
Minggu, 18 Desember 2011
Jumat, 02 Desember 2011
Tata cara sholat jenazah
Tata cara sholat jenazah
Posted by arif pada 15 April 2009
CARA SHOLAT JENAZAH
Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Adapun syarat-syarat shalat jenazah adalah sebagai berikut:
Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat.
Mayit sudah dimandikan dan dikafani.
Letak mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali kalau shalat dilakukan di atas kubur atau shalat gaib.
A. Rukun dan Cara Mengerjakan Shalat Jenazah
Shalat jenazah tidak disertai dengan rukuk dan sujud tidak dengan adzan dan iqmat. Setelah berdiri sebagaimana mestinya, maka:
1. Niat melakukan shalat mayit dengan 4 kali takbir.
Niatnya: (untuk mayit laki-laki)
Ushallii alaa hadzal mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’alaa.
Artinya: Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.
Niat (untuk mayit perempuan)
Ushallii alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aalaa.
2. Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan “Allahu akbar” sambil meletakan tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut (sidakep), kemudian membaca Al-Fatihah, setelah membaca Al-Fatihah lalu takbir “Allahu akbar”
3. Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
Artinya: “Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad”
Lebih sempurna lagi jika membaca shalawat sebagai berikut:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa’alaa aali Muhammadin. Kamaa shallaita ‘alaa Ibrahim wa ‘allaa aali Ibrahim. Wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aalii Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa Ibrahim wa ‘alaa aali Ibrahim fil-‘aalamiina innaka hamiidummajid.
Artinya: “Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad dan para keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan para keluarganya. DI seluruh ala mini Tuhanlah yang terpuji Yang Maha Mulia.”
4. Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:
Allahummaghfir lahuu warhamhu wa’aafihii wa’fu’anhu.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dab sejahtera, maafkanlah dia.”
Lebih sempurna lagi jika membaca doa:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَآْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ
وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا آَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ
دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَعَذَابِ النَّارِ
Allahummaghfir lahu (lahaa) warhamhu (haa) wa’aafihii (haa) wa’fu ‘anhu (haa) wa akrim nuzulahu (haa) wawassa’madkhalahu (haa) waghsilhu (haa) bil-maa’I watstsalji wal-baradi wanaqqihi (haa) minal-khathaayaa kamaa yu-naqqatats-tsaubul-abyadhu minad-danasi waabdilhu (haa) daaran khairan min daarihi (haa) wa ahlan khairan min ahlihi (haa) wa zaujan khairan min zaujihi (haa) wa adkhilhul jannata wa a’iduhu min ‘adabil qabri wa ‘adabin nar
(HR. Muslim 2/663)
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia, sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahannya, hormatilah kedatangannya, dan luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik daripada ahli keluarganya yang dahulu, dan peliharalah ia dari siksa kubur dan azab api neraka.”
Keterangan:
Jika mayit perempuan kata lahu menjadi lahaa.
Jika mayit anak-anak doanya adalah:
Allahummaj’alhu faratahn li abawaihi wa salafan wa dzukhran wa’izhatan wa’tibaaran wa syafii’an wa tsaqqil bihii mawaaziinahumma wafrighish-shabra ‘alaa quluubihimmaa wa laa taftinhumaa ba’dahu wa laa tahrimna ajrahu.
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah bundanya dan sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan ibu-bapaknya karenanya, serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya. Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah bundanya sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghalangi pahala kepada dua orangtuanya.”
5. Selesai takbir keempat, lalu membaca:
Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.
