1.1 Pengertian Desinfektan
Desinfektan
didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi
tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada
dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena
adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki
sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam
proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya
tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses
sterilisasi.
Walaupun kita sering menggunakan
produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya belum mengenal jenis bahan
kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal bahan kimia tertentu
merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas
dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Setidaknya ada 10 kriteria suatu
desinfektan dikatakan ideal, yaitu
1. Bekerja
dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi
oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3.
Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak
bersifat korosif
5.
Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6.
Tidak berbau/ baunya disenangi
7.
Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8.
Larutan stabil
9.
Mudah digunakan dan ekonomis
10.
Aktivitas berspektrum luas
1.2 Desinfektan Air
Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena
tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat
pencemaran. Berbagai jenis pencemar air berasal dari :
a. Sumber domestik (rumah
tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan sebagainya.
b. Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan,
perikanan, serta sumber-sumber lainnya.
Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung
akan mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar
kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.
Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan
masalah pokok. Hal ini mengingat keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung
menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pada situasi darurat untuk
mendapatkan air bersih yang layak dikonsumsi sangatlah sulit. Secara umum ada
beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung atau melalui
pengolahan sederhana dulu:
A. AIR DARI PDAM
Air dari PDAM
adalah yang termasuk bisa dikonsumsi secara langsung untuk kebutuhan
sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air PDAM yang akan diminum harus direbus
dahulu. Namun air PDAM ini kadang belum tersedia diberbagai tempat.
B. AIR HUJAN
Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di
udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori dan
mencemari air hujanseperti: gas (O2, CO2, N2,
dll), jasat renik, debu, kotoran burung, dll. Bagaiman mendapatkan air hujan,
caranya dengan menampung air hujan dari talang/genteng rumah kedalam bak
penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan pengotor dan pencemar yang berasal
dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal penampungan air hujan
15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi saringan dari
ijuk/kerikil/pasir. Sebelum diminum air harus dimasak dahulu
C. MATA AIR
Di daerah
pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air mata air berasal dari
air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul keluar tanah kembali
karena kondisi batuan geologis didalam tanah. Kondisi geologis mempengaruhi
kwalitas air mata air, pada umumnya kwalitasnya baik dan bisa digunakan untuk
keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum diminum.
D. AIR TANAH
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap
dan tertahan di dalam bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal
dan air tanah dalam. Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan
mengebor atau menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:
1. Sumur Gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
1. Sumur Gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
menggali dan menaikkan airnya dengan ditimba.
2. Sumur Pompa
Tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan airnya dengan
pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur Pompa
Listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan
airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.
E. AIR PERMUKAAN
Air permukaan seperti air sungai, air rawa,
air danau, air irigasi, air laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air
yang dapat dipakai sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu
pengolahan. Air permukaan sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh
bahan pengotor dan pencemar yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di
air permukaan. Karena sifatnya yang demikian maka sebelum diminum air permukaan
perlu diolah terlebih dahulu sampai benar-benar aman dan memenuhi syarat
sebagai air bersih atau air minum.
CARA PENGOLAHAN AIR PERMUKAAN
Prinsipnya terdiri dari
tahapan sebagai berikut: Penyaringan, Penggumpalan lumpur, netralisasi,
pemisahan endapan lumpur dan desinfeksi secara kimiawi dan mekanik. Bahan kimia
penggumpal lumpur: paket cairan PAC atau tawas. Bahan kimia penetral PH : paket
bubuk putih PAC atau kapur. Bahan kimia desinfektan : Kaporit atau Aquatabs. Proses
mekanik adalah pemindahan air baik secara grafitasi atau manual pada susunan
wadah/tandon/ember/drum untuk menunjang tahapan langkah-langkah pengolahan.
Langkah-Langkah Penjernihan Air dengan
Menggunakan PAC atau larutan Tawas sebagai berikut:
1. Pasang saringan benda-benda di atas penampungan
2. Tampung air dari sumber air baku permukaan sebanyak 100 liter
1. Pasang saringan benda-benda di atas penampungan
2. Tampung air dari sumber air baku permukaan sebanyak 100 liter
Kedalam wadah/tandon/ember/drum.
3. Gunakan cairan PAC atau Tawas 10 ml penggumpal lumpur
4. Gunakan bubuk putih PAC penetralisir PH
5. Tunggu lumpur mengendap
6. Pisahkan air dari endapan lumpur
7. Desinfeksi air jernih yang dihasilkan dengan kaporit atau aquatabs
8. Simpan air yang dihasilkan ini secara aman
Kadar Bahan:
3. Gunakan cairan PAC atau Tawas 10 ml penggumpal lumpur
4. Gunakan bubuk putih PAC penetralisir PH
5. Tunggu lumpur mengendap
6. Pisahkan air dari endapan lumpur
7. Desinfeksi air jernih yang dihasilkan dengan kaporit atau aquatabs
8. Simpan air yang dihasilkan ini secara aman
Kadar Bahan:
Cara membuat larutan tawas, siapkan 20 liter air dan campurkan
sejumlah tawas secukupnya, tergantung tingkat kekeruhan air bakunya. Sebaiknya
dicoba-caoba dulu berapa jumlah tawas yang baik untuk penggumpalan untuk
tingkat kekeruhan air baku tertentu.
