat mandi
2.   Cuci rambut
a.       Frekwensi
b.      Cara


3.   Gunting kuku
a.       Frekwensi.
b.      Cara

4.   Gosok gigi
a.       Frekwensi

b.      Cara

Memakai sabun mandi


2 kali sehari

Sumur di belakang rumah

2 kali seminggu
Memakai santan kelapa dan kadang-kadang memakai shampoo.

Setiap kali kuku panjang
Menggunakan pisau atau silet.

2 kali sehari

Menggunakan pasta gigi


Memakai sabun dan klien dimandikan diatas tempat tidur.
1 kali sehari yaitu pada pagi hari.
Diatas tempat tidur

Belum pernah sejak sakit
-



Setiap kali kuku panjang
Menggunakan gunting kuku


Belum pernah sejak masuk RS
-






g.         Aktifitas/Mobilitas Fisik
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.   Kegiatan sehari-hari



2.   Pengaturan jadual harian
3.   Penggunaan alat Bantu aktifitas
4.   Kesulitan pergerakan tubuh

Melakukan pekerjaan rumah tangga : Memasak, mencuci, membersihkan rumah dll.
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Beristirahat (tidur)



Ada, yaitu : Jadwal makan, tidur.
Tidak ada

Tidak ada, hanya klien sesak jadi tidak bisa beraktifitas.

h.      Rekreasi
KONDISI
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
1.Waktu luang
2.Perasaan setelah rekreasi
3.Waktu senggang keluarga

4. Kegiatan hari libur

Nonton Televisi
Merasa senang dan beban (masalah) sedikit terlupakan
Berkumpul dengan anak dan suami yaitu pada malam hari
Membersihkan rumah bersama
Beristirahat (tidur)
-

-


-

VII.    Pengkajian Fisik
A.    Keadaan umum klien :  Lemah
B.     Vital Sign :
TD             :  100/70 mmHg
N               :  80 x/menit
P                :  34 x/menit
S                :  36,7  C
C.     Antropometri
                  Sebelum sakit
TB             :  155 cm
BB             :  45 Kg
Saat sakit
TB             :  155 cm
BB             :  36 Kg
D.    Sistem Pernafasan
*      Hidung
Simetris dan tidak ada septum deviasi, pernafasan cuping hidung, tidak ada secret pada lubang hidung dan tidak ada epistaksis.
Terpasang oksigen 4 liter/menit
*      Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Teraba massa tumor pada leher sebelah kiri.
Ada distensi vena jugularis pada leher sebelah kanan sedangkan sebelah kiri tidak nampak sebab ada massa tumor.
*      Dada
Bentuk dada  :  Barel chest
Gerakan dada :  Tidak sama antara dada sebelah kiri dan kanan, sebelah kiri gerakannya kurang. Menggunakan otot Bantu pernafasan.
Suara Nafas :
Fokal fremitus  : Lebih kuat getarannya pada dada sebelah kanan.
Suara nafas tambahan  :  Ronchi basah
Tidak ada clubbing finger.
*      Klien batuk, dan merasakan nyeri pada dada jika batuk.
*      Sputum berwarna kuning kehijauan.

E.     Sistem Cardiovaskuler
Konjuctiva                        :  Anemi, nampak pucat
Bibir                      :  Kering dan pecah-pecah
Capilary refilling time       :  6 detik
Ukuran jantung     :  Normal, tidak ada pembesaran jantung
Suara jantung        :  S1 dan S2 terdengar murni, tidak ada bising aorta, murmur dan gallop.
Irama jantung berdasarkan pemeriksaan EKG  :  Sinus ritme
Palpitasi  :  Tidak dirasakan oleh klien
Nyeri dada              :  Pada dada sebelah kiri terasa nyeri.