Artinya: “Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau member kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
6. Kemudian setelah salam membaca:
As-sallamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Artinya: “Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”
Keutamaan dilakukannya Shalat Jenazah
Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang siapa menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama dengan dua gunung yang besar.” (HR Abu Hurairah)
Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath. Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath sama dengan gunung Uhud.” (HR Tsauban)
NB: untuk menambah pemahaman tentang sholat jenazah saya link kan dengan video di youtube cara sholat jenazah untuk laki laki dan untuk perempuan agar suara tidak bercampur silahkan di “PAUSE” live musik di sidebar sebelah kanan anda.
mudah mudahan bermanfaat
Daftar Informasi : http://berdzikir.wordpress.com/2009/04/15/tata-cara-sholat-jenazah/#comment-1800
Sabtu, 26 November 2011
KONSEP DEFEKASI (BUANG AIR BESAR)
KONSEP DEFEKASI (BUANG AIR BESAR)
Buang Air Besar
Buang Air Besar
- Buang
air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
Fisiologi Buang Air Besar
- Rektum
biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada
waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika
yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai
lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus
terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang
waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam
rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi
perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan
penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter
anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
Proses Buang Air Besar
- Jenis
gelombang peristaltik yang terlihat dalam usus halus jarang timbul pada
sebagian kolon, sebaliknya hampir semua dorongan ditimbulkan oleh pergerakan
lambat kearah anus oleh kontraksi haustrae dan gerakan massa. Dorongan di
dalam sekum dan kolon asenden dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang
lambat tetapi berlangsung persisten yang membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam
untuk menggerakkan kimus hanya dari katup ileosekal ke kolon transversum,
sementara kimusnya sendiri menjadi berkualitas feses dan menjadi lumpur
setengah padat bukan setengah cair.
- Pergerakan
massa adalah jenis pristaltik yang termodifikasi yang ditandai timbulnya
sebuah cincin konstriksi pada titik yang teregang di kolon transversum,
kemudian dengan cepat kolon distal sepanjang 20 cm atau lebih hingga ke
tempat konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi
sebagai satu unit, mendorong materi feses dalam segmen itu untuk menuruni
kolon.
- Kontraksi
secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar selama kira-kira 30
detik, kemudian terjadi relaksasi selama 2 sampai 3 menit berikutnya
sebelum terjadi pergerakan massa yang lain dan berjalan lebih jauh
sepanjang kolon. Seluruh rangkaian pergerakan massa biasanya menetap hanya
selama 10 sampai 30 menit, dan mungkin timbul kembali setengah hari lagi
atau bahkan satu hari berikutnya. Bila pergerakan sudah mendorong massa
feses ke dalam rektum, akan timbul keinginan untuk defekasi (Guyton, 1997).
Pengertian konstipasi
- Konstipasi
adalah suatu penurunan defekasi yang normal pada seseorang, disertai
dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses
yang sangat keras dan kering (Wilkinson, 2006).
- Konstipasi
adalah defekasi dengan frekuensi yang sedikit, tinja tidak cukup
jumlahnya, berbentuk keras dan kering (Oenzil, 1995).
- Konstipasi
adalah kesulitan atau kelambatan pasase feses yang menyangkut konsistensi
tinja dan frekuensi berhajat. Konstipasi dikatakan akut jika lamanya 1
sampai 4 minggu, sedangkan dikatakan kronik jika lamanya lebih dari 1
bulan (Mansjoer, 2000).
Penyebab konstipasi
- Kurang
gerak.
- Kurang
minum.
- Kurang
serat.
- Sering
menunda buang air besar.
- Kebiasaan
menggunakan obat pencahar.
- Efek
samping obat-obatan tertentu (antasid dan opiat) sampai adanya gangguan
seperti usus terbelit.
Patofisiologi konstipasi
- Defekasi
menjadi sulit manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya
akan memperpanjang masa transit tinja. Semakin lama tinja tertahan dalam
usus, maka konsistensinya akan semakin keras, dan akhirnya membatu
sehingga susah dikeluarkan (Arisman, 2004).
- Rasa
takut akan nyeri sewaktu berdefekasi juga dapat menjadi stimulus
psikologis bagi seseorang untuk menahan buang air besar dan dapat menyebabkan
konstipasi. Rangsangan simpatis atau saluran gastrointestinal menurunkan
motilitas dan dapat memperlambat defekasi. Aktivitas simpatis meningkat
pada individu yang mengalami stress lama. Obat-obatan tertentu misalnya
antasid dan opiat juga dapat menyebabkan konstipasi (Corwin, 2000).