Cara Desinfekten dengan Kaporit, untuk 100 liter air digunakan 72 mg (1/4 sendok teh) kaporit. Untuk 3000 liter air diperlukan 5 gram (1 sendok teh penuh) kaporit. Cara desinfeksi dengan Aquatabs, untuk 10 liter air digunakan 1 tablet aquatabs.
Cara Desinfekten dengan Kaporit, untuk 100 liter air digunakan 72 mg (1/4 sendok teh) kaporit. Untuk 3000 liter air diperlukan 5 gram (1 sendok teh penuh) kaporit. Cara desinfeksi dengan Aquatabs, untuk 10 liter air digunakan 1 tablet aquatabs.
Mengenal
Bahan Sebagai Desinfektan
Golongan"Aldehid"
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5%. Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol. Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat.
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5%. Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol. Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat.
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif
dibanding formaldehid, sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan
tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid
adalah 0,1 ml/m3 atau 0,1 mg/l.
Pada
prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang
luas, misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan,
peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus. Keunggulan
golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi,
dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa kerugiannya
antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk
formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan,
mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya
protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan.
Golongan Alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan
selain golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan
isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya
aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas
30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90%.
Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora
serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi
adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan
alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat
dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya
bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah
berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap.
Golongan Pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi
ke dalam dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah
hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium
perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh
mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air
berkonsentrasi 0,02%. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi
perlu 0,5 - 2 jam untuk membunuh virus.
Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada
spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai
sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil,
korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15%,
serta perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem
distribusi/transpor.
Golongan "Halogen"
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium
seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa
terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus
halogen terutama gugus klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida,
natrium klorit dan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi
dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan
konsentrasi 1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus,
tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan
ragi.
Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam
renang, lumpur air selokan. Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa
terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit terbiodegradasi, dan
mengiritasi mukosa.
Golongan "Fenol"
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah
banyak dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan
para kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam
rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan
konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora
tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif
dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi,
permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari
papan/kayu.
Adapun keunggulang dari golongan-golongan fenol dan fenol
terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap
beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah
terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif.
Golongan
Garam Amonium Kuarterner
Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara
lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu
sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi
0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan
lipovirus. terutama untuk desinfeksi peralatannya.
Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah
ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan
bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat
terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi
kurang efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan
terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan
sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.
Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini
diklaim efektif untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis
virus hidrofilik yang sangat susah untuk dimatikan dibandingkan virus
lipofilik.
Golongan "Biguanida"
Bahan kimia yang sudah digunakan dari golongan ini antara
lain klorheksidin. Klorheksidin terkenal karena sangat ampuh untuk antimikroba
terutama jenis bakteri gram positif dan beberapa jenis bakteri gram negatif.
Klorheksidin sangat efektif dalam proses desinfeksi Staphylococcus aureaus,
Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi kurang baik untuk membunuh
beberapa organisme gram negatif, spora, jamur terlebih virus serta sama sekali
tidak bisa membunuh Mycoplasma pulmonis.
Zat-Zat
Kimia Yang Digunakan
TAWAS
Tawas
merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling
ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya.
Jumlah
pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku.
Semakin
tinggi turbidity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang
dibutuhkan.
Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang
dikandung
oleh air baku tersebut. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Al2(SO4)3 → 2
Al+3 +
3(SO4)-2
Air akan mengalami :
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya :
2 Al+3 + 6OH- →
2Al(OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam :
3(SO4)-2 + 6H+ → 3H2SO4
Dengan demikian makin banyak
dosis tawas yang ditambahkan
maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan
asam sulfat
sehingga perlu dicari dosis
tawas yang efektif antara pH 5,8-7,4.
Apabila alkalinitas alami
dari air tidak seimbang dengan dosis
tawas perlu ditambahkan
alkalinitas, biasanya ditambahkan
larutan kapur (Ca(OH)2) atau
soda abu (Na2CO3).
