Minggu, 06 Oktober 2013

KENALI PENYAKITMU DENGAN HASIL LABORATORIUM

HB (HEMOGLOBIN)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
Wanita 12-16 gr/dL
Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24gr/dL
Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
          TROMBOSIT (PLATELET)
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.
          HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.
Nilai normal HMT :
Anak 33 -38%
Pria dewasa 40 – 48 % Wanita dewasa 37 – 43 %
Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.
      LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak 9000 – 12.000/mm3
Dewasa 4000-10.000/mm3
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).
      HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFERENTIAL COUNT)
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
       EOSINOFIL
Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.

      BASOFIL
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi.
Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan
      LIMPOSIT
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain.
Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal injal, dan Iain-Iain.
       MONOSIT
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
       ERITROSIT
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit :
Pria 4,6 – 6,2 jt/mm3
Wanita 4,2 – 5,4 jt/mm3
       MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.
Nilai normal :
dengan Metode Ivy 3-7 menit
dengan Metode Duke 1-3 menit
Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan Iain-Iain.
       MASA PEMBEKUAN
Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
         LAJU ENDAP DARAH (LED)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.
       G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT DEHIDROGENASE)
Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
       BMP (BONE MARROW PUNCTION)
Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya (pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
       HEMOSIDERIN/FERITIN
Hemosiderin adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.
       PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM PLASMA
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).
     PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSA
Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut), dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa, dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.
Nilai normal :
dalam plasma < 0,5 mg/dl
dalam urin 12-40 mg/dl
      LDH (LAKTAT DEHIDROGENASE)
Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.
Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L
      SGOT (SERUM GLUTAMIK OKSOLOASETIKNTRANSAMINASE)
Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.             Nilai normal :
Pria s.d.37 U/L
Wanita s.d. 31 U/L
Pemeriksan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi minum laktosa
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.
       SGPT (SERUM GLUTAMIK PYRUVIK TRANSAMINASE)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.
Nilai normal :
Pria sampai dengan 42 U/L
Wanita sampai dengan 32 U/L
Peningkatan >20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis.
Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.
        ASAM URAT
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada input makanan yang mengandung asam urat.
Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.
Nilai normal :
Pria 3,4 – 8,5 mg/dl (darah)
Wanita 2,8 – 7,3 mg/dl (darah)
Anak 2,5 – 5,5 mg/dl (darah)
Lansia 3,5 – 8,5 mg/dl (darah)
Dewasa 250 – 750 mg/24 jam (urin)
Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C,aspirin jangka panjang,diuretik.
Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol, probenesid, dan Iain-Iain.
        KREATININ
Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah :
Pria 0,6 – 1,3 mg/dl
Wanita 0,5 – 0,9 mg/dl
Anak 0,4 -1,2 mg/dl
Bayi 0,7 -1,7 mg/dl
Bayi baru lahir 0,8 -1,4 mg/dl
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.
          BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal :
Dewasa 5-25 mg/dl
Anak 5-20 mg/dl
Bayi 5-15 mg/dl
Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 :1 – 20 :1
         PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA
Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Nilai normal :
Bayi 5-4o mg/dl
Anak 10-135 mg/dl
Dewasa muda s/dl50 mg/dl
Tua (>50 tahun) s/d 190 mg/dl
Penurunan kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).
Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.

Deteksi Hepatitis
” Gejala secara fisik seperti perubahan warna kulit dan kornea mata yang kekuningan masih berupa indikasi awal. Agar mendapat kepastian adanya penyakit hepatitis maka perlu uji laboratorium “.
pengobatan hepatitis dapat dilakukan dengan tepat jika diagnosis yang dilakukan juga tepat. Dokter dapat menentukan diagnosis suatu penyakit berdasarkan beberapa aspek, seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti USG, sinar X, CT scan, atau MRI.
Anamnesis merupakan wawancara terarah antara dokter dan pasien. Tujuan anamnesis adalah dokter dapat memperoleh informasi mengenai keluhan dan gejala penyakit yang dirasakan pasien, hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit, dan hal-hal lain yang akan mempengaruhi perjalanan penyakit atau proses pengobatan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat dan menilai adanya kelainan atau gangguan pada tubuh pasien, baik terkait keluhannya ataupun tidak. Sering kali ditemukan gangguan atau kelainan pada saat pemeriksaan fisik yang pasien sendiri pun tidak merasa atau mengetahuinya. Pemeriksaan laboratorium berguna antara lain untuk membantu memastikan diagnosis karena beberapa penyakit dapat memberikan keluhan dan gejala yang sama serta menilai fungsi organ. Sementara pemeriksaan penunjang berguna antara lain untuk menentukan dengan tepat letak kelainan pada tubuh bagian dalam atau menilai derajat suatu penyakit.
A. Pemeriksaan Laboratorium penyakit Hepatitis
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis, dan menilai fungsi hati. Secara garis besar, pemeriksaan laboratorium untuk hepatitis dibedakan atas dua macam, yaitu tes serologi dan biokimia hati.
Tes serologi dilakukan dengan cara memeriksa kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk memastikan diagnosis hepatitis serta mengetahui jenis virus penyebabnya. Sementara tes biokimia hati dilakukan dengan cara memeriksa sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang dihasilkan atau diproses oleh jaringan hati. Tes biokimia hati dapat menggambarkan derajat keparahan atau kerusakan sel sehingga dapat menilai fungsi hati.
Hati yang sehat memiliki fungsi yang sangat beragam. Demikian pula penyakit yang dapat mengganggu fungsi hati dan kelainan biokimia hati yang bervariasi pula. Pemeriksaan fungsi hati yang hanya menggunakan satu jenis parameter saja, misalnya aspartat aminotransferase (AST/SCOT), kurang dapat dipercaya untuk dijadikan acuan dalam menentukan fungsi hati. Penderita penyakit hati secara umum, termasuk hepatitis, akan diperiksa darahnya untuk beberapa jenis pemeriksaan parameter biokimia, seperti AST, ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfatase, bilirubin, albumin, dan juga waktu protrombin. Pemeriksaan laboratorium ini juga dapat dilakukan secara serial, yakni diulang beberapa kali setelah tenggang waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi perjalanan penyakit maupun perbaikan sel dan jaringan hati.
Parameter biokimia hati
Beberapa parameter biokimia hati yang dapat dijadikan pertanda fungsi hati, antara lain sebagai berikut :
a. Aminotransferase (transaminase)
Parameter yang termasuk golongan enzim ini adalah aspartat aminotransferase (AST/SCOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Enzim-enzim ini merupakan indikator yang sensitif terhadap adanya kerusakan sel hati dan sangat membantu dalam mengenali adanya penyakit pada hati yang bersifat akut seperti hepatitis. Dengan demikian, peningkatan kadar enzim-enzim ini mencerminkan adanya kerusakan sel-sel hati. ALT merupakan enzim yang lebih dipercaya dalam menentukan adanya kerusakan sel hati dibandingkan AST.
ALT ditemukan terutama di hati, sedangkan enzim AST dapat ditemukan pada hati, otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak paru, sel darah putih, dan sel darah merah. Dengan demikian, jika hanya terjadi peningkatan kadar AST maka bisa saja yang mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lainnya yang mengandung AST. Pada sebagian besar penyakit hati yang akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan kadar AST. Pada saat terjadi kerusakan jaringan dan sel-sel hati, kadar AST meningkat 5 kali nilai normal. ALT meningkat 1-3 kali nilai normal pada perlemakan hati, 3-10 kali nilai normal pada hepatitis kronis aktif dan lebih dari 20 kali nilai normal pada hepatitis virus akut dan hepatitis toksik.
b. Alkalin fosfatase (ALP)
Enzim ini ditemukan pada sel-sel hati yang berada di dekat saluran empedu. Peningkatan kadar ALP merupakan salah satu petunjuk adanya sumbatan atau hambatan pada saluran empedu. Peningkatan ALP dapat disertai dengan gejala warna kuning pada kulit, kuku, atau bagian putih bola mata.
c. Serum protein
Serum protein yang dihasilkan hati, antara lain albumin, globulin, dan faktor pembekuan darah. Pemeriksaan serum protein-protein tersebut dilakukan untuk mengetahui fungsi biosintesis hati. Penurunan kadar albumin menunjukan adanya gangguan fungsi sintesis hati. Namun karena usia albumin cukup panjang (15-20 hari), serum porotein ini kurang sensitif digunakan sebagai indikator kerusakan sel hati. Kadar albumin kurang dari 3 g/L menjadi petunjuk perkembangan penyakit menjadi kronis (menahun).
Globulin merupakan protein yang membentuk gammaglobulin. Gammaglobulin meningkat pada penyakit hati kronik, seperti hepatitis kronis atau sirosis. Gammaglobulin mempunyai beberapa tipe, seperti lg G, lg M, serta lg A. Masing-masing tipe sangat membantu dalam mengenali penyakit hati kronis tertentu.
Hampir semua faktor-faktor pembekuan darah disintesis di hati. Umur faktor-faktor pembekuan darah lebih singkat dibandingkan albumin, yaitu 5-6 hari sehingga pengukuran faktor-faktor pembekuan darah merupakan pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan albumin untuk menentukan fungsi sintesis hati. Terdapat lebih dari 13 jenis protein yang terlibat dalam pembekuan darah, salah satunya adalah protrombin. Adanya kelainan pada protein-protein pembekuan darah dapat dideteksi, terutama dengan menilai waktu protrombin. Waktu protrombin adalah ukuran kecepatan perubahan protrombin menjadi trombin. Waktu protrombin tergantung pada fungsi sintesis hati dan asupan vitamin K. Kerusakan sel-sel hati akan memperpanjang waktu protrombin karena adanya gangguan pada sintesis protein-protein pembekuan darah. Dengan demikian, pada hepatitis dan sirosis, waktu protrombin memanjang.
d. Bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen kuning yang dihasilkan dari pemecahan hemoglobin (Hb) di hati. Bilirubin dikeluarkan lewat empedu dan di buang melalui feses. Bilirubin ditemukan di darah dalam dua bentuk, yaitu bilirubin direk dan bilirubin indirek. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sementara bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat pada albumin. Bilirubin total merupakan penjumlahan bilirubin direk dan indirek. Peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada penyakit hati. Sebaliknya, bilirubin direk yang meningkat hampir selalu menunjukkan adanya penyakit pada hati dan atau saluran empedu. Adapun nilai normal untuk masing-masing pemeriksaan laboratorium disajikan dalam Tabel 1.