Cara mengurangi resiko konstipasi
- Menyarankan
untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari,
- seperti
sayuran dan buah-buahan.
- Menganjurkan
untuk minum paling sedikit delapan gelas cairan (air, jus, teh, kopi) setiap
hari untuk melembutkan feses.
- Menganjurkan
untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin, karena bisa menyebabkan
ketergantungan (Moore, 1997).
Pemeriksaan
- Pemeriksaan
dimulai pada rongga mulut meliputi gigi geligi, adanya luka pada selaput
lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses
menelan.
- Daerah
perut diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan atau tonjolan.
Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut. Perabaan lebih
dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor atau
pelebaran nadi.
- Pada
pemeriksaan ketuk dicari pengumpulan gas berlebih, pembesaran organ,
cairan dalam rongga perut atau adanya massa tinja. Pemeriksaan dengan
stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara gerakan usus besar serta
mengetahui adanya sumbatan usus.
- Pemeriksaan
dubur untuk mengetahui adanya wasir, hernia, fissure (retakan) atau
fistula (hubungan abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor di
dubur yang bisa mengganggu proses buang air besar. Colok dubur memberi
informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya
darah.
- Pemeriksaan
laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor resiko konstipasi
seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat
keluarnya darah dari dubur. Anoskopi dianjurkan untuk menemukan hubungan
abnormal pada saluran cerna, tukak, wasir, dan tumor.
- Foto
polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi untuk mendeteksi
adanya pemadatan tinja atau tinja keras yang menyumbat bahkan melubangi
usus. Jika ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari dubur
atau riwayat keluarga dengan kanker usus besar perlu dilakukan koloskopi
(Nri, 2004).
Terapi
- Terapi
diberikan sesuai penyebabnya dan pada lansia pengobatannya harus hati-hati.
Untuk pengobatan biasanya dimulai fase 1 yaitu perubahan kebiasaan hidup
meliputi latihan buang air besar secara teratur, dikombinasi olahraga, dan
diet banyak cairan minimum 1500 cc/hari air/jus buah, makanan berserat
sehari 20-30 gram.
- Jika
belum membaik, maka terapi memasuki fase 2, yaitu penggunaan obat-obatan
laksatif atau supositoria dan enema serta terapi lainnya.
- Jika
fase 2 tidak efektif, maka perlu pemeriksaan radiologis, bahkan pada
konstipasi tertentu perlu dilakukan tindakan operasi (Arief, 2008).
Patofisiologi hubungan serat dengan konstipasi
- Diet
berserat tinggi mempertahankan kelembaban tinja dengan cara menarik air
secara osmotis ke dalam tinja dan dengan merangsang peristaltik kolon
melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat
atau makanan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami
konstipasi (Corwin, 2000).
Fisiologi pencernaan
Mengunyah
- Pada
umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf
ranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang
otak. Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk
pengecapan dan menimbulkan pergerakan mengunyah yang ritmis secara
kontinu. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan
di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu
sering kali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.
Menelan
- Tahap
volunter, bila makanan sudah siap untuk ditelan secara sadar makanan
ditekan atau digulung kearah posterior ke dalam faring oleh tekanan lidah
ke atas dan belakang terhadap palatum.
- Tahap
faringeal, sewaktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan
faring, bolus merangsang daerah reseptor menelan di seluruh pintu faring,
khususnya pada tiang-tiang tonsil, dan impuls-impuls berjalan ke batang
otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara
otomatis.
- Tahap
esopageal, esopagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan dari
faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus dari fungsi tersebut.
Normalnya esopagus memperlihatkan dua tipe gerakan peristaltik.
Peristaltik primer hanya merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik
yang dimulai di faring dan menyebar ke esopagus selama tahap faringeal dan
penelanan. Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua makanan
yang telah masuk esopagus ke dalam lambung, maka terjadi gelombang
peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esopagus oleh makanan
yang tertahan, dan terus berlanjut sampai semua makanan dikosongkan ke dalam
lambung (Guyton, 1997).
Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Setelah perawat
mengelompokan, mengidentifikasi, dan mevalidasi data-data yang signifikan, maka
tugas perawat pada tahap ini dalah merumuskan suatu diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom,
kemungkinan dan welness. (Carpentio 2000)
1. Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini
sesuai data klinik yang ditemukan.
Syarat: menegakan diagnosa
aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor (80% -
100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA.
Misalnya, ada data: muntah,
diare dan turgor jelek selama 3 hari
Diagnosakekurangan volume
cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal (Taylor,
Lilis & LeMone,1988,p.283)
Jika suatu masalah semakin
jelek dan mengganggu kesehatan “parineal” klien tersebut akan terjadi resiko
kerusakan kulit dan di sebut sebagai:”rsiko diagnosa”
2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan yang
nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Keliat,1990)
Syarat :menegakan resiko
diahnosa keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi). Penggunaan istilah
“resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan atau kerentanan
terhadap masalah.
Diagnosa:”resiko gangguan
integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menerus”
Jika perawat menduga adanya
gangguan self-concept (konsep diri), tetapi kurang data yang cukup mendukung (definisi
karakteristik / tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan, maka dapat
dicantumkan sebagai:”kemungkin diagnosa”
3. Diagnosa keperawatan “wellness”
Diagnosa keperawatan
wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang keadaan individu,
keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat yang lebih tinggi.
Syarat:menegakan diagnosa
keperawatan wellness harus ada unsur P (problem)
Ada dua kunci yang harus
ada:
1) Sesuatu yang harus menyenangkan pada tingakat
kesejahteraan yang lebih tinggi
2) Adanya status dan fungsi yang efekif
Pernyataan diagnosa
keperawatan yang dilakukan yang dituliskan adalah” potensial untuk
peningkatan....” perlu dicatat bahwa diagnosa keperawatan kategori ini tidak mengandung
unsur “faktor yang berhubungan”.
Contoh: potensial
peningkatan hubungan dalam keluarga
Hasil yang diharapkan meliputi:
Makan pagi bersama selama 5 hari / minggu
Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga
Menjaga kerahasian setiap anggota keluarga
Dan dilanjutkan
denganpemberian PENKES.
Pola Fungsional Kesehatan
|
Fungsi yang positif
Pernyataan Pengakajian
|
1. Pola manajemen persepsi kesehatan
|
Persepsi kesehatan yang
positif
Manajemen Kesehatan yang
efektif
|
2. Pola nutrisi-metabolik
|
Pola nutrisi - metabolik
yang efektif
|
3. Pola eliminasi
|
Pola eliminasi yang
efektif
|
4. Pola aktivitas – gerak
|
Pola aktifitas-gerak
efektif
|
5. Pola istirahat-tidur
|
Pola istirahat-tidur yang
efektif
|
6. Pola kognitif-perseptual
|
Pola kognitif-perseptual
yang positif
|
7. Pola persepsi diri
|
Pola persepsi diri yang
positif
|
8. Pola hubungan peran
|
pola hubungan peran yang
positif
|
9. Pola seksual – reproduksi
|
Pola seksual- reproduksi
yang positif
|
10. Pola koping stres
|
Pola koping stres yang
efektif
|
11. Pola nilai - kepercayaan
|
Pola nilai-kepercayaan
yang positif
|
UNSUR-UNSUR PENULISAN
AKTUAL DAN RESIKO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah diagnosa
keperawatan diputuskan, maka perlu dilakukan penulisan diagnosa sesuai standar
yang ada. Diagnosa keperawatan dapat di tuliskan dua daftar pertanyaan sesuai
standar yang ada (masalah dan penyebab) atau tiga (masalah-penyebab- tanda dan
gejala)
1) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan pernyataan
masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara
jelas dan singakat mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnosa keperawatan
mengidentifikasi apa yang tidak sehat oleh klien dan apa yang harus dirubah
tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan
daria asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnosa keperawatan dari
NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan.
a. Membantu perawat untuk berkomunikasi satu
dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang dimengerti secara umum.
b. Memfasilitasi penggunaan komputer dalam keperawatan
,karena perawata akan mampu mengakses diagnosa keperawatan.