Reaksi yang terjadi :
Al2(SO4)3 +
3Ca(HCO3)2 →
2Al(OH3)
+ 3CaSO4 +
6CO2
Al2(SO4)3 + 3Na2CO3 + 3H2O →
2Al(OH3)
+ 3Na2SO4 + 3CO2
Al2(SO4)3 +
3Ca(OH)2 →
2Al(OH3)
+ 3CaSO4
KAPUR
Pengaruh penambahan kapur
(Ca(OH)2 akan
menaikkan pH dan
Bereaksi dengan bikarbonat
membentuk endapan CaCO3. Bila kapur yang
ditambahkan
cukup banyak sehingga pH = 10,5 maka akan membentuk
endapan
Mg(OH)2.
Kelebihan ion Ca pada pH tinggi dapat diendapkan
dengan
penambahan soda abu. Reaksinya :
Ca(OH)2 +
Ca(HCO)3 →
2CaCO3 +
2H2O
2Ca(OH)2 +
Mg(HCO3)2 →
2CaCO3↓
+ Mg(OH)2↓
+ 2H2O
Ca(OH)2 + Na2CO3 →
CaCO3↓
+ 2NaOH
KLORIN
Klorin banyak digunakan
dalam pengolahan air bersih dan air limbah
Sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin
digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk
mengoksidasi
Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah
menjadi
Fe(III) dan Mn(III).
Yang
dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula
asam
hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin
seperti
monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2) termasuk di dalamnya.
Klorin dapat diperoleh dari
gas Cl2 atau
dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena
adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik aminoak di
dalam air dengan klorin. Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi
kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan
turunnya pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan
klorin dalam bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinity air tersebut
sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium hipoklorit akan menaikkan pH
dan kesadahan total air yang didesinfeksi.
Teknologi
pengolahan air
Teknologi pengolahan air, baik
terhadap air baku untuk bersih maupun terhadap air limbah, kini kian berkembang
pesat. Teknologi pengolahan dengan cara kimia pun, kini kian maju. kalau dulu,
salah satu cara kimia yang banyak dilakukan adalah menggunakan PAC, tawas, atau
kapurataupun bahan kimia lainnya; kini dengan rekayasa teknologi telah
diciptakan produk kimia yang spektakuler.
Produk kimia yang dapat diandalkan untuk
pengolahan air, yang diberi nama Newrita 8065 - coagulant. Selain teknologi
kimia, saat ini sudah banyak dikenal orang teknologi pengolahan air dengan
menggunakan membrane ( baik ultrafiltrasi maupun reverse osmosis).
Pengolahan air dapat digolongkan menjadi :
1. Pengolahan Fisik;
pengolahan air yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta mengurangi
zat-zat organik dalam air yang akan diolah.
2. Pengolahan Kimia;
proses pengolahan dengan penambahan bahan kimia tertentu dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas air. Penambahan bahan kimia tersebut berupa :
Koagulan, yang dibutuhkan pada
proses pengolahan air minum bertujuan untuk membentuk flok-flok dari
partikel-partikel tersuspensi dan koloid yang tidak terendap.
Bahan netralisir, pembubuhan alkali
dimaksudkan untuk menetralkan pH, karena pada umumnya pH akan turun setelah
pembubuhan koagulan yang bersifat asam. Pembubuhan alkali diperlukan bila air
baku yang diolah memiliki kadar alkalinitas rendah.
Desinfektan
merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh kuman
penyakit lainnya. Jenis desinfektan yang biasa digunakan adalah chlor atau
formaldehid. Jenis ini lebih efektif bila dicampur dengan air terutama dalam pembuatan
es. Untuk menjaga kualitas ikan penggunaan chlor sebanyak 0,05 % atau 0,5
gram/liter air sangat efektif.
Desinfektan, bertujuan untuk membunuh
bakteri pathogen yang masih terdapat dalam air yang sudah melalui tahap filter.
Desinfektan yang digunakan adalah substansi kimia yang merupakan oksidator kuat
seperti khlor dan kaporit.
DESINFEKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN SENYAWA KHLOR.
Pemakaian gas
khlor sebagai bahan desinfeksi untuk air minum perlu penanganan yang lebih
efektif mengingat daya reaktifitas dan toksisitasnya yang tinggi. Pemakaian gas
khlor masih perlu mendapat kajian yang lebih teliti dimana gas khlor dalam kinerjanya
akan menghasilkan zat sisa dan tidak efektif dalam kasus- kasus tertentu
misalnya:
1. Gas khlor
dapat menimbulkan rasa dan bau yang khas sehingga dapat mengurangi estetika dan
visual air, hal ini dapat diminimalisir dengan menggunakan karbon aktif.
2. Reaksinya
dengan zat organik (NH3) berlebih akan bereaksi membentuk ammonium
khlorida dan gas nitrogen, jika chlorine yang berlebih akan membentuk Nitrogen
khlorida yang bersifat explosive.