F.      Sistem Pencernaan
*      Sklera 
Berwarna putih, tidak ikterus.
*      Mulut
Tidak ada stomatitis, kemampuan menelan baik.
Nampak pucat pada bibir
*      Gaster
Tidak kembung,
*      Abdomen
Hati     :  Tidak ada pembesaran
Klien merasakan nyeri pada perut, dan sulit menentukan lokasinya.
Gerakan peristaltic : Normal 5-15 x/menit
*      Anus
Klien mengatakan ada hemorrhoid, dan dialami klien sejak 2 tahun yang lalu.
G.    Sistem Indra
1.      Mata
*      Kelopak mata
Pada saat perabaan tidak ada peningkatan TIO. Bulu mata dan alis mata tidak mudah tercabut.
*      Konjungtiva                      : Pucat
*      Sclera                                :  Tidak ikterus
*      Ukuran pupil                     :  2 mm dan isokor
*      Visus                                 : 
*      Lapang pandang   :
*      Tidak ada tanda-tanda radang
*      Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan mata
*      Tidak pernah operasi mata
*      Klien menggunakan kaca mata sebagai alat Bantu.
2.      Hidung
*      Penciuman             :  Klien dapat membedakan bau.
*      Tidak ada trauma dan mimisan
*      Ada secret pada lubang hidung
*      Reaksi allergi         :  Klien mengatakan alergi terhadap cuaca yang dingin  dan bisa menyebabkan klien mengalami flu dan sesak.
*      Cara mengatasinya  :  Memakai pakaian tebal dan menggosok badan dengan balsam atau minyak kayu putih.
*      Klien mengatakan sering mengalami flu.
3.      Telinga.
*      Keadaan daun telinga       :  Tidak ada luka, kanal auditorius : ada serumen.
*      Fungsi pendengaran          :  Bai, klien dapat mendengarkan suara bisikan.

H.    Sistem Saraf
    1. Fungsi Serebral.
a.       Status mental  :
*      Orientasi  :  Dapat mengenal tempat, waktu dan orang.
*      Daya ingat  :  Baik, klien dapat mengingat semua kejadian yang telah lalu maupun yang sekarang.
*      Perhatian  :  Klien tidak dapat memfokuskan perhatiannya, karena klien sesak.
*      Perhitungan  :  Klien dapat melakukan perhitungan yang sederhana.
*      Bahasa  :  Klien mampu berkomunikasi
b.      Kesadaran
Komposmentis, dengan GCS  = E4M6V5 = 15
    1. Fungsi Cranial
Nervus I   (Olfactorius)           :
Nervus II  (Optikus)               :
Nervus III (Okulomotoris), Nervus IV (Trochlearis), Nervus VI (Abducens)                                   :
Nervus V (Trigeminus)           :
Nervus VII (Facialis)              :
Nervus VIII (Akustikus)        :
Nervus IX   (Glosofaringeus) :
Nervus X    (Vagus)                :
Nervus XI   (Accesoris)          :
Nervus XII  (Hipoglosus)       :
  1. Fungsi Motoris
Massa otot pada ekstremitas : Baik dan tidak terjadi atropi.
Tonus otot       :  Teraba pada saat kontraksi.
Kekuatan otot :  5
4.      Fungsi Sensorik
Sensitif terhadap suhu, nyeri dan getaran
5.      Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan : Tidak dapat dikaji, sebab klien sesak.
6.      Refleks
Biseps              :  Normal (+)
Triseps             :  Normal (+)
Patella             :  Normal (+)
Babinski          :  Normal (-)
7.      Iritasi Meningen
Kaku kuduk    :  Tidak dikaji, sebab posisi klien tidak bisa terlentang, harus semi fowler, sebab klien sesak.
Laseque           :  (-), klien tidak merasakan adanya nyeri
Kernig Sign     :  Mencapai sudut 450 dan tidak ada rasa nyeri
Brudzinski I    :  Tidak dikaji
Brudzinski II   :  (-), tidak ada fleksi involunter pada sendi panggul.