2. Pemeriksaan serologi
Diagnosis mengenai jenis hepatitis merupakan hal yang penting karena akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Salah satu pemeriksaan hepatitis adalah pemeriksaan serologi, dilakukan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
a. Diagnosis hepatitis A
Diagnosis hepatitis A akut berdasarkan hasil laboratorium adalah tes serologi untuk imunoglobulin M (lgM) terhadap virus hepatitis A. lgM antivirus hepatitis A positif pada saat awal gejala dan biasanya disertai dengan peningkatan kadar serum alanin amintransferase (ALT/SGPT). Jika telah terjadi penyembuhan, antibodi lgM akan menghilang dan akan muncul antibodi lgG. Adanya antibodi lgG menunjukkan bahwa penderita pernah terkena hepatitis A. Jika seseorang terkena hepatitis A maka pada pemeriksaan laboratorium ditemukan beberapa diagnosis berikut.
1) Serum lgM anti-VHA positif.
2) Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT, dan AST meningkat ringan.
3) Kadar alkalin fosfatase, gamma glutamil transferase, dan total bilirubin meningkat pada penderita yang kuning.
b. Diagnosis hepatitis B
Adapun diagnosis pasti hepatitis B dapat diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
1) HBsAg (antigen permukaan virus hepatitis B) merupakan material permukaan/kulit VHB, mengandung protein yang dibuat oleh sel hati yang terinfeksi VHB. Jika hasil tes HbsAg positif artinya individu tersebut terinfeksi VHB, menderita hepatitis B akut, karier. atau pun hepatitis B kronis. HbsAg positif setelah 6 minggu terinfeksi virus hepatitis B dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil menetap setelah lebih dari 6 bulan artinya hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau karier.
2) Anti-HBsAg (antibodi terhadap HbsAg) merupakan antibodi terhadap HbsAg yang menunjukkan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes antiHBsAg positif artinya individu itu telah mendapat vaksin VHB, atau pernah mendapat imunoglobulin, atau juga bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg yang positif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis B menunjukkan individu tersebut pernah terinfeksi VHB.
3) HBeAg (antigen VHB) merupakan antigen e VHB yang berada di dalam darah. Bila positif menunjukkan virus sedang replikasi dan infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif menetap sampai 10 minggu akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang positif HbeAg dalam keadaan infeksius dan dapat menularkan penyakitnya baik terhadap orang lain, maupun ibu ke janinnya.
4) Anti-HBe (antibodi HBeAg) merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang dibentuk oleh tubuh. Apabila anti-HBeAg positif artinya VHB dalam keadaan fase non-replikatif.
5) HBcAg (antigen core VHB) merupakan antigen core (inti) VHB yang berupa protein dan dibuat dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HBcAg positif menunjukkan keberadaan potein dari inti VHB.
6) Anti-HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B) merupakan antibodi terhadap HBcAg dan cenderung menetap sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Antibodi ini ada dua tipe yaitu IgM anti-HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti-HBc tinggi artinya infeksi akut, IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc yang negatif menunjukkan infeksi kronis atau pernah terinfeksi VHB.
c. Diagnosis hepatitis C
Diagnosis hepatitis C dapat ditentukan dengan pemeriksaan serologi untuk menilai antibodi dan pemeriksaan molekuler sehingga partikel virus dapat terlihat. Sekitar 30% pasien hepatitis C tidak dijumpai anti-HCV (antibodi terhadap VHC) yang positif pada 4 minggu pertama infeksi. Sementara sekitar 60% pasien positif anti-HCV setelah 5-8 minggu terinfeksi VHC dan beberapa individu bisa positif setelah 5-12 bulan. Sekitar 80% penderita hepatitis C menjadi kronis dan pada hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai enzim alanine aminotransferase (ALT) dan peningkatan aspartate aminotransferase (AST).
Pemeriksaan molekuler merupakan pemeriksaan yang dapat mendeteksi RNA VHC. Tes ini terdiri atas dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Tes kualitatif menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) dan dapat mendeteksi RNA VHC kurang dari 100 kopi per mililiter darah. Tes kualitatif dilakukan untuk konfirmasi viremia (adanya VHC dalam darah) dan juga menilai respon terapi.
Selain itu, tes ini juga berguna untuk pasien yang anti-HCV-nya negatif, tetapi dengan gejala klinis hepatitis C atau pasien hepatitis yang tidak teridentifikasi jenis virus penyebabnya. Adapun tes kuantitatif sendiri terbagi atas dua metode, yakni metode dengan teknik branched-chain DNA dan teknik reverse-transcription PCR. Tes kuantitatif berguna untuk menilai derajat perkembangan penyakit. Pada tes kuantitatif ini dapat diketahui derajat viremia. Biopsi (pengambilan sedikit jaringan suatu organ) dilakukan untuk mengetahui derajat dan tipe kerusakan sel-sel hati.
B. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis hepatitis adalah USG (ultrasonografi). Fungsi USG adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada organ dalam atau tidak. USG dilakukan terutama jika pemeriksaan fisik kurang mendukung diagnosis. Sementara keluhan klinis dari pasien dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda sebaliknya. Misalnya, seorang pasien datang dengan keluhan sakit kuning, mual, malas makan, dan badan terasa lemas. Pada pemeriksaan fisik, dokter hanya menemukan kelainan berupa warna kuning pada kulit, kuku dan bola mata bagian putih pasien, dan tidak teraba adanya suatu pembesaran pada hati. Kemudian, pemeriksaan laboratorium awal menunjukkan kadar ALT dan AST yang tinggi. Dengan demikian, pada pasien tersebut dapat dilakukan pemeriksaan USG agar dapat lebih memastikan diagnosis mengenai kelainan hatinya.
Pemeriksaan USG pada kasus hepatitis dapat memberikan informasi mengenai pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum, atau ada tidaknya sumbatan saluran empedu. Ukuran hati manusia bervariasi antara satu dengan lainnya sehingga terkadang dokter tidak menemukan adanya pembesaran hati. USG dapat membuktikan ada tidaknya pembesaran hati, yakni dari mengamatan tepi hati terlihat tumpul atau tidak. Tepi hati yang tumpul menunjukkan adanya pembesaran had. USG juga dapat melihat banyak tidaknya jaringan ikat (fibrosis). Selain itu, karena hepatitis merupakan proses peradangan maka pada USG densitas (kepadatan) hati terlihat lebih gelap jika dibandingkan dengan densitas ginjal yang terletak di bawahnya.
Pada keadaan normal, had dan ginjal mempunyai densitas yang sama. USG hanya dapat melihat kelainan pada hepatitis kronis atau sirosis. Pemeriksaan USG untuk hepatitis akut tidak akurat karena pada hepatitis akut, proses penyakit masih awal sehingga belum terjadi kerusakan jaringan. Pemeriksaan USG pun dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding, yakni diagnosis lain yang mungkin terkait kelainan hati, misalnya tumor had, abses hati, radang empedu, atau amubiasis hati (komplikasi infeksi amuba ke dalam hati sehingga terjadi abses hati).

