BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia baik
dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan
dan bertambanhnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas fraktur
adalah akibatkecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas sering
mengakibatkan trauma kecepatan tinggi dan kita harus waspada terhadap kemungkinan politrauma yang dapat
mengakibatkan trauma organ-organ lain.
Trauma merupakan topik yang menonjol pada saat ini.
Boleh dikatakan tempat tidur bedah
orthopedic lebih dari 50 % ditempati oleh kasus trauma. Pengertian mengenai
pertolongan pertama, amblance service, perlu ditingkatkan lebih-lebih dalam
menghadapi patah tulang terbuka. Tidak jarang patah tulang terbuka terjadi pada
kecelakaan, bukan merupakan patah tulang terbuka yang sederhana, akan tetapi
menyangkut jaringan lunak yang akan turut menentukan tindakan yang akan
diambil, yaitu dipertahankannya anggota gerak tersebut atau diamputasi.
Sebagaicontoh, misalnya pada patah tulang terbuka disertai putusnya pembuluh
darah besar, atau disertai putusnya saraf perifeer atau kehilangan kulit yang luas. Oleh karena itu,
pengertian mengenai perbaikan kerusakan jaringan lunak
perlu diketahui dan pelaksanaan perbaikan jaringan lunak tewrsebut harus
dapat dilakukan oleh seorang spesialis
bedah orthopedic sesuai dengan kondisai setempat . Juga pengertian mengenai
penyulit yang mungkin timbul serta cara
mengatasi, termasuk rehabilitasinya harus pula diketahui oleh spesialis bedah
orthopedic.
Dengan demikian, sembuhnya penderita bukan hanya
berarti luka telah menutup, patah tulang telah menyambung, atau saraf putus
telah disembung, akan tetapi juga berarti
kembalinya faal atau fungsi dari anggota badan tersebut. Apabila hal
tersebut tidak dapat tercapai,maka penyembuhan dan pengembalian yang semaksimal
mungkin harus sudah dapat diperhitungkan dari sejak awal. Sebagai contoh
misalnya pada trauma tulang belakang yang menyebabkan fraktur dislokasi, dengan atau tanpa kelumpuhan
anggota gerak (paraplegia atau tetraplegia), dimana timbul kesulitan dalam
penanggulangannya antaralain komplikasi /penyakit yang timbul seperti
dekubitus, inkontinensia urine, pneumonia, kontraktur sendi, mental breakdown.
Diharapkan kemampuan perawat untuk mengatasi
masalah ini dan melaksanakan rehabilitasi untuk dapat membuat penderita
mandiri.
Berdasarkan kajian kasus diatas kiranya perlu untuk
diangkat sebagai suatu kasus yang disajikan melalui forum bersama dalam rangkan
meningkatkan ola asuhan keperawatan yang lebih baik sehingga berdampak terhadap
peningkatan kesehatan masyarakat.
- Tujuan Penulisan
Tujuan
Umum :
Memperolah
gambaran nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system muskuloskletal : Fraktur compressi
Tujuan
Khusus:
Diperoleh
gambaran nyata tentang :
1.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan
system muskuloskletal : fraktur compressi
2.
Penegakan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi
3.
Intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan
system muskuloskletal : fraktur compressi
4.
Implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan
system muskuloskletal : fraktuyr compressi
5.
Evaluasi keperawatan dan dokumentasi hasil asuhan
keperatan pada klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi
6.
Identifikasi kesenjangan antara teori dan tatanan
klinik dalam merawat klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur
compressi
- Manfaat
1.
Mahasiswa memperoleh gambaran dan pengalaman belajar
dalam merawat klien dengan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi.
2.
Sebagai bahan masukan bagi perawat ruangan dalam
merawat klien dangan gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi.
3.
Sebagai bahan acuan untuk penyajian kasus dengan
gangguan system muskuloskletal : fraktur compressi yang selanjutnya.
BAB
II
KONSEP
DASAR
A.
Konsep Dasar Medik
1.
Pengertian
Tuberculosis
TB adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens,
ginjal, tulang dan nodus limfe, agent infeksius utama dalah Mycobacterium tuberculosis, adalah
batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat, sensitive terhadap panas
dan sianr ultraviolet. M. bivos dan M avium pernah ada dengan kejadian yang
jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis. Basil tuberkel ini
berukuran 0,3 x 2 sampai 4 ɱm,
ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
2.
Etiologi
Penyebab
tuberculosis paru adalah mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman batang
tahan asam.
4.
Diagnosis dan manifestasi klinik
Pada stadium dini penyakit
tuberculosa biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas.
Tuberculosa dapat didiagnosa dengan fase
tuberculin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan
bakteriologik. Menurut COC
suatu kasus tuberculosis dapat dipastikan bila organisme M. Tuberculosis
dapat
diidentifikasi.
Jika
bakteri tidak diperoleh maka laporan kasus tuberculosis dianggap benar bila hal
– hal berikut ini dapat ditemukan.
a.
Prosedur diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap
(Reaksi Hipersensitivitas berupa : Tes tuberculin intradermal mantoux, tes
tuberculin dengan suntikan jet, tes tuberculin tusukan majemuk.
b.
Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan
bakteriologik
c.
Radiografik dada dengan hasil abnormal dan / atau bukti
klinis akan adanya penyakit ini.
d.
Keputusan unutk memberikan satu paket terapi yang lengkap
dengan dua atau lebih obat tuberculosis.
Dengan
berjalannya penyakit dan semakin banyaknya destruksi jaringan paru, produksi
sputum semakin banyak. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah
biasanya hanya dikaitkan dengan kasus – kasus yang sudah lanjut. Beberapa
penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam hari
dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronchitis akut dan
pneumonia.
5.
Klasifikasi
Klasifikasi TBC didasarkan pada hubungan yang luas antara
parasit dan penderita, hubungan ini di tunjukkan dengan riwayat terjangkitnya
penyakit infeksi , dan penyakit menular.
Klasifikasi
ini dapat dibagi menjadi 6 kategori atau kelas yang ditujukan untuk anak-anak
dan dewasa.
Y
Kelas 0
Tak ada jangkitan TBC, tidak terinfeksi.
Y
Kelas 1
Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi.
Y
Kelas 3
TBC ; saat ini sedang sakit, lokasi penyakit
paru-paru, pleura, limfatik, tulang dan atau sendi, kemih, kelamin, diseminata
[milier], meningeal, peritoneal dll.