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi
perbedaan masalah kriteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam
meningkatkan asuhan keperawatan.
2) Etiologi (Penyebab)
Etiologi,
faktor resiko dan pendukung (related to):
Etiologi atau penyebab
adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau
mempengaruhi perkembangan masalah. Hal ini bisa di sebut related to dari
pernyataan diagnosa keperawatan (Carpenito 2000)
Etiologi meng identifikasi fisiologis
psikologis sosiologis spiritual dan faktor-faktor yang dipercaya yang berhubungan dengan masalah baik sebagai
penyebab atau pun faktor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi faktor
yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien maka etiologi sebagai pedoman
atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi keselahan dalam
menentukan penyebab, maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan
efisien, misalnya, klien denghan Diabetes Melitus RS biasanya dengan
hiperglikemia dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan
pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “ketidaktaatan”. Katakanlah ketidaktatan
tersebut berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan tindakan
keperawatan diperioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi Diabetes Militus
dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa
untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnosa keperawatan
meliputi unsur PSMM
P = Patofisiologi
dari penyakit
S =
Situational (keadaan l;ingkungan perawatan)
M =Mediaction
(pegobatan yang diberikan)
M =
Maturasi (tingkat kematangan / kedewasaan klien)
|
Etiologi, faktor penunjang dan resiko
meliputi:
a. Pathofisiologi:
Semua proses penyakit, akut
atau kronis yang dapat mentebabkan atau mendukung masalah.misalnya masalah
“powerlessness”
Penyebab yang umum:
Ketidakmampuan
berkomunikasi (CVA, intubation)
Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari-hari (CVA, trauma, servical, nyeri, IMA)
Ketidakmampuan memenuhi
tanggung jawabnya (pembedahan trauma dan arthrirtis)
b. Situasional (personal, envirinment)
Kurangnya pengetahuan,
isolasi sosial, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya
partisipasi klien dalam mengambil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya,
pelecvehan seksual, pemindaha status sosial, dan perubahan personal teoriti.
c. Medication (tretmen – related)
Keterbatasan institusi atau
rumahsakit: tidak snaggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan.
d. Maturational
Adolescent:ketergantungan
dalam kelompok, independen dan keluarga
Young adult :menikah,
hamil, orangtua.
Dewasa tekanan karier,
tanda-tanda pubertas
Eldrerly : kurangnya
se3nsori ,motor, kehilangan, (uang, faktor yang lain)
3) Definisi karakteristik
Data-data subyektif dan
obyektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap diagnosa
keperawatan aktual dan resiko.
Defining karakteristik:
a) Mayor (harus ada)
Menunjukan ketidak puasan
tentang ketidakmampuannya mengontrol situasi.( misalnya: sakit,
progonisis,perawatan, penyembuhan)
b) Minor (mungkin ada / timbul)
Menolak atau ragu-ragu
untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan Apatais, perilaku yang agresif,
perilaku cemas,merusak, depresi.
Problem
Etiologi
Tanda dan Gejala
(definisi karakteristik)
|
Identifikasi tentang
sesuatu yang tidak sesuai/tidak sehattentang klien dan memerlukan perubahaan
Jelas, pernyataan yang singkat tenetang masalah klien
Identifikasi
faktor-faktor yang mendukung masalh respon klien
Faktor penyebab atau pendukung
Identifikasi
data subyektik dan obyektif sbg, tanda dari masalah keperawatan
Definisi karakteristik (tand adan gejala yang spesifik)
|
Memerlukan perubahan
klien (haraoan untuk perubahan)
Kurangnya perawatan diri:mandi berhubungan dengan
(related to)
Memrukan pengukuran
keperawatan yang sesuai
Takut jatuh di kamar mandi dan kegemukan ditandai
dengan (“as manifested by”)
Memerlukan kriteria
evaluasi
Bau “pesing” rambut tidak pernah dikeramas.