TUTORIAL KMB - CHF



STUDI KASUS. TUTORIAL MINGGU VI
Seorang perempuan 70 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Pasien mengalami infark miokard berat pada usia 58 tahun, sesak tambahan dalm dua minggu terakhir. Riwayat infeksi saluran pernafasan , batuk persistem dan edema tungkai sejak 2 minggu yang lalu. pasien sesak jika naik tangga, tidur menggunakan tiga bantal. Pasien sering lupa mengkomsumsi obat, hasil pemeriksaan fisik pernafasn 36 x/ menit, murmur sistolik, ronchi halus kedua lapang paru, ektermitas dan bibir sianosis, kulit dingin dan diaphoresis. Ektra hipertropi ventrikel kiri dan kanan terdapat cairan di lapang paru bagian bawah , echocardioram EF 20 %. Pasien mendapatkan terapi digoxin 0.25 mg/ hari ( oral ), fusosemid  40 mg  IV/12 jam, kalium 40 mEq/12 jam (oral). Enalapril oral 5 mg/hari, EKG 12 lead setiap hari, pemeriksaan serum elektrolit dan enzim jantung.
A.                   IDENTIFIKASI ISTILAH
·         Infark miokard (IM), umumnya dikenal sebagai serangan jantung, terjadi ketika sekelompok otot jantung mati karena penyumbatan mendadak dari arteri koroner (trombosis koroner). Hal ini biasanya disertai dengan nyeri dada luar biasa dan sejumlah kerusakan jantung.
·         Batuk persisten (batuk kronis) adalah batuk yang berlangsung delapan pekan atau lebih. Beberapa gejala batuk termasuk kurang tidur, otot-otot dada sakit, dan banyak buang air kecil. Dalam kasus yang parah, batuk kronis dapat menyebabkan muntah, patah tulang rusuk, dan kehilangan kesadaran.
·         Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh. Keadaan ini sering dijumpai pada praktek klinik sehari-hari yang terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik system kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air, penyakit ginjal serta perpindahannya air dari intravascular ke intestinum. Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.
·         Murmur adalah bising jantung yang terjadi karena adanya turbulensi aliran darah. Murmur yang terjadi saat fase sistolik disebut murmur sistolik dan murmur yang terjadi saat fase diastolik adalah murmur diastolik. B
·         Ronchi Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi. Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi : sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.’’
·         Sianosis (cyanosis) adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi ini terutama mencolok di bibir dan kuku. Sianosis dapat muncul dalam berbagai kondisi medis di mana konsentrasi oksigen darah rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung dan di daerah geografis yang tinggi.


B.                    IDENTIFIKASI MASALAH. DAN PENJELASAN TEORITIS SECARA PATOFISIOLOGI
   Gagal jantung kiri : kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk, mudah lelah, takikardia, insomnia.
1)      Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan minimal atau sedang.
2)      Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun diekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya tekanan dalam sirkulasi  paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
3)      Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah yang banyak, yang kadang disertai bercak darah.
4)      Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas.
5)      Insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
.   Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.
1.)  Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
2.)  Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
3.)  Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
4.)    Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung membaik saat istirahat.
5.)    Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan










Jumat, 07 Juni 2013

KELOMPOK KHUSUS PEKERJA

PENGERTIAN KESEHATAN KERJA : -Promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan social pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik – baiknya. -Penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing). http:// www.geocities.com/prodikeppwt/handout.htm -Aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu tempat kerja. TUJUAN UMUM : Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. TUJUAN KHUSUS : -Pencegahan dan pemberantasan penyakit – penyakit dan kecelakaan – kecelakaan akibat kerja. -Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja. -Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja. -Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja. -Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya – bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. -Perlindungan masyarakat luas dari bahaya – bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk – produk perusahaan. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KERJA § Fisika : Kebisingan, getaran, radiasi, suhu, listrik, udara bertekanan, cahaya. § Kimia : cairan, debu, asap, gas, uap, kabut, bau. § Biologi : serangga, kecoa, tungau, bakteri, virus, jamur, lumut. § Mekanik dan ergonomic : sikap tubuh, pergerakan, gerakan berulang. § Psiko social : kebimbangan, kebosanan, ketidak harmonisan, bekerja saat liburan. FUNGSI PERAWAT DALAM KESEHATAN KERJA : -Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja. -Melaksanakan program kerja yang telah dilaksanakan. -Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan. -Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan. -Menilai keadaan kesehatan tenaga kerja. -Menyelenggarakan pendidikan kepada tenaga kerja. -Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja. UPAYA KESEHATAN KERJA : Upaya kesehatan kerja merupakan kegiatan pokok puskesmas yang ditujukan terutama pada masyarakat pekerja informal diwilayah kerja puskesmas dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Tujuan Umum : Meningkatnya kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja melalui upaya kesehatan. Tujuan khusus : -Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. -Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan keluarganya yang belum terjangkau selama ini. -Meningkatnya keselamatan kerja dengan mencegah penggunaan bahan – bahan yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat serta penerapan prinsip ergonomic. Sasaran : Sasaran upaya kesehatan kerja diutamakan pada pekerja informal yang merupakan lebih separuh dari angkatan kerja, seperti: tenaga kerja lepas, terutama petani, nelayan, penyelam mutiara, perajin industri kecil/industri rumah tangga, pekerja bangunan, kaki lima, usaha angkutan terutama dikota, pekerja wanita khususnya usia muda dsb. Strategi : -Upaya kesehatan kerja bagi pekerja dan keluarganya dikembangkan secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan puskesmas dan rujukanya. -Upaya kesehatan kerja dilakukan melalui pelayanan kesehatan paripurna dengan penekanan pada : pelayanan kesehatan kerja, keselamatan kerja, kesehatan lingkungan. -Peningkatan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran serta aktif masyarakat dengan menggunakan pendekatan PKMD UPAYA KESEHATAN KERJA : Ciri pokok kegiatan kesehatan kerja adalah 1. Identifikasi masalah: a. Pemeriksaan kesehatan : pemeriksaan kesehatan awal dan berkala perlu untuk pekerja, dengan perhatian khusus terhadap organ tubuh tertentu yang mungkin terkena bahaya akibat kerja, misalnya alat pendengaran untuk pekerja dilingkungan bising, paru – paru untuk pekerja dilingkungan kerja berdebu. b. Pemeriksaan kasus : pemeriksaan terhadap pekerja yang datang berobat kepuskesmas atau dirujuk oleh kader kesehatan dengan keluhan tertentu. c. Peninjauan tempat kerja merupakan kegiatan untuk menentukan bahaya akibat kerja atau masalah kesehatan yang dihadapi oleh tempat kerjanya. Bahaya dapat berupa fisik, kimiawi, bologis maupun fisiologis 2. Kegiatan peningkatan (promotif) : Kegiatan peningkatan bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh hingga lebih tahan terhadap bahaya akibat kerja dan bahaya kesehatan lainnya. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan perbaikan gizi pekerja sesuai dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan jenis pekerjaanya. Kegiatan promotif dapat juga berupa perbaikan lingkungan kerja dan kegiatan peningkatan kesejahteraan lainnya yang dapat diorganisir melalui dana sehat dikelompok pekerja informal. 3. Kegiatan pencegahan (preventif) Kegiatan pencegahan dapat meliputi berbagai kegiatan antara lain: a. Penyuluhan / latihan Penyuluhan tentang bahaya akibat kerja dan latihan tentang cara kerja yang benar untuk menghindari dari bahaya akibat kerja misalnya cara penanganan bahaya kimia dan zat berbahaya (terutama industri kecil) b. Kegiatan ergonomic. Kegiatan ini terutama ditujukan untuk mencapai kesesuian antara alat kerja dan pekerjaan agar tidak terjadi stress fisik terhadap pekerja. Kegiatan terutama diarahkan pada adopsi ergonomic ini oleh masyarakat. c. Kegiatan monitoring. Kegiatan monitoring bahaya akibat kerja, sebaiknya dilakukan oleh anggota kelompok kerja yang terlatih untuk mendeteksi adanya pencemaran terutama zat kimiawi seperti pestisida. d. Perbaikan mesin / alat kerja. Kegiatan ini penting terutama pada industri kecil dan ditujukan untuk mengurangi pemaparan terhadap bahan – bahan produksi dan bahaya kecelakaan akibat kerja dengan perbaikan mesin / alat mekanik. e. Pemakaian pelindung Pemakaian alat pelindung harus diusahakan untuk melengkapi usaha pencegahan yang telah disebutkan diatas. f. Administrasi Pemberian cuti setelah 40 jam bekerja, pemberian waktu istirahat setelah 3 jam bekerja secara terus menerus dan juga rotasi tempet kerja untuk mencegah kebosanan. http://askep-askeb.cz.cc/ Selengkapnya Klik disini: » KELOMPOK KHUSUS PEKERJA - tips kesehatan kecantikan gaya hidup wanita