Y
Kelas 4
TBC ; saat ini sedang tidak
menderita penyakit, dalam pengobatan kemoterapi.
Y
Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan TBC.
6.
Pengobatan dan prinsip – prinsip kemoterapi
Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat anti
mikroba dalam waktu jangka yang lama obat-obat juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit
infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus
mengganggu fungsi viral kuman tuberculosis tanpa membahayakan klien.stead dan
bates [ 1983] menekankan bahwa ‘’pilihan terapi harus di pandu oleh
prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya .
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah ;
a.
obat terpilih harus merupakan obat terhadap basil yang
masih peka.
b.
Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih
peka, perubahan alami kearah resistem timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai
1juta organisme.
c.
Obat- obatan bakterisidal lebih disukai.
d.
Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka
penambahan satu macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
e.
Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi
basil dalam tubuh.
f.
Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam
dosis tunggal agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan
efek maksimal terhadap hasil .
Kelompok-kelompok
resiko tinggi berikut ini harus mengalami pengobatan pencegahan;
a.
anggota keluarga atau mereka yang dekat dengan
penderita yang baru diaknosis terinfeksi tuberculosis.
b.
Tes kulit tuberculin positif, disertai ditemukannya
hasil radiogram yang sesuai dengan penyakit tuberculosis non proknesifdan yang
belum perna menarima pengobatan kemoterapi ade kuat dimasa lampau.
c.
Orang yang baru saja terinfeksi.
d.
Orang yang
memiliki reasi tuberculin bermakna dalam keadaan klinik khusus.
e.
Orang yang reaksi tuberculin bermakna juga memiliki AB
terhadap virus HIV.
f.
Orang-orang dengan reaksi tuberculin bermakna yang
berada dalam keadaan epidemiologi khusus.
Obat – obat Kemoterapi Untuk
Pengobatan Tuberculosis
¨
Obat – obat untuk pengobatan awal :
1.
Isoniazid
Dosis
-
Harian : 300 mg PO
atau IM ( 10-20 mg / kg BB )
-
Dua kali / minggu : 15 mg / kg BB PO atau IM
Efek
samping utama
Neuritis
perifer, Hipersensitivitas dan hepatitis
Pemantauan
:
AST
/ ALT ( tidak rutin )
Keterangan
:
Untuk
neuritis : Piridokain 10 mg sebagai
pencegahan , 50 – 100 mg untuk pengpbatan.
2.
Rifampicin
Dosis
:
-
Harian : 600 mg PO
atau IM ( 10 - 20 mg / kg BB )
-
Dua kali / minggu : 600 mg PO
Efek
samping utama :
Gangguan
saluran pencernaan ( anoreksia, mual, muntah, diare ) hepatitis dan penekanan
kekebalan
Pemantauan
:
AST
/ ALT
Keterangan
:
Perlu
penyesuaian obta yang dapat dipakai dengan kontrasepsi oral, anti koagulan,
kortikosteroid.
3.
Ethambutol Hidroklorida
Dosis
:
-
Harian : 15 – 25 mg / kg BB PO
-
Dua kali / minggu : 50 mg / kg BB
Efek
samping utama :
Neuritis
optikal ( reversible bila obat segera dihentikan ), ruam pada kulit
Pemantauan
:
AST
/ ALT
Keterangan
:
Tidak
dianjurkan diberikan pada wanita hamil. Harus diberikan secara hati-hati pada
penderita dengan insufisiensi ginjal.
4.
Pyrazinamide
Dosis
-
Harian : 2 gr (PO 15 – 30 mg / kg BB )
-
Dua kali / minggu : 50 – 70 mg / kg BB
Efek
samping utama :
Hepatotoksik,
hipeurisemia, atralgia, ruam kulit
Pemantauan
:
AST
/ ALT. As. Urat
Keterangan
:
Alloperinol
atau probenesid untuk mengurangi as. Urat serum
5.
Streptomycine
Dosis
-
Harian : 0,75 – 1 gr IM ( 15 – 2- mg / kg BB )
-
Dua kali / minggu : 25 – 30 mg / kg BB
Efek
samping utama : Ototoksik
Pemantauan
:
Audiogram,
fungsi vestibular, BUN dan kreatinin
Keterangan
:
Berikan
dengan hati – hati pada individu yang lebih tua. Hindari penggunaan obat ini
pada penderita dengan insufisiensi ginjal.
¨
Obat – obat untuk pilihan kedua
1.
Capreomycine
Dosis :
·
1 gram IM ( 15 – 30 mg / kg BB )
Efek
samping utama :
Nefrotoksik,
ototoksik
Pemantauan
:
Audiogram,
fungsi vestibular, BUN dan Kreatinin
Keterangan
:
Berikan
dengan hati – hati pada individu yang lebih tua. Hindari penggunaan obat ini
pada penderita dengan insufisiensi ginjal
2.
Cycloserine
Dosis :
-
Harian ; 1 gram PO (
15 – 20 mg / kg BB )
Efek
samping utama :
Perubahan
personalitas, psikosis, kejang, ruam
Pemantauan
:
Test
psikologis
Keterangan
Obati
neurotoksisitas dengan piridoksin 100 – 200 mg setiap hari
3.
Kanamicine
Dosis ;
-
Harian : 1 gram IM ( 15 – 30 mg / kg BB )
Efek
samping utama :
Toksisitas
auditori, nefrotoksik.
Pemantauan
:
Audigram
fungsi vestibular, BUN dan kreatinin
Keterangan
:
Berikan
dengan hati – hati pada individu yang lebih tua. Hindari penggunaan obat ini
pada penderita dengan insufisiensi ginjal
7.
Pencegahan dan Pengandalian
Program – program kesehatan masyarakat sengaja dirancang
untuk mendeteksi kasus-kasus dan menemukan sumber infeksi secara dini. Terapi
pencegahan TBC dengan obat anti Mikroba
merupakan sarana yang efektif untuk mengontrol penyakit. Hal ini merupakan
tindakan preventif yang ditunjukkan baik untuk mereka yang sudah terinfeksi
maupun masyarakat pada umumnya.
Eradikasi TBC dilakukan dengan menggabungkan kemoterapi
yang efektif, identifikasi segera dan tindak lanjut pada orang yang mengalami
kontak dengan penyakit ini, dan terapi kemopropilaktik pada kelompok – kelompok
populasi yang bereaksi tinggi.
B. Konsep
Keperawatan
Fokus Assesment
a.