“saya takut jalan
dikamarmandi dan memecahkan barang”
|
KRITERIA PETUNJUK PENULISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Taylor, Lilis & LeMone, 1997)
1. Tulislah masalah klien/ perubahan status
klien.
2. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya
penyebab dan keduanya dihubungkan dengan kata”sehubungan denagn (relatred to)”.
3. Definisi karakteristik jika diikuti dengan
penyebab kemudian kemudiana di hubunglkan dengan kata” ditandai dengan (as
manifefested by”).
4. Tulislah istilah yang umum digunakan.
5. Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
6. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan
apakah keadaan yang tidak sehat dari klien atau apa yang diharapkan klien bisa
dirubah.
7. Hindarkan menggunakan definisi
karteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang tidak bisa dirubah dalam
pernyataan masalah.
8. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk
memastikan bahwa pernyataan masalah bisa dicapai dan penyebabnya bisa diukur
oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2000).
Nursing Diagnosa: Application to Clinical Practice, ed, J. B
Lippincott Co., Philadelphia.
Keliat, B.A. (1990). Proses Keperawatan, Penerbit ,Arcan, Jakarta.
NANDA.(1987). Taxsonomi l, with Official Diagnostic
Categories.NANDA.
St. Louis.
Taylot, C., Lilies, C &
LeMone, P. (1998). Fundamental of Nursing: the arts and science
of nursing care, J.B. Lippncott Co., Philadelphia.
Sabtu, 05 November 2011
Just for Share: 7 Benda Kotor Yang Sering Kita Pakai/Sentuh/Gunaka...
Just for Share: 7 Benda Kotor Yang Sering Kita Pakai/Sentuh/Gunaka...: Tanpa disadari, banyak benda di sekitar kita yang berpotensi menjadi sarang bakteri dan tempat berpindahnya virus, bakteri dan penyakit. D...
Senin, 31 Oktober 2011
PEMISAHAN CAMPURAN
A. PENGERTIAN CAMPURAN DAN KLASIFIKASINYA
Campuran adalah materi yang terdiri atas dua macam zat atau lebih dan masih memiliki sifat-sifat zat asalnya. Jika kita mencampur minyak dengan air, terlihat ada batas di antara kedua cairan tersebut. Jika kita mencampur dengan alkohol, batas antara keduanya tidak terlihat. Minyak dan air membentuk campuran heterogen.
Campuran heterogen adalah campuran yang tidak serbasama, membentuk dua fasa atau lebih, dan terdapat batas yang jelas di antara fasa-fasa tersebut. Alkohol dan air membentuk campuran homogen. Campuran homogen adalah campuran yang serbasama di seluruh bagiannya dan membentuk satu fasa.
Contoh campuran heterogen :
* campuran tepung beras dengan ir,
* campuran kapur dengan pasir,
* campuran serbuk besi dengan karbon.
Contoh campuran homogen :
* campuran gula atau garam dapur dengan air,
* air teh yang sudah disaring,
*campuran gas di udara.
Campuran homogen biasa disebut larutan.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Larutan dapat berwujud padat, cair, dan gas.
Contoh campuran heterogen :
* campuran tepung beras dengan ir,
* campuran kapur dengan pasir,
* campuran serbuk besi dengan karbon.
Contoh campuran homogen :
* campuran gula atau garam dapur dengan air,
* air teh yang sudah disaring,
*campuran gas di udara.
Campuran homogen biasa disebut larutan.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Larutan dapat berwujud padat, cair, dan gas.
1. Larutan berwujud padat. Larutan berwujud padat biasa ditemukan pada paduan logam. contohnya, kuningan yang merupakan paduan seng dan tembaga.
2. Larutan berwujud cair. Contohnya, larutan gula dalam pelarut air.
3. Larutan dalam wujud gas. Contohnya, udara yang terdiri atas bermacam-macam gas, diantaranya adalah nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida
B. METODE PEMISAHAN CAMPURAN
Top of Form
Metode pemisahan merupakan suatu
cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau
skelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan,
baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan
untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering
disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam
suatu sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan tahap proses pemisahan,
metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan
sederhana dan metode pemisahan kompleks.
Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu,pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu,pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.
Keadaan zat yang diinginkan dan
dalam keadaan campuran harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan
kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain :
1.
Keadaan zat yang diinginkan terhadap
campuran, apakah zat ada di dalam sel makhluk hidup, apakah bahan terikat
secara kimia, dan sebagainya.
2.
Kadar zat yang diinginkan terhadap
campurannya, apakah kadarnya kecil atau besar.
3.
Sifat khusus dari zat yang
diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan panas, mudah menguap,
kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih, dan sebagainya.
4.
Standar kemurnian yang diinginkan.
Kemurnian 100% memerlukan tahap yang berbeda dengan 96%.
5.
zat pencemar dan campurannya yang
mengotori beserta sifatnya.
6.
Nilai guna zat yang diinginkan,
harga, dan biaya proses pemisahan.
C. DASAR-DASAR METODE PEMISAHAN
Top of Form
Suatu zat dapat dipisahkan dari
campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Hal ini dinamakan dasr pemisahan.
Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut :
1.
Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak diinginkan (zat pencmpur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang.
Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak diinginkan (zat pencmpur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang.
2.
Titik didih
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat dipishkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil lebih rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari campuranya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat dipishkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil lebih rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari campuranya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.
3.
Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar, misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti alkohol, aseton, methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter.
Dengan melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu.
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar, misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti alkohol, aseton, methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter.
Dengan melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu.
4.
Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi. Namun jika dalm campuran mengandung lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi. Namun jika dalm campuran mengandung lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
5.
Difusi
Dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
Dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
6.
Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
Bottom of Form
konsep dasar manusia--APERSONAL HYGIENE
1. PERSONAL HYGIENE
1.1. Defenisi personal hygiene
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).
Personal hygiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan
kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan (Mosby, 1994 dalam
Pratiwi, 2008). Menurut Mubarak (2008) personal hygiene adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan
fisik dan psikologis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik
pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk
peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan
melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu
anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat
kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2005).
1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
Citra tubuh (Body Image) penampilan umum pasien dapat menggambarkan
pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep
subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan
mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sudeen, 1999
dalam setiadi, 2005). Citra tubuh dapat berubah, karena operasi, pembedahan atau
penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan
hygiene dimana citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Body
image seseorang berpengaruhi dalam pemenuhan personal hygiene karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
Praktik sosial kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien berhubungan
dapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal hygiene.
Perawat harus menentukan apakah pasien dapat menyediakan bahan-bahan yang
penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik. Perawat juga harus
menentukan jika penggunaan dari produk-produk ini merupakan bagian dari
kebiasaan sosial yang dipraktekkan oleh kelompok sosial pasien.
Status sosial ekonomi menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi (2008),
pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan
fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan
kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis
dan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk melakukan personal hygiene yang baik
dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan
mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (mis. sabun, sikat gigi, sampo, dll).
Pengetahuan pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang
pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene.
Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harus
termotivasi untuk memelihara personal higiene. Individu dengan pengetahuan tentang
pentingnya personal higene akan selalu menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah
dari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998 dalam pratiwi, 2008).
Kebudayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,
mengikuti praktek perawatan personal higiene yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri.
Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang berbeda, perawat menghindari
menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya
(Potter & Perry, 2005).
Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang setiap pasien memiliki keinginan
individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan
rambut. Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi
seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan personal
higiene. Seorang pasien yang menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan
traksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi jantung, neurologis,
paru-paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan pasien tidak
mampu dan memerlukan perawatan personal higiene total.
1.3. Macam-Macam Personal Hygiene dan Manfaatnya
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan
memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan
tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan
telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya.
Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam personal hygiene dan
tujuannya adalah:
Perawatan kulit kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai
pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature,
dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan
fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan.
Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat
memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal
higiene. Seorang pasien yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit akan
beresiko terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan yang tergantung dan terpapar
tekanan dari dasar permukaan tubuh (misalnya matrasi gips tubuh atau lapisan linen
yang berkerut), akan mengurangi sirkulasi pada bagian tubuh yang terkena sehingga
dapat menyebabkan dekubitus.
Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri dan
menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan
maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan drainase luka dapat
mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyebabkan kerusakan kulit dan
Universitas Sumatera Utara
infeksi. Pasien yang menggunakan beberapa jenis alat eksternal pada kulit seperti
gips, baju pengikat, pembalut, balutan, dan jaket ortopedik dapat menimbulkan
tekanan atau friksi terhadap permukaan kulit sehinggga menyebabkan kerusakan kulit.
Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan,
pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta
dapat berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.
Mandi memandikan pasien merupakan perawatan higienis total. Mandi dapat
dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat tidur yang
lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan
personal higiene total. Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan untuk
mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat hygiene
yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan kebutuhan personal
higiene, terbaring ditempat tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan
dapat memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Tujuan memandikan pasien di
tempat tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit
kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien.
Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh,
menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat
pasien merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah
sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua kali
seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering. Perawat atau anggota
keluarga mungkin perlu membantu pasien berjalan ke kamar mandi atau kembali dari
kamar mandi. Perawat atau anggota keluarga harus ada untuk membantu pasien
mengguyur atau mengeringkan bila perlu atau mengganti pakaian bersih setelah
mandi. Kadang pasien dapat mandi sendiri di tempat tidur atau mereka memerlukan
bantuan dari perawat atau anggota keluarga untuk memandikan bagian punggung atau
kakinya. Kadang pasien tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga
memandikan pasien di tempat tidur.
Hygiene mulut pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan
mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan
bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang
digunakan pasien. Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung
terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus
dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan
bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri,
memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa
yang tidak nyaman.
Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut
yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene mulut yang
baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Tujuan
perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh
yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan
melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi,
meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene
mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.
Perawatan mata, hidung, dan telinga perhatian khusus diberikan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara normal tidak
ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus – menerus
dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel
asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan.
Namun, pasien dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan
baik mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat dan keluarga. Hygiene telinga
mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul
pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara.
Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperature dan
kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam
sistem pernapasan. Pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan
bantuan perawat atau anggota keluarga untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan
telinga. Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki
organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas
dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga
sehari – hari.
Perawatan rambut penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali
tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut seharisehari.
Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan
rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,
perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit
tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut
merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur
suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.
Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat memelihara
perawatan rambut sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya cenderung terlihat
kusut. Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar higyene rambut untuk
semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pasien
yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan
rambut sehari – hari. Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi
memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan higyene rambut.
Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang
bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat
berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.
Perawatan kaki dan kuku kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian
khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali
orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau
ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan
personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.
Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan
dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan
kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang
lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan
metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.
Perawatan genitalia perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi
lengkap. Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang
beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri
dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk
memberikan perawatan genitalia, terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin.
Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien
dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia. Tujuan perawatan genitalia
adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia,
meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene.
1.4. Jenis personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannya
Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannya
dibagi menjadi empat yaitu:
Perawatan dini hari merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktu
bangun tidur, untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam
pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan seperti
menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak mampu ambulasi , mempersiapkan
pasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan tindakan
personal hygiene, seperti mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut, .
Perawatan pagi hari merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah
melakukan sarapan atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut,
melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut,
kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut sebagai
perawatan pagi yang lengkap.
Perawatan siang hari merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah
melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang
dimana pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali menjalani banyak tes
diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai tindakan personal
hygiene yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan
mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan
kesehatan pasien.
Perawatan menjelang tidur merupakan personal hygiene yang dilakukan
pada saat menjelang tidur agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengan
tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan
memijat daerah punggung.
1.5. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Menurut Tarwoto (2004) dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene adalah Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya personal higiene dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. Dampak psikososial masalah
sosial yang berhubungan dengan personal hygiene pada pasien immobilisasi adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
Langganan:
Postingan (Atom)