ASKEP KOMUNITAS HYPERTENSI



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tentang Konsep Keluarga
1.      Definisi keluarga menurut Wahid Iqbal Mubarak dkk ( 2006 ).
Pengetian keluarga menurut beberapa ahli yaitu :
a         Menurut Duval, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan memperthankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari tiap anggota.
b        Menurut WHO ( 1969 ), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
c         Menurut Bergess ( 1962 ), keluarga adalah ;
1)     Terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan / hubungan sedarah atau hasil adopsi.
2)     Anggota tinggal bersama dalam satu rumah.
3)     Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran social.
4)     Mempunyai kebiasaan / kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
d        Menurut Helvie ( 1981 ) keluarga adalah sekompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
e         Menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya ( 1989 ) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perangnya masing-masing menciptakan serta mempertahankan budaya.
f         Menurut Departemen Kesehatan R.I ( 1998 ) keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari  kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu atap dalam keadaan saling bergantungan.
Dari pengertian tersebut diatas menunjukkan keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a         Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
b        Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c         Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing masing mempunyai peran social suami, istri, anak, kakak dan adik.
d        Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.
2.      Struktur keluarga
a.       Struktur keluarga ada bermacam macam  di antaranya adalah :
1)      Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dan sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2)      Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3)      Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4)      Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5)      Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri
b.      Struktur peran.
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri / suami atau anak.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pada perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

           Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1)      Peranan ayah
 Ayah sebagai suami dari isteri dan anak – anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota masyarakat dari lingkungannya.
2)      Peranan Ibu
 Sebagai isteri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu merupakan peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak - anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3)      Peranan anak
Anak – anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Nasrul Effendy, 1998 ).
c.       Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan adalah kemampuan, baik kemampuan potensial maupun
aktual dari seorang individu untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkah laku seseorang. Tipe struktur kekuatan yaitu legitimate pawer authority, refent power, effectif power.
d.      Nilai – nilai keluarga
                  Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam suatu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan norma.
                  Nilai keluarga adalah sebagai suatu sistem ide, sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar, mengikat bersama – sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim. ( Marilyn M. Friedman, 1998, hal 325 ).
3.      Tipe / bentuk keluarga
a         Keluarga inti (nuclear family ), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak
b        Keluarga besar (Extanded Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan saudara, sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c         Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
d        Keluarga duda / janda (single family), keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e         Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f         Keluarga kabitas (cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. (Nasrul Effendy, 1998, hal 33 - 34 ).
4.      Fungsi keluarga
a         Fungsi efektif
            Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi efektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari suatu anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi efektif adalah :
1)      Saling mengasuh cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antara anggota keluarga.
2)      Saling menghargai.
3)      Ikatan dan identifikasi.
b        Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi ini dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, dimana anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma – norma budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c         Fungsi perawatan kesehatan
            Keluarga juga befungsi untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dinilai dari tugas kesehatan keluarga yaitu :
1)      Mengenal masalah kesehatan.
2)      Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3)      Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4)      Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5)      Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
d        Fungsi reproduksi
            Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol



e         Fungsi ekonomi
1)      Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung ( ekonomi ).
2)      Pengaturan pengunaan, penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3)      Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak - anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
f         Fungsi pendidikan
1)      Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan memberi prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2)      Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya dalam sebagai orang dewasa.
3)      Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangannya.
Dari berbagai fungsi diatas ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap  anggota keluargannya, adalah :
a         Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia kebutuhannya.
b        Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatnya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak – anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spritual.
c         Asah, adalah memenuhi kebutuhan anak , sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
5.      Tahap – tahap perkembangan keluarga
            Tahap – tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a         Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b        Tahap menjelang kelahiran anak.
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai
generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga merupakan saat yang sangat yang dinantikan.
c         Tahap menghadapi bayi.
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan mendirikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada orang tuannya. Dan kondisinya masih sangat lama.
d        Tahap menghadapi anak pra sekolah.
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena, tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma – norma kehidupan, norma – norma agama, norma – norma sosial budaya dan sebagainya.
e         Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas – tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak
f         Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g        Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.


h        Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri – sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i          Tahap masa tua.
Tahap ini masuk kedalam tahap lanjut usia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini (Nasrul Effendy, 1998 )

B.     Tinjauan Umum Tentang Konsep asuhan Keperawatan Keluarga
1.      Defenisi.
            Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana / penyalur, (Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1978).
2.      Tujuan perawatan kesehatan keluarga
a         Tujuan umum.
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan.


b        Tujuan khusus.
1)      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2)      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3)      Meningaktkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotannya.
4)      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
5)      Meningakatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
3.      Peranan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
            Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga,ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
a         Pemberian asuhan perawatan dan kebutuhan kesehatan keluarga.
b        Pengenal / pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c         Coordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga.
d        Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
e         Pendidikan kesehatan, peran dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
f         Penyuluhan dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga.
4.      Hambatan – hambatan yang sering dihadapi dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga.
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah :
a         Hambatan dari keluarga :
1)      Keadaan ekonomi keluarga yang rendah..
2)      Keterbatasan sumber – sumber daya keluarga (keuangan, sarana, dan prasarana).
3)      Kebiasaan – kebiasaan yang melekat.
b        Hambatan dari perawat.
1)      Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi seperti : transportasi.
2)      Kondisi alam (geografis yang sulit).
3)      Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa).
4)      Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur keluarga


5.      Prinsip – prinsip perawatan keluarga
            Ada beberapa prinsip penting yang  perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah :
a         Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
b        Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.
c         Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d        Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan maslah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e         Lebih mengutamakan kegiatan – kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f         Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, memamfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g        Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah secara keseluruhan.
h        Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses perawatan.
i          Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar / perawatan dirumah.
j          Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
6.      Langkah – langkah dalam perawatan kesehatan keluarga.
            Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa langka yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut :
a         Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga dengan cara :
1)      Mengadakan kontak dengan keluarga.
2)      Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.
3)      Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi  kebutuhan  - kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga.
4)      Membina komunikasi dua arah dengan keluarga
b        Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
c         Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah – masalah kesehatan dan perawatan keluarga.
d        Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah kesehatan keluarga :
1)      Ancaman kesehatan
2)      Keadaan sakit atau kurang sehat.
3)      Situasi krisis.
e         Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas – tugas keluarga dalam bidang kesehatan
f         Menentukan / menyusun asuhan keperawatan kesehatan dan perawatan keluarga, dengan mempertimbangkan :
1)      Sifat masalah
2)      Kemungkinan masalah untuk diubah
3)      Potensi menghindari masalah
4)      Persepsi keluarga terhadap masalah.
g        Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan dan perawatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas :
1)      Menentukan tujuan yang realistis
2)      Merencanakan pendekatan dan tindakan
3)      Menyusun standar dan kriteria evaluasi.
h        Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang disusun.
i          Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
j          Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.