Riwayat Keperawatan
1.
Aktifitas / Istirahat
Gejala : kelemahan umum,napas pendek karena
kerja,kesulitan tidur pada malam hari, menggigil,dan atau berkeringat, mimpi
buruk.
Tanda :
Teknikardi, takipnea / dispnea pada saat kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak
(tahap lanjut)
2.
Integritas Ego
Gejala :
Adanya / faktor stress lama, masalah keuangan dan rumah, perasaan tidak berdaya
/ tidak ada harapan, populasi / etnik.
Tanda :
Menyangkal ( khususnya selama tahap dini ) Ansietal, katakutan dan mudah
teransang.
3.
Makanan /cairan
Gejala :
Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan.
Tanda :
Turgar kulit buruk, kering / kulit bersisik, kehilangan marsa otot / hilang
lemak sub kutan.
4.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat
karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada
areayang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5.
Pernafasan
Gejala : Batuk produktif / non produktif, nafas
pendek, rewayat TBC / terpasan pada individu terinfeksi.
Tanda :
Peningkatan frekwensi pernafasan, pengembangan pernafasan tidak disimetris,
perkusi pekak dan penurunan vokal fremitus, bunyi nafas menurun / tidak ada
secara bilateral / unilateral.
Karakteristik spatum :
Hijau / puralen, mukosa kuning atau bercak darah, deviasi trakeal, tidak ada
perhatian, mudah tersinggung, pada jalan nafas, perubahan mental.
6.
Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan
umum, ex : AIDS, Kanker.
Tanda : demam rendah atau sakit
panas akit.
7.
Interaksi sosial
Gejala :
perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perubahan pola dalam
tanggung jawab / perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.
8.
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :
Riwayat keluarga TB ketidak mampuan umum /status kesehatan buruh gagal
memperbaiki / kambuhnya TB.
b.
Pemeriksaan fisik
Kelainan
yang didapatkan sangat tergantung dari luas dan jenis kelainan struktural paru
yang diakibatkan oleh penyakit, dan terlibat tidaknya bronkus dalam proses.
Kelainan
– kelainan jasmani yang mungkin didapankan antara lain :
1.
Tanda-tanda adanya infiltrat yang luas atau
konsulidasi,terdapat premitus mengeras, perkuri redup, suara nafas bronchial
dengan atau tanpa ronkhi.
2.
Tanda-tanda kenaikan paru, diagragma, mediastinum,atau
pleura dada,asimetris, pergerakan nafas yang tertinggal,pergeseran dari
batas-batas ketok diafragma, jantung, suara nafas melemah, dengan atau tanpa
ronkhe
3.
Tanda-tanda cavitas yang berhubungan dengan bronkus
4.
Sekret disaluran nafas
: Ronkhi basah / kering.
Lokasi kelainan : walaupun lesi TB,mempunyai prediteksi
dipuncak paru, namun kelainan dapat terjadi pada semua bagian paru. Kelainan
jasmani umumnya tidak banyak membantu.
c.
Pemeriksaan diagnostik
1.
Kultus sputum :
positif untuk M.Tuberculosis pada tahap akhir penyakit
2.
Ziehi - Neelsen
: positif untuk basil asam.
3.
Teskulit.
4.
Elisa / Western Blot.
5.
Foto toraks
6.
Histologi atau kultur jaringan
7.
Biopsi jarum pada jaringan paru.
8.
Elektoliz.
9.
GDA.
10. Pemeriksaa
n fungsih paru.
B. Rencana Asuhan Keperawatan.
Diagnosa dan intervensi yang lazim terjadi pada klien dengan TB paru :
- Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekret kental,
atau darah, kelmahan,upaya batuk batuk buruk, edema trakheal /faringeal
ditandai dengan :
-
frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman tidak normal.
-
Bunyi nafas tidak normal (Ronkhi Weezing ) stridor.
-
Dispnea .
Tujuan
:
Klien
menunjukan prilaku untuk memperbaiki / mempertahankan kebersihan jalan nafas
dengan criteria :
-
Batuk efektif tanpa bantuan
-
Ronchi (-)
-
AGD dalam batas normal
-
Frekwensi nafas dalam batas normal
-
Bunyi nafas vascular pada lapang paru
-
Klien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
dalam tingkat kemampuan / situasi.
Intervensi
:
- Kaji fungsi pernafasan misalnya : bunyi nafas,
kecepatan irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
Rasional :
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, whweezing
menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan otot aksesori pernafasan dan
peningkatan kerja pernafasan.
- Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk
efektif, cata karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional :
Pengeluaran sekret sulit jika sangat kental, sputum berdarah kental atau
darah cerah diakibatkan oleh kerusakan ( kavitasi ) paru atau luka bronchial
dan dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
- Berikan klien posisi semi fowler tinggi, Bantu
klien untuk batuk dan latihan nafas dalam
Rasional :
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka
area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar
untuk dikeluarkan.
- Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hr
kecuali kontra indikasi
Rasional :
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret, membuat mudah
dikeluarkan.
- Beri obat – obatan sesuai indikasi
Agent mukolitik
Rasional :
Menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan
pemeriksaan.
Bronhodilator
Rasional :
Meningkatkan ukuran lumen percabangan tracheobrachial.
- Gangguan pertukaran gas b/d penurunan permukaan
efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar, kapiler, secret
kental dan tebal, edema bronchial
Tujuan
:
Klien
akan melaporkan / menampakkan tidak adanya / penurunan ekspirasi, dengan criteria :
-
Klien akan terbebas dari gejala distress pernafasan
-
Bebas dari adanya hipoksia
-
Klien bebas dari cianosis
-
Frekwensi nafas dalam batas normal.
Intervensi
:
- Kaji Dispnoe, takipnoe, menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan
kelemahan
Rasional :
TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil BP sampai
inflamasi difus luas, nekrosisn efusi pleura dan fibrosa luas, efek pernafasan
dapat dari ringan sampai dispnoe berat sampai distress pernafasan.
- Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat
sianosis dan atau perubahan pada kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional :
Akumulasi secrte / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ
vital dan jaringan.