I.       Sistem Muskuloskeletal
1.      Bentuk Kepala                        :  Normosephal
Gerakan                       :  Klien dapat menggerakkan kepala ke kiri dan kekanan

2.      Vertebrae
Klien nampak ada kifosis
Gerakan           :  Klien dapat bergerak dengan leluasa, tanpa menimbulkan rasa sakit pada vertebra.
ROM               :  Klien dapat melakukan ROM aktif.
Fungsi gerak    :  Baik
3.      Pelvis
Gaya jalan       :  Tidak dapat dikaji, sebab klien berbaring terus ditempat tidur, karena sesak.
Gerakan           :  Normal, dapat bergerak tanpa menimbulkan rasa sakit.
ROM               :  Dapat melakukan ROM secara aktif
4.      Lutut
Tidak ada bengkak, kaku dan nyeri pada lutut, klien dapat menggerakkannya secara aktif.
5.      Kaki
Tidak ada oedem dan mampu digerakkan.
6.      Tangan
Tidak ada oedem, dapat dilakukan ROM aktif.
Nampak pucat pada kuku

J.       Sistem Integumen
*      Rambut           :  Sudah banyak uban pada rambut, dan rambut klien mudah tercabut.
*      Kulit                :  Warna           :  Sawo matang
   Temperatur   :  Teraba dingin
   Kelembaban :  Kulit teraba lembab dan berkeringat
   Bulu kulit     :  Ada
   Erupsi           :  Tidak ada
   Ruam            :  Tidak ada
*      Kuku
Warna                          :  Merah muda
Permukaan kuku         :  Halus dan rata
Tidak mudah patah dan bersih.

K.    Sistem Endokrin
*      Kelenjar thyroid
Palpasi             :  Tidak ada pembesaran
*      Ekskresi Urine
Sulit diukur, sebab tidak terpasang catheter dank lien mengatakan berkemihnya lancer.
Tidak mengalami polidipsi dan poliphagi
Suhu Tubuh     :  Teraba dingin, 36,30 C
Klien mengatakan tidak ada riwayat air seni dikerumuni semut.

L.     Sistem Perkemihan
*      Tidak ada oedem palpebra
*      Tidak oedem pada ekstremitas
*      Keadaan kandung kemih        :  Baik, tidak mengalami distensi dank lien dapat berkemih normal dan tidak terpasang catheter.
*      Tidak ada nokturia, disuria dan kencing batu.
                 
M.   Sistem Reproduksi
*      Payudara
Putting susu tidak terbentuk lagi dan payudara kecil.
Tidak dilakukan inspeksi pada organ genitalia.
           

N.    Sistem Immun
*      Allergi :  Klien mengatakan alergi terhadap cuaca dingin.
*      Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca  :  Flu dan sesak.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 6 Juli 2003
                                                                                                         Nilai normal
WBC            :  11.2 H 103/mm3                                                        4.0    -   10.0
RBC             :  4.40 106/mm3                                                            4.00  -   6.00
HGB                        :  10.2 L gr/dl                                                              12.0  -   16.0
HCT             :  33,3 L %                                                                  37.0  -   48.0
PLT              :  367 103/mm3                                                                 150   -   400
PCT              :  298 %                                                                       100   -   500
MCV            :  76 L mm3                                                                  80     -    97
MCH            :  23.1 L Pq                                                                 26,5  -    33,5
MCHC         :  30,5 L g/dl                                                               31,5  -    35,0
RDW            :  16,5 H %                                                                  10.0  -    15.0
MPV                        :  8,1 mm3                                                                     6.5    -    11.0
PDW                        :  12.4 %                                                                      10.0  -    18.0
WBC  FLAGS  :
% Lym         :  10.3 L %                                                                  20.0   -   40.0
% Mon         :  6,6, %                                                                       2.0     -   8.0
% Gra           :  83.1 H %                                                                  53.0   -   80.0
# Lym           :  1,1 L 103/mm3                                                          1.2     -   3.2
# Mon           :  0,7 103/mm3                                                              0.3     -   0.8
# Gra                        :  9,4 H 103/mm3                                                         1.2     -   6.8