7.      Proses keperawatan kesehatan keluarga
              Proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan menuju pada pencapaian tujuan keluarga. Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistematis yang digunakan ketika bekerja pada keluarga sebagai suatu system.
               Tahap – tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk mengambarkan perkembangan diri tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap – tahap sebagai berikut :
a         Pengkajian ( assessment ).
            Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan  klien ( keluarga ) dengan memakai norma – norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya, dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, suatu ukuran atau suatu penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma – norma yang diambil dari kepercayaan, nilai – nilai, prinsip – prinsip, aturan – aturan, harapan – harapan, teori – teori, konsep – konsep yang berkaitan dengan permasalahan,
            Yang termasuk dalam tahap ini adalah :
a)      Pengumpulan data
b)      Analisa data
c)      Perumusan masalah
d)     Prioritas masalah
e)      Menegakkan diagnosa keperawatan.
1)      Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :
1.      Wawancara           :  yang berkaitan dengan hal – hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainnya.
2.      Pengamatan           :  pengamatan terhadap – hal – hal yang  tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
3.      Studi dokumentasi :  studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya melalui Kartu Menuju Sehat ( KMS ), kartu keluarga dan catatan – catatan kesehatan lainnya.
4.      Pemeriksaan fisik :  dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik misalnya :  kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda – tanda penyakit.
Data – data yang perlu dikumpulkan meliputi hal – hal sebagai berikut


a).    Identitas keluarga.
b).    Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang sudah dialami.
c).    Anggota keluarga.
d).   Jarak antara lokasi dengan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada.
e).    Keadaan keluarga meliputi :
(1)   Biologis
(2)   Psikologis.
(3)   Social.
(4)   Kultural.
(5)   Spiritual.
(6)   Linkungan.
(7)   Dan data penunjan lainnya.
2)      Analisa data
Didalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu :
a).    Keadaan kesehatan keluarga yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi :
(1)   Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga dan sebagainya.
(2)   Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.
(3)   Keadaan gizi anggota keluarga.
(4)   Status imunisasi anggota keluarga
(5)   Kehamilan dan keluarga berencana

b).    Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :
(1)   Rumah, meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya.
(2)   Sumber air minum.
(3)   Jamban keluarga
(4)   Tempat pembuanga air limbah
(5)   Pemamfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
c).    Karakteristik keluarga :
(1)   Sifat – sifat keluarga
(2)   Dinamika dalam keluarga
(3)   Komunikasi dalam keluarga
(4)   Interaksi antar anggota keluarga
(5)   Kesanggupan anggota keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga
(6)   Kebiasaan dan nilai – nilai yang berlaku dalam keluarga


3)      Perumusan masalah
Diambil sesuai dengan penganalisa praktek lapangan yang didasarkan kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengembil keputusan.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas – tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
4)      Tipologi masalah kesehatan dan keperawatan.
a).    Ancaman kesehatan :  adalah keadaan – keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk ancaman kesehatan, adalah :
(1)   Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes mellitus dan sebagainya.
(2)   Keluarga / anggota keluarga yang menderita penyakit menular, seperti TBC, gonore, hepatitis dan sebagainya.
(3)   Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga, seperti anak terlalu banyak sedangkan penghasilan keluarga kecil.
(4)   Risiko terjadi kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam diletakkan disembarangan, tangan rumah terlalu curam.
(5)   Kekurangan atau kelebihan gisi dari masing – masing anggota keluarga.
(6)   Keadaan – keadaan yang dapat menimbulkan stress, antara lain:
(a)    Hubungan keluarga yang tidak harmonis
(b)   Hubungan orang tua dan anak tegang
(c)    Orang tua yang tidak dewasa
(7)   Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya :
(a)    Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik
(b)   Tempat pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat.
(c)    Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minum
(d)   Sekolah / tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.
(e)    Kebisingan
(f)    Polusi udara
(8)   Kebiasaan – kebiasaan yang merugikan kesehatan :
(a)    Merokok
(b)   Minum – minuman keras
(c)    Tidak memakai alas kaki
(d)   Makan obat tanpa resep
(e)    Kebiasaan makan daging mentah
(f)    Hygiene personal kurang
(9)   Riwayat persalinan sulit
(10)     Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan peranan ibu karena meninggal, anak laki – laki memainkan peranan ayah
(11)     Imunisasi tidak lengkap
b).    Kurang tidak sehat :  adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk didalamnya adalah :
(1)   Keadaan sakit. Apakah sesudah atau sebelum diagnosa.
(2)   Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
c).    Situasi krisis :  adalah saat – saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam situasi krisis adalah :
(1)   Perkawinan
(2)   Kehamilan
(3)   Persalinan
(4)   Masa nifas
(5)   Menjadi orang tua
(6)   Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir
(7)   Abortus
(8)   Anak masuk sekolah
(9)   Anak remaja
(10)     Kehilangan pekerjaan
(11)     Kematian anggota keluarga
(12)     Pindah rumah
5)      Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas – tugas kesehatan dan keperawatan
a).    Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan keluarga berhubungan dengan :
(1)   Kurang pengetahuan ketidaktahuan fakta
(2)   Rasa takut akibat masalah yang diketahui
(3)   Sikap dan falsafah hidup
b).    Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat berhubungan dengan :
(1)   Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
(2)   Masalah kesehatan begitu tidak menonjol
(3)   Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga
(4)   Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
(5)   Ketidakcocokan pendapat dari anggota – anggota keluarga
(6)   Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
(7)   Takut dari akibat tindakan
(8)   Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
(9)   Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
(10)     Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
(11)     Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan
c).    Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan :
(1)   Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya : sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit gejala dan perawatanya serta pertumbuhan dan perkembangan anak.
(2)   Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan
(3)   Kurang tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
(4)   Tidak seimbang sumber – sumber yang ada  dalam keluarga, misalnya : keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan.
(5)   Sikap negatif terhadap yang sakit
(6)   Konflik individu dalam keluarga
(7)   Sikap dan pandangan hidup
(8)   Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d).   Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, berhubungan dengan
(1)   Sumber – sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab / wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat
(2)   Kurang dapat melihat keuntungan dan mamfaat pemeliharaan lingkungan rumah
(3)   Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan konflik personal dalam keluarga
(4)   Konflik personal dalam keluarga
(5)   Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
(6)   Sikap dan pandangan hidup
(7)   Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah.
e).    Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan, berhubungan dengan :
(1)   Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
(2)   Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
(3)   Kurang percaya terhadap, petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.
(4)   Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
(5)   Rasa takut pada akibat dari tindakan
(6)   Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
(7)   Rasa asing dan tidak ada dukung dari masyarakat
(8)   Sikap dan falsafah hidup.
b        Diagnosa keperawatan pada tingkat keluarga.
            Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang paktor – paktor yang mempertahankan resnpons / tangapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Nasrul Effendy, 1998, hal 51).
            Setelah diketahui masalah kesehatan dan keperawatan keluarga langkah selanjutnya adalah menegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga dapat ditetapkan berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah – masalah kesehatan keluarga, serta mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya seperti yang telah diterangkan di atas.
c         Prioritas masalah
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1).    Tidak mungkin masalah – masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
2).    Perlu mempertimbangkan masalah – masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit.
3).    Perlu mempertimbangkan respons dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.
4).    Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5).    Sumber daya keluaga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan / keperawatan keluarga.
6).    Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
d        Kriteria prioritas masalah
      Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus berdasarkan kepada beberapa kriteria, sebagai berikut :
1).    Sifat masalah dikelompokkan menjadi :
a).    Ancaman kesehatan
b).    Keadaan sakit atau kurang sehat
c).    Situasi krisis
2).    Kemungkinan masalah dapat diubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3).    Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
4).    Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai, masalah dalam hal bertanya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan

Tabel 1
Skala prioritas
No
Kriteria
Nilai
Bobot
1.




2.

Sifat masalah
skala :
Ancaman kesehatan
Tidak / kurang sehat
Krisis
Kemungkinan masalah untuk diubah Skala :
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat


3
2
1


2
1
0



1




2

3




4.

Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat harus ditangani
Masalah yang tidak perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan


3
2
1


2
1

0



1






1

              
Skoring :
1)      Tentukan skor untuk setiap kriteria
2)     



Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot


 


3)      Jumlah skor untuk semua kriteria
4)      skor yang tertinggi adalah 5 dan sama untuk semua bobot
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
a)      Tidak mungkin masalah – masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
b)      Perlu mempertimbangkan masalah – masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit.
c)      Perlu mempertimbangkan respons dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.
d)     Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
e)      Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan / keperawatan keluarga.
f)       Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b        Perencanaan  (planning)
Rencana keperawatan Keluarga adalah sekumpulan tindakan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah di identifikasi.
Ciri – ciri perawatan keluarga :
1).    Berpusat pada tindakan – tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi
2).    Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dan pikiran yang logis.
3).    Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang
4).    Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi
5).    Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan
6).    Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus – menerus.
Kualitas rencana perawatan :
Kualitas rencana perawatan sangat tergantung kepada :
1).    Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah situasi keluarga.
2).    Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan
3).    Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan
4).    Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam :
a).    Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga
b).    Menentukan prioritas masalah
c).    Memiliki tindakan yang tepat
d).   Pelaksanaan tindakan
e).    Penilaian hasil tindakan
5).    Dibuat secara tertulis
c         Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan kepada rencana keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah :
1).    Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
2).    Informasi  yang telah diperoleh keluarga tidak menyeluruh
3).    Tidak mau menghadapi situasi
4).    Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat.
5).    Adat istiadat yang berlaku
6).    Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran
7).    Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat, adalah :
1).    Menggunakan pada pendekatan yang tetap (kaku, kurang luas)
2).    Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor – faktor sosial budaya
3).    Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga :
1).    Sumber daya keluarga (keuangan)
2).    Tingkat pendidikan keluarga
3).    Adat istiadat yang berlaku
4).    Respons dan penerimaan keluarga
5).    Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
d        Penilaian
Penilaian / evaluasi adalah tahap yang menentukan tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian tujun tidak tercapai maka perlu dicari penyebabnya hal dapat terjadi karena beberapa faktor :
1).    Tujuan tidak realistis
2).    Tindakan keperawatan yang tidak tepat
3).    Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi
Dimensi dalam penilaian
1).    Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan
2).    Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk uang, waktu, tenaga dan bahan alat yang diperlukan
3).    Kecocokan, dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan pertimbangan profesional
4).    Kecukupan, menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah semua tindakan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan
Kriteria dan standar
Kriteria adalah gambaran  tentang faktor – faktor tidak tetap yang didapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya. Standar akan memberi tahukan apakah tingkat pelaksanaan yang dapat diterima atau keadaan yang bagaimana agar dapat mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil atau tujuan dicapai, yaitu :
1).    Klien mengerti dan  memahami tentang penjelasan yang diberi mengenai colitik Ulseratif.
2).    Melaksanakan pengobatan yang dianjurkan.
3).    Menhindari dan mencegah kemungkinan timbulnya penyebab penyakit.
Pengukuran hasil penilaian
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dari 3 dimensi :
1).    Keadaan fisik , misalnya peningkatan berat badan anak
2).    Psikolgis dan sifat anak, misalnya ,berkembangnya sikap positif keluarga terhadap perawat dalam memberikan asuhan di rumah
3).    Pengetahuan dan perubahan prilaku, keluarga melaksanakan petunjuk – petunjuk yang berkaitan dengan perawatan payudarah sewaktu menyusui bayi
Alasan pentingnya penilaian
1).    Menghentikan tindakan / kegiatan yang tidak berguna
2).    Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan
3).    Sebagai bukti hasil dari tindakan keperawatan
4).    Untuk pengembangan dan penyempurnaan dan praktek keperawatan.
Metode penilaian
1).    Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga. Dari membuang sampah sembarangan dengan membuang sampah ketempat sampah yang dibuat.
2).    Wawancara, mewawancarai keluarga yang kerkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
3).    Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
(Nasrul Effendy,).

C.    Tinjauan Umum Tentang Konsep  Kesehatan Lingkungan.
1.      Pengertian dan ruang lingkup kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan adalah penerapan prinsip kesehatan dan perubahan serta penyusunan sifat – sifat fisik, kimia dan biologis dari lingkungan untuk kepentingan kesehatan dan kesejahteraan, sedangkan masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Ada dan factor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu : keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan lain.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya kesehatan optimum pula. Ruang lingkup  kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia           (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah rumah, hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
2.      Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratakan pokok manusia.
a         Factor – factor yang perlu diperhatikan dalam membuat rumah adalah :
1)      Factor lingkungan
Baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan social.
2)      Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.
Rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, perlu dipahami bahwa mendirikan rumah buka pada soal itu saja, namun pemeliharaannya juga.
3)      Tekhnologi yang dimiliki oleh masyarakat.
Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu mewah dan sudah bergitu modern akan tetapi sangat mahal. Pada rakyat pedesaan bagaimanapun sederhananya, sudah mempunyai tehknologi sendiri dan turun menurun.
4)      Kebijakan (peraturan – peraturan) pemerintah yang menyangkut tataguna tanah.
Untuk  hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem namun di kota sudah menjadi masalah besar.
Syarat – syarat rumah yang sehat :
a).    Bahan bangunan.
(1)   Lantai : ubin atau semen adalah baik tapi tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu (kemarau) dan tidak basah (musim hujan).
(2)   Dinding : tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih – lebih ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya dipedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang – lubang pada dinding atau papan, tersebut dapat merupakan ventilasi dan dapat menambah penerangan alamiah atau yang penting ventilasi harus ada sehingga sirkulasi udara dan penerangan alamiah (sinar matahari) bebas masuk.
(3)   Atap genteng seng atau asbes dan juga menggunakan atap daun rumbai. Yang berguna untuk melindungi dari hujan atau terik matahari.
b).    Ventilasi.
Fungsi utama menjaga agar aliran udara didalam rumah tetap segar dan juga berfungsi untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri – bakteri terutama bakteri pathogen.
Ada 2 macam ventilasi yaitu ventilasi alamiah (jendela, pintu, lubang angina pada dinding) dan ventilasi buatan ( kipas angina, mesin penguap  udara).
c).    Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Cahaya dapat dibedakan atas 2 yaitu : cahaya alamiah yakni matahari, dapat membunuh bakteri – bakteri pathogen (misalnya bakteri TBC). Cahaya buatan yaitu menggunakan lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.
d).   Luas bangunan rumah.
Harus cukup untuk penghuninya disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan optimum 2,3 – 3 m2 untuk tiap orang.
e).    Fasilitas – fasilitas didalam rumah sakit.
Tersedia air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah. Fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga. Disamping itu perlu ada fasilitas lain misalnya gudang, kandang ternak.
3.      Penyediaan air bersih.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lainuntuk minum, masak, mandi, mencuci, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.

a         Syarat – syarat air minum yang sehat.
1)     Syarat fisik : bening tidak berasa, suhu dibwah suhu udara diwarnainya sehingga dalam kehidupan sehari – hari cara mengenal air yang  memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2)     Syarat bakteriologis : harus bebas dari segala bakteri, utamanya bakteri pathogen cara pemeriksaannya melalui sampel 100 cc diperiksa, apabila terdapat bakteri > 4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3)     Syarat kimia : harus megandung zat – zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula zat – zat tersebut antara lain :
Tabel 2
Jenis – Jenis Zat Kimia Kandungan Air
Jenis bahan
Kadar yang dibenarkan
Flour ( F )
Chlor ( Cl )
Arsen ( As )
Tembaga ( cu )
Besi ( Fe )
Zat organic
Ph ( keasaman )
CO2
1 – 1,5
250
0.03
1,0
0,3
10
6,5 – 9,0
0

b.      Sumber – sumber air minum.
1).   Air hujan : tidak mengandung kalsium, oleh karena itu agar dapat disesuaikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium.
2).   Air sungai dan danau : air pemukaan, olehnya itu air ini sudah terkontaminasi sehingga perlu diolah dulu untuk jadi air minum.
3).   Mata air : bila belum tercemari dapat diminum langsung, tetapi untuk menjaga segala kemungkinan ada baiknya sebelum dimasak sebelum diminum.
4).   Air sumur dalam : berasal dari lapisan air ke 2 didalam tanah (± 15 meter dari permukaan tanah). Air ini cukup sehat untuk dijadikan air minum langsung.

4.      Pembuangan kotoran manusia.
Untuk mencegah / mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik untuk disuatu tempat tertentu atau jmaban yang sehat adalah tidak mengotori permukaan tanah disekitarnya, tidak dapat dijangkau oleh serangga (lalat, kacoa), tidak menimbulkan bau, mudah digunakan, sederhana desainya, murah, dapat diterima oleh pemakainnya.