- Tingkatkan tirah baring / batasi aktifitas dan
Bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional :
Menurunkan komsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
- Risiko tinggi penyebaran infeksi/aktivasi ulang
berhubungan dengan :
-
pertahanan primer tidak adekuat
-
kerusakan jaringan/tambahan
-
penuerunan pertahanan
-
malnutrisi
-
terpajan lingkungan
-
skurang penbgetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen
Tujuan
:
Klien
akan mnegambil tindakan untuk mencegah/ menurunkan resiko penyebaran infeksi,
dengan criteria :
-
suhu tubuh dalam batas normal
-
leukosit dalam batas normal
-
pemeriksaan kultur negatif
-
pengetahuan ibu meningkat mengenai risiko infeksi dan
pencegahannya.
Intrvensi
:
- Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran
infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, bicara, tertawa,
menyanyi dll.
Rasional :
Membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan
untuk mencegah pengaktifan berulang atau konflikasi.
- Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh:
anggota rumah tangga,
sahabat karib.
Rasional :
Orang-orang nyang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
- anjurkan klien untuk batuk / bersin untuk
mengeluarkan pada tissu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tissu
sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk
mengulangi/ demonstrasikan.
Rasional :
Prilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
- Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh:
masker atau isolasi pernapasan.
Rasional :
Dapat membantu menurunkan rasas terisolasi dan membuang stigma
sosial sehubungan dengan penyakit menular.
BAB III
Pengkajian Data Dasar
Tempat praktek : Ruang perawatan interna perjan RSUP Dr. Wahidin SH
Tanggal :
07 Juli s/d 12 Juli 2013
I. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. M
TTL : Toraja, Tahun 1947
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kandea III
Status perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Suku : Toraja
Pendidikan : -
Pekerjaan : IRT
Lama Bekerja : -
Tanggal masuk RS : 06 juli 2013
Sumber informasi : Status, klien sendiri dan anaknya
Keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi : Suami
/ anak klien
Pendidikan : -
Pekerjaan : Tukang Kayu
Alamat : Jl. Kandea III
II. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : Sesak napas
Alasan
masuk :
Keluhan
dirasakan sejak satu tahun yang lalu yaitu batuk berlendir berwarna kuning
kehijauan. Keluhan sesak dirasakan tangal 6 Juli 2003 keluhan tersebut dirasakan
terus menerus dan dipengaruhi oleh aktifitas. Sakit dada dirasakan bersamaan
dengan sesaknya yaitu pada dada bagian kiri
2.
Faktor pencetus : Udara dingin dan aktifitas
3.
Lamanya keluhan : 1 hari yang lalu. Tanggal 6 Juli 2003
4.
Timbulnya keluhan
: Bertahap, mula mula agak sesak, kemudian
bertambah sesak setelah beraktifitas.
5.
Faktor yang memperberat
: Aktivitas dan cuaca.
6.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Beristirahat,
tapi sesaknya tidak berkurang sehingga pasien dibawa ke rumah sakit
7.
Diagnosa Medik :
1)
Tuberkulosis Paru tanggal
April 2003
2)
Kista Tiroid tahun 2000
3)
Anemia tanggal
7 Juli 2003
4)
Dispepsia tanggal
6 Juli 2003
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Kanak kanak : Klien mengatakan jarang sakit
- Kecelakaan : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami kecelakaan
- Klien sebelumnya pernah dirawat :
Dirumah Sakit Perjan Dr. Wahidin Sudirohusodo
tiga tahun yang lalu dengan diagnosa kista tiroid
Dirawat di RSLB 6 bulan yang lalu dengan TB Paru
Dan sekarang
- Klien mengatakan pernah mengalami batuk darah tahun
2001 dan saat ini sedang menjalani terapi spesifik.
- Operasi
Klien mengatakan pernah disedot cairan kistanya sebanyak tiga kali
- Alergi
Tidak
ada riwayat alergi
- Kebiasaan
Minum
kopi sejak berumur 20 tahun
- Obat obatan
Lamanya
tiga bulan resep dari dokter RSLB yaitu pengobatan tuberculosis paru
IV.
Riwayat
Lingkungan
Kebersihan : Klien mengatakan kurang bersih, sebab
tinggal didaerah yang padat.
Bahaya : Lingkungan disekitar klien aman.
Polusi :
Tidak ada
V.
Aspek Psikososial
1.
Pola Pikir dan Persepsi
Klien menggunakan alat bantu penglihatan
: kaca mata
2.
Persepsi sendiri
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Klien mengatakan memikirkan
penyakitnya dan penyakit anaknya yang rawat bersamaan.
Harapan setelah menjalani perawatan : Cepat sembuh dan segera pulang ke
rumah untuk berkumpul kembali dengan keluarga.
Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Klien mengatakan berat badannya
semakin menurun.
3.
Suasana hati
Nampak sedih.
4.
Hubungan/komunikasi
a.
Bicara : Jelas, relevan dan mampu mengekspresikan
perasaanya.
Bahasa utama : Bahasa Indonesia.
Bahasa daerah : Bahasa Toraja.
b.
Tempat tinggal.
Bersama suami dan keempat anaknya yang belum menikah.
c.
Kebiasaan keluarga.
Pembuatan keputusan dalam keluarga : Secara musyawarah oleh seluruh anggota
keluarga.
Keuangan : Kurang , penghasilan keluarga tidak mencukupi.
d.
Kesulitan dalam keluarga
Tidak ada, sebab hubungan dengan sanak saudara dengan anggota keluarga
lainnya baik.
5.
Kebiasaan seksual.
a.
Gangguan hubungan seksual disebabkan oleh : Klien sudah
menopause.
b.
Pemahaman terhadap fungsi seksual : Klien mengatakan
hubungan seksual tidak begitu penting lagi bagi dirinya dan suaminya yang
penting saling menyayangi satu sama lain.
6.
Pertahanan Koping.
a.
Pengambilan keputusan : Secara musyawarah dengan
seluruh anggota keluarganya.
b.
Yang ingin dirubah dari kehidupan : Klien menginginkan
penghasilan yang cukup sehingga bisa membiayai seluruh anggota keluarganya.
c.
Yang dilakukan jika stress : Klien kebanyakan diam,
klien mengatakan selalu memendam sendiri masalahnya.
d.
Apa yang dilakukan perawat agar klien nyaman dan aman :
Selalu berada disamping klien jika dibutuhkan dan menjelaskan apa yang terjadi
dengan kondisi kesehatan klien.
7.
Spiritual/kepercayaan
a.
Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk klien :
Ya, sangat penting.
c.
Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan :
sebelum sakit klien rajin kegereja yaitu sekali seminggu.
d.
Kegiatan agama atau kepercayaan selama di RS : Membaca
al kitab dan berdoa.
VI.