LED Jam I   :  14 mm                                                                      LK < 10, Pr <20
         Jam II  :  28
GDS             :  91 mg/dl                                                                   140
Ureum darah                        :  26,1 mg/dl                                                    10      -    50
Kreatinin darah        :  0,88 mg/dl                                       
Uric Acid                 :  4,8 mg/dl                                                      Pr 2.4 – 5.9
SGOT                       :  32 mg/dl                                                       Pr 32
SGPT                       :  24 mg/dl                                                       Pr < 31
Cholesterol HDL     :  38 mg/dl                                                       Pr >65
Cholesterol LDL      :  110 mg/dl                                                     < 130
Tanggal 7 Juli 2003
WBC            :  7.7 H 103/mm3                                 
RBC             :  4.41 103/mm3
HGB                        :  10.3 L gr/dl
HCT             :  34.4 L %
PLT              :  .302 103/mm3
MCV            :  78 L m
MCH            : 23.5 L Pq
MCHC         :  30.1 L g/dl
RDW            :  16.7 H %
MPV                        :  7.5 mm3
PDW                        :  14.1 %
WBC FLAGS  :
% Lym         :  13.0 L %
% Mon         :  7.8 %
% Gra           :  79.2 H %
# Lym           :  1.0 L 103/mm3
# Mon           :  0.6 103/mm3
# Gra                        :  6.1 H 103/mm3
LED Jam I   :  45 mm
         Jam II  : 78 mm
Tanggal 8 Juli 2003
WBC            :  7.7.x 103/mm3
RBC             :  4.41 x 106/mm3
Hb                :  10,3 gr %
PLT              :  400.000/mm3
Kesimpulan  :  Anemia normositik normokrom
                         Leukosit dengan tanda infeksi

Tanggal 9 Juli 2003
Hasil Pemeriksaan Urine
Leukosit       :  1 – 2
Eritrosit        :  1 – 3/LPB
Epitel squamous       :  5 – 7 LPK
Benang-benang mukosa       :  Bakteri penuh
Penampilan   :  Kuning muda

Pemeriksaan Sputum BTA
Pada tanggal 9 Juli pemeriksaan sputum BTA :  (+)
Pada tanggal 10 Juli                                           :  (+)
Pada tanggal 11 Juli                                           :  (+)

Tanggal 6 Juli 2003
Hasil Pemeriksaan Foto Thoraks :
-          Posisi tidak simetris
-          Tampak bercak berawan di kedua lapangan paru terutama bagian atas disertai garis-garis fibrosis dan kalsifikasi. Tampak dua buah nodul dilapangan paru kanan atas.
-          COR       :  Bentuk, letak dan ukuran normal.
-          Sinus diafragma baik.
Kesan :
*      KP duplex lama aktif
*      Observasi nodul post terapi



CATATAN PERKEMBANGAN
NDX
HARI/TANGGAL
JAM
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
1










































2




































































3














































































4










































5

Senin
07 Juli 2013














Selasa
08 Juli 2013














Rabu
09 Juli 2013









Selasa
08 Juli 2013
























Rabu
09 Juli 2013















Kamis
10 Juli 2013











Jum’at
11 Juli 2013











Selasa
08 Juli 2013



















Rabu
09 Juli 2013

















Kamis
10 Juli 2013

















Jum’at
11 Juli 2013


















Rabu
09 Juli 2013






























Kamis
10 Juli 2013









Rabu
09 Juli 2013


















Kamis
10 Juli 2013

13.30















08.30















10.00










14.00

























11.00
















15.00












14.00












13.30




















13.00


















18.00


















18.00



















07.45



















13.30











15.00










11.00



















16.00
S  : - Klien mengatakan masih sesak
O :
- Klien masih nampak sesak
- Masih terpasang O2 4 liter/menit
- Kuku, bibir, konjungtiva masih pucat
- Vital Sign  :
   P :  30 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P  :  Lanjutkan dan tingkatkan intervensi
3. Bimbing klien untuk bernafas bibir selama ekshalasi.
4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
5. Lanjutkan pemberian O2 4 liter/menit