Agar persyaratan  diatas, dipenuhi maka perlu diperhatikan :
a.       Jamban tersebut tertutup terlindungi dari panas / hujan, serangga, terlindungi dari pandangan orang.
b.      Jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat (tempat berpijat yang kuat).
c.       Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menganggu pandangan, tidak menimbulkan bau.
d.      Tersedia alat pembersi seperti air atau kertas pembersih.
e.       Terletak didaerah yang rendah, jarak 20 meter dari sumber air.

5.      Sampah dan pengolahannya.
Sampah adalah sesuatu bahan atau berada padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia :
a.       Sumber – sumber sampah.
Sampah yang berasal dari pemukiman, tempat – tempat umum, perkantoran, pembersih jalan, industri, pertanian / perkebunan, pertambangan dan yang berasal dari peternakan dan perikanan.
b.      Jenis – jenis sampah.
1).   Sampah padat.
2).   An – organic (yang tidak dapat membusuk) ; sisa – sisa makanan, daun – daunan, buah – buahan dsb ).

3).   Sampah cair (air limbah).
4).   Sampah dalam bentuk gas asap kendaraan asap pabrik, dsb.
c.       Pengelolaan sampah.
Cara pengelolaan sampah sebagai berikut :
1).    Pengumpulan dan pengangkutan sampah.
2).    Pemusnahan dan pengelolaan sampah.
a).    Ditanam
b).    Dibakar
c).    Dijadikan pupuk.
6.      Air limbah dan pengelolaanya.
Air limbah / air buangan adalah sisa air dibuang yang berasal dari rumah tangga industri atau tempat – tempat umum dan pada umumnya mengandung bahan – bahan atau zat – zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta menganggu lingkungan hidup.
Klasifikasi air limbah :
a.       Air limbah dari rumah tangga (domestic waster water).
Berasal dari pemukiman penduduk yang pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekstrela (tinja dan air seni), air bebas cucian, dapur, kamar mandi yang  terdiri dari bahan – bahan organ.
b.      Air limbah industri.(industri waster water).
Berasal dari berbagai jenis industri akibat proses – proses dimana zat  - zat yang terkandung didalamnya bervariasi seperti : nitrogen, sulfia, amoniak, lemak, garam – garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dsb.
c.       Air limbah kotapraja (municipal waster water).
Yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, dsb. Zat – zat yang terkandung didalamnya sama dengan air limbah rumah tangga. Pemukiman penduduk yang pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekstreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur, kamar mandi yang terdiri dari bahan – bahan organic.
Karakteristik air limbah :
1)     Karakteristik fisik : sebagain besar terdiri dari air, sebagian kecil dari bahan – bahan padat dan suspensi.
2)     Karakteristik kimiawi : biasanya mengandung zat – zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam – macam zat organic berasal dari penguraian tinja, urine, sampah – sampah lainnya.
3)     Karakteristik bakteriologis.
Air limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, antara lain :
a).    Menjadi transmisi / media penyebaran berbagai penyakit, seperti kolera, typus abdominalis disentri basiler.
b).    Menjadi media berkembangbiakanya nyamuk atau tempat hidup larva.
c).    Menjadi tempat berkembangbiakan nymauk atau tempat hidup larva nyamuk.
d).   Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap
Pengelolaan air buangan :
a).    Pengelolaan awal  (preliminary) adalah pengeloaan yang dilakukan untuk mencegah komplikasi pengelolaan selanjutnya dan untuk menghilangkan dan untuk mengurangi kegiatan pemeliharaan peralatan.
b).    Pengelolaan primer atau pengelolaan untuk menghilangkan semua benda terapung dan sebagian besar benda beruspensi.
c).    Pengelolaan sekunder ialah pengelolaan biologis seperti pengolahan dengan Lumpur aktif, kolam oksidasi. Tricking filter, lagooa statage dan aerosi, land spreading, dan sebagiannya.







D.    Tinjauan Umum Tentang Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

1.      Tinjauan Hipertensi
a         Pengertian
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia setengah umur atau lebih tua. Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Sedangkan batasan hipertensi dengan memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin oleh Kaplan dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman, Sarwono Waspadji, hal. 205 diajukan sebagai berikut :
1.)    Pria usia < 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring di atas atau sama dengan 130/90 mmHg.
2.)    Pria usia > 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya di atas 145/95 mmHg.
3.)    Pada wanita tekanan darah di atas atau sama dengan 160/95 mmHg dinyatakan hipertensi.
Pada tahun 1984, The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman, Sarwono Waspadji, hal. 206 membagi hipertensi berdasarkan tekanan diastolik sebagai berikut :

1.)    Tekanan diastolik kurang dari 85 mmHg adalah normal.
2.)    Hipertensi ringan bila tekanan diastole 90 – 140 mmHg.
3.)    Hipertensi sedang bila tekanan diastole 105 – 114 mmHg.
4.)    Hipertensi berat bila tekanan diastole lebih dari 114 mmHg.
Pasien-pasien dengan tekanan darah yang kadang-kadang naik dinamakan hipertensi labil.
Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut WHO :
Kategori
Sistolik
Diastolik
Normal
140 mmHg
90 mmHg
Bordeline/Perbatasan
140 – 159 mmHg
90 – 94 mmHg
Hipertensi defenitif
160 mmHg
95 mmHg
Hipertensi ringan
160 – 179 mmHg
95 – 140 mmHg