Aktifitas
Sehari-hari
a. Nutrisi
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.Selera makan
2.Menu makan
3.Frekwensi makan
4.Makanan yang disukai
5.Makanan pantang
6.Pembatasan pola makan
7.Cara makan
8.
Ritual saat makan
|
Baik,
porsi makan habis
Nasi,
sayur, ikan dan kadang buah
3
kali sehari
Yang
berkuah, missal : Sup
Yang
pedas
Tidak
ada
Dimeja
makan bersama keluarga
Berdoa
|
Kurang,
sebab klien mual,muntah dan sesak.
Bubur,
ikan, daging, sayur, buah dan susu (TKTP)
3
kali sehari, tetapi porsi tidak dihabiskan
Yang
berkuah dan lunak
Yang
pedas
Makanan
lunak
Disuapi
oleh anaknya
Berdoa
|
b. Cairan
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.
Jenis minuman
2.
Frekwensi minum
3.
Kebutuhan cairan
4.
Cara pemenuhan
|
Air putih,
kopi dan kadang-kadang the
5-6x/hari
Terpenuhi
Melalui
makanan dan minuman
|
Air putih dan
susu
Sedikit tapi
sering klien minum
Terpenuhi
Melalui
makanan dan minuman
|
c. Eliminasi (Defekasi dan Berkemih)
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.
Tempat pembuangan
2.
Frekwensi (waktu)
3.
Konsistensi
4.
Warna
5.
Bau
6.
Kesulitan
7.
Obat pencahar
|
WC (Kloset)
Defekasi :
1x/hari (Pagi)
Berkemih :
3-4x/hari
Lunak
Defekasi :
Kuning
Berkemih :
Agak kekuningan
Amoniak
Tidak ada
Tidak pernah
menggunakan
|
Pot (Badfan)
Klien belum
defekasi sejak masuk RS
2 kali sehari
-
-
Kuning
kecoklatan (agak pekat warnanya)
Aminiak+bau
kahs antibiotic
Klien belum
Bab sejak masuk RS.
Belum pernah Bab.
|
d. Istirahat/Tidur
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.
Jam tidur
-
Siang
-
Malam
2.
Lama tidur/hari
3.
Pola tidur
4.
Kebiasaan sebelum tidur
5.
Kesulitan tidur
|
14.00-16.00
22.00-05.00
9
jam
Teratur
Berdoa
Tidak
ada
|
Klien tidak
bisa tidur
21.00-05.00
8
jam
Tidak
teratur
Berdoa
Pada
siang hari, karena banyak pengunjung.
|
e. Olah Raga
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.
Program olah raga
2.
Jenis dan frekwensi
3.
Kondisi setelah berolah raga
|
Klien tidak pernah
berolah raga
-
-
|
-
-
-
|
f. Personal Hygiene
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.
Mandi
a.
Cara
b.
Frekwensi
c.
Tempat mandi
2.
Cuci rambut
a.
Frekwensi
b.
Cara
3.
Gunting kuku
a.
Frekwensi.
b.
Cara
4.
Gosok gigi
a.
Frekwensi
b.
Cara
|
Memakai
sabun mandi
2 kali sehari
Sumur di belakang
rumah
2 kali
seminggu
Memakai santan
kelapa dan kadang-kadang memakai shampoo.
Setiap kali
kuku panjang
Menggunakan
pisau atau silet.
2 kali sehari
Menggunakan
pasta gigi
|
Memakai sabun
dan klien dimandikan diatas tempat tidur.
1 kali sehari
yaitu pada pagi hari.
Diatas tempat
tidur
Belum pernah
sejak sakit
-
Setiap kali
kuku panjang
Menggunakan
gunting kuku
Belum pernah
sejak masuk RS
-
|
g. Aktifitas/Mobilitas Fisik
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.
Kegiatan sehari-hari
2.
Pengaturan jadual harian
3.
Penggunaan alat Bantu aktifitas
4.
Kesulitan pergerakan tubuh
|
Melakukan
pekerjaan rumah tangga : Memasak, mencuci, membersihkan rumah dll.
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
Beristirahat
(tidur)
Ada, yaitu : Jadwal
makan, tidur.
Tidak ada
Tidak ada,
hanya klien sesak jadi tidak bisa beraktifitas.
|
h. Rekreasi
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT
|
1.Waktu luang
2.Perasaan setelah rekreasi
3.Waktu senggang keluarga
4. Kegiatan hari libur
|
Nonton
Televisi
Merasa senang
dan beban (masalah) sedikit terlupakan
Berkumpul
dengan anak dan suami yaitu pada malam hari
Membersihkan
rumah bersama
|
Beristirahat
(tidur)
-
-
-
|
VII. Pengkajian Fisik
A.
Keadaan umum klien :
Lemah
B.
Vital Sign :
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 34 x/menit
S : 36,7 C
C.
Antropometri
Sebelum
sakit
TB : 155 cm
BB : 45 Kg
Saat sakit
TB : 155 cm
BB : 36 Kg
D.
Sistem Pernafasan
Hidung
Simetris dan tidak ada septum deviasi, pernafasan cuping hidung, tidak
ada secret pada lubang hidung dan tidak ada epistaksis.
Terpasang oksigen 4 liter/menit
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Teraba massa
tumor pada leher sebelah kiri.
Ada
distensi vena jugularis pada leher sebelah kanan sedangkan sebelah kiri tidak
nampak sebab ada massa
tumor.
Dada
Bentuk dada : Barel chest
Gerakan dada : Tidak sama antara
dada sebelah kiri dan kanan, sebelah kiri gerakannya kurang. Menggunakan otot
Bantu pernafasan.
Suara Nafas :
Fokal fremitus : Lebih kuat
getarannya pada dada sebelah kanan.
Suara nafas tambahan : Ronchi basah
Tidak ada clubbing finger.
Klien batuk, dan merasakan nyeri pada dada jika
batuk.
Sputum berwarna kuning kehijauan.
E.
Sistem Cardiovaskuler
Konjuctiva : Anemi, nampak pucat
Bibir : Kering dan pecah-pecah
Capilary refilling time : 6 detik
Ukuran jantung : Normal,
tidak ada pembesaran jantung
Suara jantung : S1 dan S2 terdengar
murni, tidak ada bising aorta, murmur dan gallop.
Irama jantung berdasarkan pemeriksaan EKG :
Sinus ritme
Palpitasi
: Tidak dirasakan oleh klien
Nyeri dada : Pada
dada sebelah kiri terasa nyeri.