S  :
- Klien mengatakan tidak sesak lagi.
- Klien mengatakan dada masih terasa berat.
O  :
- Klien tidak nampak sesak lagi.
- O2 sudah dilepas.
- Kuku, bibir, konjungtiva masih pucat.
- Vital sign :
   P  : 26 x/menit
A  :  Perbaikan pada jalan nafas.
P  :
Lanjutkan intervensi :
  1. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan Bantu perawatan diri sesuai kebutuhan.

S :
- Klien mengatakan tidak sesak lagi
- Klien mengatakan sudah mulai lega didada bila bernafas
O :
- Kuku, bibir, konjunctiva pucat
- Vital sign :
   P : 24 kali per menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

S :
- Klien mengeluh dahaknya kental dan berwarna kehijauan
O :
- Klien masih batuk
- Hasil pemeriksaan
·         Didapatkan bunyi ronchi.
·         Vokal fremitus tidak sama kuat getarannya pada kedua sisi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
2.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak
3.      Berikan klien posisi semi fowler dan fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam
4.      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL per hari kecuali ada kontra indikasi
5.      Kolaborasi dengan tim medik pemberian :
a.       Agen mukolitik
Contoh : Asetilsistein ( Mucomyst )
b.      Bronchodilator
Contoh : Oksitrifillia ( choledyl ), teofilin

S :
- Klien mengatakan dahaknya masih agak kental, tapi klien sudah bisa mengeluarkan dahaknya
O :
- Klien kadang kadang masih batuk
- Hasil pemeriksaan :
  • Ada bunyi ronchi
  • Fokal fremitus tidak sama kuat pada kedua dada.
A :Bersihan jalan nafas belum teratasi sepenuhnya
P :
Lanjutkan dan tingkatkan intervensi :
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL per hari kecuali ada kontra indikasi
6. Beri obat mukolitik, bronchodilator

S : Klien mengatakan dahaknya sudah encer dan dengan mudah bisa diencerkan
O :
- Klien masih batuk sekali sekali
- Ada bunyi ronchi
- fokal fremitus tidak sama kuat pada kedua dada
A :Bersihan jalan nafas belum teratasi sepenuhnya
P :
Lanjutkan intervensi :
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL per hari kecuali ada kontra indikasi
6. Beri obat mukolitik, bronchodilator

S : Klien mengatakan dahaknya sudah encer dan mudah dikeluarkan
O :
- Klien masih batuk sekali sekali
- Hasil pemeriksaan :
  • Ada bunyi ronchi
  • Fokal fremitus tidak sama kuat pada kedua dada.
A :Bersihan jalan nafas belum teratasi sepenuhnya
P :Lanjutkan intervensi :
6. Beri obat mukolitik, bronchodilator


S :
- Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
- Klien mengatakan tidak merasa mual lagi
O :
- Porsi makan masih belum dihabiskan
- BB Turun 9 Kg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan dan tingkatkan intervensi :
Awasi masukan / haluaran dan BB secara periodic
1.      Catat status nutrisi  klien, berat badan, turgor kulit,riwayat mual muntah atau diare
2.      Pastikan pola diet klien
3.      Awasi masukan / pengeluaran dan BB secara periodik
4.      Awasi adanya anoreksia, mual dan muntah
5.      Dorong klien serta berikan periode istirahat sering
6.      Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
7.      Berikan makanan sedikit tapi sering


S : Klien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan
O :
- Porsi makan sudah dihabiskan
- BB masih seperti sebelumnya ( 36 Kg )
A:
Ada peningkatan asupan nutrisi
8.      P :
9.      Catat status nutrisi  klien, berat badan, turgor kulit,riwayat mual muntah atau diare
10.  Pastikan pola diet klien
11.  Awasi masukan /pengeluaran dan BB secara periodik
12.  Awasi adanya anoreksia, mual dan muntah
13.  Dorong klien serta berikan periode istirahat sering
14.  Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
15.  Berikan makanan sedikit tapi sering