b        Penyebab/Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi, dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1)      Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Ini merupakan tipe paling umum dan termasuk 35 – 95 % dari individu dengan penyakit ini. (Soeparman, Waspadji Sarwono, 1990 : 207 – 208).
Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi sebagai berikut :
a).    Usia
Paling tinggi kejadian pada usia > 40 tahun
b).    Jenis kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki.
c).    Keturunan
75 % pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi.
d).   Obesitas/kegemukan
Sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
e).    Perokok
Resiko pada manusia dihubungkan mekanisme terjadinya hipertensi pada perokok belum diketahui secara pasti, namun hubungan antara rokok dengan peningkatan kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
f).     Peminum alkohol
Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti belum diketahui.
g).    Komsumsi garam
Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam penyebab hipertensi. Ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma dan curah jantung.
h).    Stres
Diduga melalui aktivasi saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menetap tinggi.
2)      Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu seperti :
a).    Hipertensi renal ialah hipertensi yang penyebabnya adalah kelainan parenkim ginjal.
Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman, Sarwono Waspadji, hal. 236, M. Ziegler dan G.J. Mart menuliskan semua penyakit ginjal yang dapat menimbulkan hipertensi seperti di bawah ini :
(1)   Penyakit ginjal bilateral
Glomerulo nefritis akut dan kronik.
Nefritis interstisial akut dan kronik.
Pielonefritis glomerulosklerosis.
(2)   Penyakit ginjal unilateral
Aneurisma arteri renalis.
Infark ginjal.
Fistel arteriovenosus.
Trombosis vena renalis.
Tuberkulosis ginjal.
Bendungan urine karena berbagai sebab.
(3)   Hipertensi karena gagal ginjal
(4)   Hipertensi sesudah cangkok ginjal
b).    Hipertensi renovaskuler
Adalah hipertensi yang disebabkan oleh obstruksi satu atau lebih cabang arteri renalis utama atau cabangnya yang dapat sembuh dengan operasi rekonstruksi vaskuler atau nefrektomi.
c         Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada pasien hipertensi umumnya normal. Kelainan terutama pada peningkatan tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer ini disebabkan karena penyempitan pembuluh darah akibat ketegangan otot polos pada pembuluh darah tersebut.
Meningkatnya tekanan darah semakin menegangkan dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan dinding pembuluh darah semakin tebal dan ronggan pembuluh darah semakin sempit yang meningkatkan tahanan terhadap mengalirnya darah.
Perubahan struktur inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor utama sukarnya tekanan darah dikendalikan dengan obat-obatan anti hipertensi pada kasus-kasus tertentu. Kerja jantung pada penderita hipertensi akan bertambah berat karena naiknya tahanan perifer yang lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya hipertropi ventrikel kiri. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasia ventrikel kiri maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia (kekurangan oksigen).
Hal ini dapat diperberat oleh adanya sklerosis koroner dan jika hal ini berlangsung lama akan terjadi decompensasi cordis di samping ini juga akan menyebabkan gagal jantung. Pusat vasomotor di batang otak yang akibat terjadinya vasokontriksi arteri otak sistemik yang akan meningkatkan tekanan darah.
d        Gejala klinik
Gejala hipertensi tidak selalu ada hubungannya dengan berat ringannya hipertensi. Secara dini dari penyakit hipertensi ringan pasien sakit kepala karena vasokontriksi atau epitaksis dari perdarahan kapiler basial. Pada hipertensi ringan ada kelompok pasien yang sama sekali tidak memberikan keluhan-keluhan. Sedang pada sekelompok yang lain sudah memberikan gejala-gejala yang sangat terasa mengganggu. Demikian pula hipertensi yang sedang dan berat, ada pasien yang tidak mengeluh apa-apa dan ada pasien yang sudah memberikan keluhan yang begitu berat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik karena sangat terganggu.
Pada umumnya pasien hipertensi memberikan keluhan-keluhan sebagai berikut : pusing, sakit kepala, vertigo, sukar tidur, mata berkunang-kunang, kaku kuduk, mual dan muntah, epitaksis, telinga berdengung.
e         Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Oleh karena itu, setiap pasien hipertensi harus diperiksa secara keseluruhan yang meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium.
1)                       Riwayat penyakit
Pada pasien hipertensi perlu ditonjolkan lamanya menderita, riwayat dan gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, gagal jantung dan lain-lain. Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan seperti merokok, komsumsi makanan (khususnya makanan yang banyak mengandung garam, lemak, dan protein), riwayat komsumsi obat-obat bebas, hasil dan efek samping terapi hipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya).
2)     Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan fisik perlu dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dalam hal ini juga dilakukan pengukuran berat badan untuk membandingkan antara berat badan dan tinggi pasien. Karena obesitas dan hipertensi mempunyai prognosa yang kurang baik. Kemudian dilakukan  pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif.
3)     Pemeriksaan laboratorium
a).    Pemeriksaan darah rutin yang diperlukan adalah hematokrit, ureum, dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal.
b).    Elektrolit untuk melihat kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron.
c).    Pemeriksaan urinalis (protein dalam urine) untuk melihat adanya kelainan pada ginjal.
4)        Pemeriksaan radiologi yaitu untuk melihat adanya pembesaran jantung kiri pada hipertensi yang kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah pada stadium payah jantung hipertensi.
5)        Pemeriksaan echokardiografi
Echokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk memantau terjadinya hipertropi ventrikel. Hemodinamik kardiovaskuler dan tanda-tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantun hipertensi pada stadium lanjut.
Apabila pemeriksaan tersebut di atas tidak cukup untuk membuktikan etiologi penyakit atau ada kecurigaan terhadap suatu penyakit yang menyebabkan hipertensi maka dilakukan pemeriksaan khusus seperti :
a.)    Pielografi intravena dapat membantu menilai keadaan ginjal, dapat dilihat dari fungsi ekskresi ginjal dan ureter serta bentuk dan besarnya ginjal.
b.)    Arteriografi renal dilakukan bila ada dugaan stenosis arteri renalis.
c.)    Pemeriksaan kadar renin plasma untuk mengevaluasi pasien untuk stenosis arteri renalis juga dipakai untuk menentukan pola pengobatan
f         Pengobatan dan perawatan
1)  Pengobatan
Pengobatan selain ditujukan pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu dengan :
a).    Menurunkan tekanan darah menjadi normal.
b).    Mengobati payah jantung karena hipertensi.
c).    Mengurangi kejadian kardiovaskuler.
d).   Menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin
Beberapa macam obat yang sering digunakan dalam pengobatan hipertensi sehari-hari adalah :
a.)    Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghabiskan natrium tubuh dan mengurangi volume darah serta mekanisme-mekanisme lainnya.
(1)   Diuretik tiazid cocok untuk penderita hipertensi ringan dan sedang.
(2)   Loap diuretik : furosenamid (Lasix).
(3)   Obat penahan kalium (Potassium sparing)
Agents : spinorolactone : ameloride, triamteren.
b.)    Obat-obat penghambat simpatik (adrenergik)
(1.)  Clonidin bekerja sentral.
(2.)  Penghalang simpatik ganglion : trimetaphon : pentolinium, pempidine.
(3.)  Obat-obat penghalang transmisi neuro efektor guanethedine, debriso-guine reserpine.
(4.)  Yang bekerja sentral dan menghalang simpatik metildopa.
(5.)  Obat penghalang reseptor adrenergik
Penghalang alpha adrenoreseptor : phrolamine.
Penghalang beta adrenoreseptor : non cardioselektif
Kombinasi penghalang alpa dan beta adrenergik.
Reseptor : labetolol.
c.)    Vasodilator langsung
Hidralisin bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos dan akan mengakibatkan penurunan resistensi vaskular.
Sodium nitropusid vasodilator kuat yang diberikan secara  parenteral yang digunakan pada
                              hipertensi gawat dan kegagalan jantung yang berat.
2)           Perawatan
Istirahat, monitor tekanan darah, hentikan merokok, jika merokok kurangi berat badan (olah raga) pembatasan minum-minuman beralkohol
3.             Modifikasi gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan nonfarmakologis meliputi:
1.      Teknik mengurangi stress
2.      Penurunan BB
3.      Pembatasan alcohol
4.      Olahraga latihan
5.      Relaksasi merupakan intervevsi wajib yang harus dilakukan pada saat terapi antihipertensi.
g        Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah menyebabkan kelainan-kelainan pada organ-organ seperti jantung, otak,
pembuluh darah, ginjal dan mata
1)      Komplikasi pada jantung
Penyakit jantung yang timbul akibat penyakit hipertensi adalah penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi yang juga dapat menyebabkan terjadinya patah jantung ischemik yang pada banyak negara merupakan sebab kematian utama.
2)     Komplikasi pada otak dapat berupa pendarahan otak (stroke) enselopati dan intracranial hemorhagis. Enselopati hipertensi biasanya ditandai oleh sakit kepala hebat, bingung, lamban dan gangguan penglihatan. Gejala-gejala ini umumnya tambah berat dalam waktu 12 – 48 jam dan dapat timbul kejang-kejang. Kesadaran menurun serta dapat menyebabkan kebutaan.
3)     Komplikasi pada pembuluh darah dapat berupa :
a).    Radang pembuluh nadi yang menutup jalannya aliran darah.
b).    Adanya penumpukan aliran darah dalam pembuluh darah yang dapat mengembangkan vena.
c).    Robeken pembuluh darah akibat tekanan yang meningkat.
d).   Regang pembuluh nadi akibat penumpukan darah.
4)      Komplikasi pada ginjal dapat berupa
a).    Glomerulus
b).    Gangguan fungsi ginjal
5)     Komplikasi pada mata dapat diketahui dengan pemeriksaan funduskopi dengan melihat kelainan fundus/retina berupa :
a).    Oklusi vena retina (OVEC) gambaran fundusnya yaitu vena berkelok-kelok, odem retina, dan odem macula, pendarahan di sekitar papil saraf optik, ketajaman penglihatan sangat buruk.
b).    Oklusi vena retina cabang-cabang yang sering tersumbat adalah cabang temporal atas sehingga akibatnya langsung mengenai macula dan menimbulkan tajam penglihatan yang buruk.
h        Prognosa
Pada umumnya prognosa pada pasien hipertensi tergantung dari penyakit primernya, berat ringannya penyakit hipertensi itu sendiri, serta komplikasi yang timbul dan cepatnya tindakan atau pengobatan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prognosa hipertensi yaitu :
1)     Etiologi hipertensi yang ditemukan secara dini dan sebabnya dapat dikoreksi tentu mempunyai prognosa yang baik misalnya akibat kelainan ginjal dan kelainan hormon, neurologi dan lain-lain.
2)     Ada tidaknya komplikasi dari organ tubuh, makin banyak komplikasi yang ditemukan pada organ tubuh makan prognosa makin jelek.
3)     Ada tidaknya resiko payah jantung, ischemik, diabetes millitus, hipercolesteronemia, merokok juga sangat menentukan prognosis.
4)     Tinggi rendahnya tekanan darah, makin tinggi tekanan darah maka mempunyai prognosa yang jelek juga.