F.
Sistem Pencernaan
Sklera
Berwarna putih, tidak ikterus.
Mulut
Tidak ada stomatitis, kemampuan menelan baik.
Nampak pucat pada bibir
Gaster
Tidak kembung,
Abdomen
Hati : Tidak ada pembesaran
Klien merasakan nyeri pada perut, dan sulit menentukan lokasinya.
Gerakan peristaltic : Normal 5-15
x/menit
Anus
Klien mengatakan ada hemorrhoid, dan dialami klien sejak 2 tahun yang
lalu.
G.
Sistem Indra
1.
Mata
Kelopak mata
Pada saat perabaan tidak ada peningkatan TIO. Bulu mata dan alis mata
tidak mudah tercabut.
Konjungtiva :
Pucat
Sclera : Tidak ikterus
Ukuran pupil : 2 mm dan isokor
Visus :
Lapang pandang :
Tidak ada tanda-tanda radang
Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan mata
Tidak pernah operasi mata
Klien menggunakan kaca mata sebagai alat Bantu.
2.
Hidung
Penciuman : Klien dapat membedakan bau.
Tidak ada trauma dan mimisan
Ada
secret pada lubang hidung
Reaksi allergi : Klien mengatakan alergi terhadap cuaca yang
dingin dan bisa menyebabkan klien
mengalami flu dan sesak.
Cara mengatasinya :
Memakai pakaian tebal dan menggosok badan dengan balsam atau minyak kayu
putih.
Klien mengatakan sering mengalami flu.
3.
Telinga.
Keadaan daun telinga : Tidak ada luka, kanal
auditorius : ada serumen.
Fungsi pendengaran : Bai, klien dapat
mendengarkan suara bisikan.
H.
Sistem Saraf
- Fungsi Serebral.
a.
Status mental :
Orientasi
: Dapat mengenal tempat, waktu
dan orang.
Daya ingat
: Baik, klien dapat mengingat
semua kejadian yang telah lalu maupun yang sekarang.
Perhatian
: Klien tidak dapat memfokuskan
perhatiannya, karena klien sesak.
Perhitungan
: Klien dapat melakukan
perhitungan yang sederhana.
Bahasa
: Klien mampu berkomunikasi
b.
Kesadaran
Komposmentis, dengan GCS = E4M6V5
= 15
- Fungsi Cranial
Nervus I (Olfactorius) :
Nervus II (Optikus) :
Nervus III (Okulomotoris), Nervus IV (Trochlearis), Nervus VI (Abducens) :
Nervus V (Trigeminus) :
Nervus VII (Facialis) :
Nervus VIII (Akustikus) :
Nervus IX (Glosofaringeus) :
Nervus X (Vagus) :
Nervus XI (Accesoris) :
Nervus XII (Hipoglosus) :
- Fungsi Motoris
Massa
otot pada ekstremitas : Baik dan tidak terjadi atropi.
Tonus otot : Teraba pada saat kontraksi.
Kekuatan otot : 5
4.
Fungsi Sensorik
Sensitif terhadap suhu, nyeri dan getaran
5.
Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan : Tidak dapat dikaji, sebab klien sesak.
6.
Refleks
Biseps : Normal
(+)
Triseps : Normal
(+)
Patella : Normal
(+)
Babinski : Normal
(-)
7.
Iritasi Meningen
Kaku kuduk : Tidak dikaji, sebab posisi klien tidak bisa
terlentang, harus semi fowler, sebab klien sesak.
Laseque : (-), klien tidak merasakan adanya nyeri
Kernig Sign : Mencapai sudut 450 dan tidak ada
rasa nyeri
Brudzinski I : Tidak dikaji
Brudzinski II : (-), tidak ada fleksi involunter pada sendi
panggul.
I.
Sistem Muskuloskeletal
1.
Bentuk Kepala : Normosephal
Gerakan : Klien dapat menggerakkan kepala ke kiri dan
kekanan
2.
Vertebrae
Klien nampak ada kifosis
Gerakan : Klien dapat bergerak dengan leluasa, tanpa
menimbulkan rasa sakit pada vertebra.
ROM : Klien dapat melakukan ROM aktif.
Fungsi gerak : Baik
3.
Pelvis
Gaya jalan :
Tidak dapat dikaji, sebab klien berbaring terus ditempat tidur, karena
sesak.
Gerakan : Normal,
dapat bergerak tanpa menimbulkan rasa sakit.
ROM : Dapat melakukan ROM secara aktif
4.
Lutut
Tidak ada bengkak, kaku dan nyeri pada lutut, klien dapat menggerakkannya
secara aktif.
5.
Kaki
Tidak ada oedem dan mampu digerakkan.
6.
Tangan
Tidak ada oedem, dapat dilakukan ROM aktif.
Nampak pucat pada kuku
J.
Sistem Integumen
Rambut : Sudah banyak uban pada rambut, dan rambut
klien mudah tercabut.
Kulit : Warna : Sawo matang
Temperatur :
Teraba dingin
Kelembaban : Kulit
teraba lembab dan berkeringat
Bulu kulit : Ada
Erupsi : Tidak ada
Ruam : Tidak ada
Kuku
Warna : Merah muda
Permukaan kuku : Halus dan rata
Tidak mudah patah dan bersih.
K.
Sistem Endokrin
Kelenjar thyroid
Palpasi : Tidak ada pembesaran
Ekskresi Urine
Sulit diukur, sebab tidak terpasang catheter dank lien mengatakan
berkemihnya lancer.
Tidak mengalami polidipsi dan poliphagi
Suhu Tubuh : Teraba dingin, 36,30 C
Klien mengatakan tidak ada riwayat air seni dikerumuni semut.
L.
Sistem Perkemihan
Tidak ada oedem palpebra
Tidak oedem pada ekstremitas
Keadaan kandung kemih : Baik, tidak
mengalami distensi dank lien dapat berkemih normal dan tidak terpasang
catheter.
Tidak ada nokturia, disuria dan kencing batu.
M.
Sistem Reproduksi
Payudara
Putting susu tidak terbentuk lagi dan payudara kecil.
Tidak dilakukan inspeksi pada organ genitalia.
N.
Sistem Immun
Allergi
: Klien mengatakan alergi terhadap cuaca
dingin.