S :Klien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan
O :
- Porsi makan sudah dihabiskan
- BB masih seperti sebelumnya ( 36 Kg )
A: Ada peningkatan asupan nutrisi
16.  P :
17.          Catat status nutrisi  klien, berat badan, turgor kulit,riwayat mual muntah atau diare
18.  Pastikan pola diet klien
19.        Awasi masukan /pengeluaran dan BB secara periodik
20.  Awasi adanya anoreksia, mual dan muntah
21.      Dorong klien serta berikan periode istirahat sering
22.      Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
23.  Berikan makanan sedikit tapi sering

S :Klien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan
O :
- Porsi makan sudah dihabiskan
- BB masih seperti sebelumnya ( 36 Kg )
A: Ada peningkatan asupan nutrisi
24.  P :
25.       Catat status nutrisi  klien, berat badan, turgor kulit,riwayat mual muntah atau diare
26.  pastikan pola diet klien
27.       awasi masukan /pengeluaran dan BB secara periodiik
28.  Awasi adanya anoreksia, mual dan muntah
29.       Dorong klien serta berikan periode istirahat sering
30.       Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
31.  Berikan makanan sedikit tapi sering


S : Klien mengatakan masih cemas dengan keadaannya yang sesak jika beraktifitas
O :
- Klien masih gelisah
- Ekspresi wajah masih tampak cemas
A : Klien masih cemas dan belum beradaptasi dengan keadaannya
P : Lanjutkan intervensi :
1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien dan orang terdekat dengan diagnosa
2. Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong untuk mengekspresikan perasaannya
3. Beri kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur
4. Terima penyangkalan klien tapi jangan dikuatkan
6. Libatkan klien dan orang terdekat dalam perencanaan perawatan
7. Berikan kenyamanan fisik

S : Klien mengatakan kecemasannya berkurang sejak mendapatkan perawatan yang baik
O :
- Klien agak tenang
- Ekspresi wajah masih tegang
A : Klien menuju arah penerimaan terhadap diagnosa penyakitnya
P : Lanjutkan intervensi :
6. Libatkan klien dan orang terdekat dalam perencanaan perawatan
7. Berikan kenyamanan fisik

S : Klien mengatakan tidak cemas lagi dengan keadaannya
O :
- Klien tampak tenang
- Ekspresi wajah ceria
- Klien tampak melakukan aktifitas sederhana seperti menyisir rambut, makan dan minum sendiri
A : Kecemasan teratasi
P : Hentikan intervensi :

S :
- Klien mengatakan anaknya yang ke 8 dirawat dengan penyakit yang sama
- Klien mengatakan mungkin anaknya tertular penyakitnya
O : Tidak ada tempat dahak yang tersedia
A : Terjadi penularan penyakit
P : Lanjutkan dan tingkatkan intervensi
3. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan dahak pada tisu atau tempat tertutup atau menghindari meludah di sembarang tempat. Kaji penggunaan tisu sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi.
4. Kaji tanda control sementara
missal memakai masker, isolasi pernafasan
5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

S :
- Klien mengatakan salah seorang anaknya dirawat dengan penyakit yang sama
O : Sudah ada tempat dahak yang tertutup dan tersedia
A : Pencegahan terhadap anggota keluarga yang lain sudah teratasi
P : Hentikan intervensi






































DAFTAR PUSTAKA

                       
          Brunner dan Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi D
                         hal : 584 – 591 penerbit Buku Kedoteran EGC, Jakarat 2002.

Brunner dan Suddarth, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah hal: 540-545 Buku             
              Kedekteran EGC Brunner    , Jakarta 2000.

Soeparman  dan Sarwono Waspaji, Buku Ajar Ilmu Penyakiy Dalam Jilid II Edisi 3 hal: 820-829, balai penerbit FKUI, Jakarta 2001.