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan
cuaca :
Flu dan sesak.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 6 Juli 2003
Nilai
normal
WBC : 11.2 H 103/mm3 4.0 -
10.0
RBC : 4.40 106/mm3 4.00 -
6.00
HGB : 10.2 L gr/dl 12.0 -
16.0
HCT : 33,3 L % 37.0 -
48.0
PLT : 367 103/mm3 150 -
400
PCT : 298 % 100 -
500
MCV : 76 L mm3 80 -
97
MCH : 23.1 L Pq 26,5 -
33,5
MCHC : 30,5 L g/dl 31,5 -
35,0
RDW : 16,5 H % 10.0 -
15.0
MPV : 8,1 mm3 6.5 -
11.0
PDW : 12.4 % 10.0 -
18.0
WBC FLAGS :
% Lym : 10.3 L % 20.0 -
40.0
% Mon : 6,6, % 2.0 -
8.0
% Gra : 83.1 H % 53.0 -
80.0
# Lym : 1,1 L 103/mm3 1.2 -
3.2
# Mon : 0,7 103/mm3 0.3 -
0.8
# Gra : 9,4 H 103/mm3 1.2 -
6.8
LED Jam I : 14 mm LK
< 10, Pr <20
Jam II : 28
GDS : 91 mg/dl 140
Ureum darah : 26,1 mg/dl 10 -
50
Kreatinin darah : 0,88 mg/dl
Uric Acid : 4,8 mg/dl Pr
2.4 – 5.9
SGOT : 32 mg/dl Pr
32
SGPT : 24 mg/dl Pr
< 31
Cholesterol HDL : 38 mg/dl Pr
>65
Cholesterol LDL : 110 mg/dl <
130
Tanggal 7 Juli 2003
WBC : 7.7 H 103/mm3
RBC : 4.41 103/mm3
HGB : 10.3 L gr/dl
HCT : 34.4 L %
PLT : .302 103/mm3
MCV : 78 L mm
MCH : 23.5 L Pq
MCHC : 30.1 L g/dl
RDW : 16.7 H %
MPV : 7.5 mm3
PDW : 14.1 %
WBC FLAGS :
% Lym : 13.0 L %
% Mon : 7.8 %
% Gra : 79.2 H %
# Lym : 1.0 L 103/mm3
# Mon : 0.6 103/mm3
# Gra : 6.1 H 103/mm3
LED Jam I : 45 mm
Jam II : 78 mm
Tanggal 8 Juli 2003
WBC : 7.7.x 103/mm3
RBC : 4.41 x 106/mm3
Hb : 10,3 gr %
PLT : 400.000/mm3
Kesimpulan : Anemia normositik normokrom
Leukosit dengan tanda infeksi
Tanggal 9 Juli 2003
Hasil Pemeriksaan Urine
Leukosit : 1 – 2
Eritrosit : 1 – 3/LPB
Epitel squamous : 5 – 7 LPK
Benang-benang mukosa : Bakteri penuh
Penampilan : Kuning muda
Pemeriksaan Sputum BTA
Pada tanggal 9 Juli pemeriksaan sputum BTA : (+)
Pada tanggal 10 Juli :
(+)
Pada tanggal 11 Juli :
(+)
Tanggal 6 Juli 2003
Hasil Pemeriksaan Foto Thoraks :
-
Posisi tidak simetris
-
Tampak bercak berawan di kedua lapangan paru terutama
bagian atas disertai garis-garis fibrosis dan kalsifikasi. Tampak dua buah
nodul dilapangan paru kanan atas.
-
COR : Bentuk, letak dan ukuran normal.
-
Sinus diafragma baik.
Kesan :
KP duplex lama aktif
Observasi nodul post terapi
CATATAN PERKEMBANGAN
NDX
|
HARI/TANGGAL
|
JAM
|
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
|
1
2
3
4
5
|
Senin
07
Juli 2013
Selasa
08
Juli 2013
Rabu
09
Juli 2013
Selasa
08
Juli 2013
Rabu
09
Juli 2013
Kamis
10
Juli 2013
Jum’at
11
Juli 2013
Selasa
08
Juli 2013
Rabu
09
Juli 2013
Kamis
10
Juli 2013
Jum’at
11
Juli 2013
Rabu
09
Juli 2013
Kamis
10
Juli 2013
Rabu
09
Juli 2013
Kamis
10
Juli 2013
|
13.30
08.30
10.00
14.00
11.00
15.00
14.00
13.30
13.00
18.00
18.00
07.45
13.30
15.00
11.00
16.00
|
S : - Klien mengatakan masih sesak
O :
- Klien masih
nampak sesak
- Masih
terpasang O2 4 liter/menit
- Kuku, bibir,
konjungtiva masih pucat
- Vital
Sign :
P :
30 x/menit
A : Masalah
belum teratasi
P :
Lanjutkan dan tingkatkan intervensi
3. Bimbing klien untuk bernafas bibir selama
ekshalasi.
4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan
Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
5. Lanjutkan pemberian O2 4 liter/menit
S :
- Klien mengatakan tidak sesak lagi.
- Klien mengatakan dada masih terasa berat.
O :
- Klien tidak nampak sesak lagi.
- O2 sudah dilepas.
- Kuku, bibir, konjungtiva masih pucat.
- Vital sign :
P : 26 x/menit
A : Perbaikan pada jalan nafas.
P :
Lanjutkan intervensi :
- Tingkatkan tirah baring / batasi
aktivitas dan Bantu perawatan diri sesuai kebutuhan.
S :
- Klien
mengatakan tidak sesak lagi
- Klien mengatakan sudah mulai lega didada bila
bernafas
O :
- Kuku, bibir,
konjunctiva pucat
- Vital sign :
P : 24 kali per menit
A : Masalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi
S :
- Klien mengeluh dahaknya kental dan berwarna
kehijauan
O :
- Klien masih
batuk
- Hasil
pemeriksaan
·
Didapatkan bunyi ronchi.
·
Vokal fremitus tidak sama kuat getarannya pada
kedua sisi
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi :
2.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak
3.
Berikan klien posisi semi fowler dan fowler tinggi.
Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam
4.
Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL per
hari kecuali ada kontra indikasi
5.
Kolaborasi dengan tim medik pemberian :
a.
Agen mukolitik
Contoh : Asetilsistein ( Mucomyst )
b.
Bronchodilator
Contoh : Oksitrifillia ( choledyl ), teofilin
S :
- Klien mengatakan dahaknya masih agak kental, tapi
klien sudah bisa mengeluarkan dahaknya
O :
- Klien kadang kadang masih batuk
- Hasil pemeriksaan :
- Ada bunyi ronchi
- Fokal fremitus tidak sama kuat
pada kedua dada.
A :Bersihan
jalan nafas belum teratasi sepenuhnya
P :
Lanjutkan dan
tingkatkan intervensi :
2. Catat
kemampuan untuk mengeluarkan dahak
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL per
hari kecuali ada kontra indikasi
6. Beri obat mukolitik, bronchodilator
S : Klien
mengatakan dahaknya sudah encer dan dengan mudah bisa diencerkan
O :
- Klien masih
batuk sekali sekali
- Ada bunyi ronchi
- fokal
fremitus tidak sama kuat pada kedua dada
A :Bersihan
jalan nafas belum teratasi sepenuhnya
P :
Lanjutkan
intervensi :
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL per
hari kecuali ada kontra indikasi
6. Beri obat mukolitik, bronchodilator
S : Klien mengatakan dahaknya sudah encer dan mudah
dikeluarkan
O :
- Klien masih
batuk sekali sekali
- Hasil
pemeriksaan :
- Ada bunyi ronchi
- Fokal fremitus tidak sama kuat
pada kedua dada.
A :Bersihan
jalan nafas belum teratasi sepenuhnya
P :Lanjutkan
intervensi :
6. Beri obat mukolitik, bronchodilator
S :
- Klien
mengatakan tidak ada nafsu makan
- Klien
mengatakan tidak merasa mual lagi
O :
- Porsi makan
masih belum dihabiskan
- BB Turun 9
Kg
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
dan tingkatkan intervensi :
Awasi masukan
/ haluaran dan BB secara periodic
1.
Catat status nutrisi
klien, berat badan, turgor kulit,riwayat mual muntah atau diare
2.
Pastikan pola diet klien
3.
Awasi masukan / pengeluaran dan BB secara periodik
4.
Awasi adanya anoreksia, mual dan muntah
5.
Dorong klien serta berikan periode istirahat sering
6.
Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
7.
Berikan makanan sedikit tapi sering
S : Klien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan
O :
- Porsi makan
sudah dihabiskan
- BB masih
seperti sebelumnya ( 36 Kg )
A:
Ada peningkatan asupan
nutrisi
8.
P :
9.
Catat status nutrisi
klien, berat badan, turgor kulit,riwayat mual muntah atau diare
10. Pastikan
pola diet klien
11. Awasi
masukan /pengeluaran dan BB secara periodik
12. Awasi
adanya anoreksia, mual dan muntah
13. Dorong
klien serta berikan periode istirahat sering
14. Berikan
perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
15. Berikan
makanan sedikit tapi sering
S :Klien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan
O :
- Porsi makan
sudah dihabiskan
- BB masih
seperti sebelumnya ( 36 Kg )
A: Ada peningkatan asupan
nutrisi
16. P
:
17.
Catat status
nutrisi klien, berat badan, turgor
kulit,riwayat mual muntah atau diare
18. Pastikan
pola diet klien
19.
Awasi masukan /pengeluaran dan BB secara periodik
20. Awasi
adanya anoreksia, mual dan muntah
21.
Dorong klien serta berikan periode istirahat sering
22.
Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
23. Berikan
makanan sedikit tapi sering
S :Klien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan
O :
- Porsi makan
sudah dihabiskan
- BB masih
seperti sebelumnya ( 36 Kg )
A: Ada peningkatan asupan
nutrisi
24. P
:
25.
Catat status nutrisi
klien, berat badan, turgor kulit,riwayat mual muntah atau diare
26. pastikan
pola diet klien
27.
awasi masukan /pengeluaran dan BB secara periodiik
28. Awasi
adanya anoreksia, mual dan muntah
29.
Dorong klien serta berikan periode istirahat sering
30.
Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
31. Berikan
makanan sedikit tapi sering
S : Klien mengatakan masih cemas dengan keadaannya
yang sesak jika beraktifitas
O :
- Klien masih
gelisah
- Ekspresi
wajah masih tampak cemas
A : Klien masih cemas dan belum beradaptasi dengan
keadaannya
P : Lanjutkan
intervensi :
1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien dan orang
terdekat dengan diagnosa
2. Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong
untuk mengekspresikan perasaannya
3. Beri kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan
jujur
4. Terima penyangkalan klien tapi jangan dikuatkan
6. Libatkan klien dan orang terdekat dalam perencanaan perawatan
7. Berikan
kenyamanan fisik
S : Klien
mengatakan kecemasannya berkurang sejak mendapatkan perawatan yang baik
O :
- Klien agak
tenang
- Ekspresi
wajah masih tegang
A : Klien menuju arah penerimaan terhadap diagnosa
penyakitnya
P : Lanjutkan
intervensi :
6. Libatkan klien dan orang terdekat dalam
perencanaan perawatan
7. Berikan kenyamanan fisik
S : Klien mengatakan tidak cemas lagi dengan
keadaannya
O :
- Klien tampak
tenang
- Ekspresi
wajah ceria
- Klien tampak melakukan aktifitas sederhana
seperti menyisir rambut, makan dan minum sendiri
A : Kecemasan
teratasi
P : Hentikan
intervensi :
S :
- Klien mengatakan anaknya yang ke 8 dirawat dengan
penyakit yang sama
- Klien mengatakan mungkin anaknya tertular
penyakitnya
O : Tidak ada
tempat dahak yang tersedia
A : Terjadi
penularan penyakit
P : Lanjutkan
dan tingkatkan intervensi
3. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan
dahak pada tisu atau tempat tertutup atau menghindari meludah di sembarang
tempat. Kaji penggunaan tisu sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang
tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi.
4. Kaji tanda control sementara
missal memakai masker, isolasi pernafasan
5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi
obat
S :
- Klien mengatakan salah seorang anaknya dirawat
dengan penyakit yang sama
O : Sudah ada tempat dahak yang tertutup dan tersedia
A : Pencegahan terhadap anggota keluarga yang lain
sudah teratasi
P : Hentikan
intervensi
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth, Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi D
hal : 584 – 591 penerbit Buku Kedoteran EGC,
Jakarat 2002.
Brunner dan Suddarth,
Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah hal: 540-545 Buku
Kedekteran EGC Brunner ,
Jakarta 2000.
Soeparman dan Sarwono Waspaji,
Buku Ajar Ilmu Penyakiy Dalam Jilid II Edisi 3 hal: 820-829, balai penerbit
FKUI, Jakarta 2001.