3. Sebagian
besar zat organik yang terdapat dalam berbagai jenis air adalah berupa zat
humus. Konsentrasi asam humus dan asam flufik kadang-kadang relatif besar. Zat
humus di dalam air menyebabkan warna kuning (warna sejati) yang dikenal dengan “air gambut” yang dapat dipulihkan
(dipudarkan) oleh oksidasi sebagian
Selain itu asam humus dan asam flufik mengandung grup Keto yang dapat
menyebabkan terbentuknya “haloform” setelah bereaksi
dengan klor/senyawa klor.
Dengan cara ini senyawa haloform seperti kloroform (CHCl3);
monobromodiklorometan (CHCl2Br); dibromomonoklorometan (CHClBr2)
dan bromoform (CHBr3) dengan kondisi tertentu dapat terbentuk,
sebagai produk samping klorinasi yang dikenal dengan “THMs (trihalomethanes)“, dimana senyawa ini
dikatagorikan “karsinogenik” (penyebab kanker).
Tri halometan merupakan produk samping desinfeksi. Klor terlarut/Hipoklorit
dapat bereaksi dengan zat organik (karbon organik, C – org.) dalam air yang
didesinfeksi dengan klor, sehingga menjadi senyawa organik terkhlorinasi,
seperti THM, chlorophenoles.
Oleh karena itu reaksi haloform tidak diinginkan terjadi.
Pembentukan haloform dipengaruhi oleh :
1. Konsentrasi zat-zat organik →
konsentrasi yang tinggi menaikkan kandungan haloform
2. pH → pH lebih tinggi, reaksi haloform
lebih baik.
3. Dosis klor → lebih tinggi menyebabkan
kemungkinan haloform terbentuk lebih besar.
4. Reaksinya
dengan air yang mengandung warna tinggi (Tannin dan Lignin) akan membentuk
senyawa klorolignin sangat sulit didegradasi karena mengandung senyawa organik
terklorinasi dengan berat molekul yang tinggi, dimana pada badan air penerima
dapat terurai menjadi senyawa klorolignin dengan berat molekul lebih rendah
yang bersifat lebih toksik, mutagenik dan karsinogenik
5. Gas klor
tidak efektif dalam membunuh protozoa Cryptosporidium-c.
Mikroba dari grup protozoa ini mampu membentuk spora di usus halus manusia lalu
menghalangi penyerapan air sehingga penderitanya menjadi haus terus. Mikroba
ini tahan dalam air mendidih lebih dari sepuluh menit tetapi parasit ini dapat
mati oleh ozon. (Kasus terjadi di sebuah kota San Paolo yang air ledengnya
diambil dari Danau Chavez yang tercemar berat. Ribuan orang lantas sakit dan ratusan tewas).
6. Gas khlor
tidak efektif dalam membunuh virus Hepatitis A meskipun bakteri mati oleh
desinfektan ini. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 1-2 bulan setelah
terkena infeksi yang ditandai dengan demam yang disertai rasa mual dan muntah.
Hati penderita menjadi bengkak, bola mata pun menjadi kuning. Warna kuning ini
bisa menjalar ke permukaan kulit. Tubuh akan melemah, menjadi kurus dan perut
membuncit. (Kasus di
sungai Jamuna, India).
7.
Air olahan dengan kadar sisa khlor 0.5 – 1.5 ppm tidak cocok digunakan
dalam hal – hal tertentu bahkan tidak dianjurkan.
8.
Untuk menjaga kualitas air perpipaan, keberadaan sisa khlor sangat diperlukan
dalam suatu sistem jaringan distribusi karena dapat mengurangi risiko tumbuhnya
mikroba dan terjadinya kontaminasi. Sisa khlor pada sistem jaringan
distribusi harus dijaga pada konsentrasi 0,2-0,5 mg/lt. Pengaruh jarak
pengaliran air minum terhadap sisa khlor dan angka MPN Coliform air minum
sangat berpengaruh. Dalam penelitian di PDAM Buntok, Kalimantan Tengah, dengan
observasional analitik yang dilakukan secara cross
sectional dengan variabel bebas jarak pengaliran dan variabel
terikat angka MPN Coliform serta nilai sisa khlor. Sampel penelitian diambil
secara acak pada pelanggan PDAM Buntok. Pengaruh jarak pengaliran terhadap sisa
khlor dan angka MPN Coliform, masing-masing dianalisis dengan uji stastistik
regresi linier. Kadar
sisa khlor pada PDAM Buntok adalah 1,0 mg/lt dengan angka MPN Coliform nol.
Pada jarak 2 Km, sisa khlor sebesar 0,5 mg/lt dengan angka MPN Coliform nol.
Pada jarak 4 km, sisa khlor sebesar 0,3 mg/lt dengan angka MPN Coliform nol.
Pada jarak 6 km, sisa khlor sebesar 0,1 mg/lt dengan angka MPN Coliform sebesar
7,8 per 100 ml air. Sementara itu pada jarak 8 km sisa khlor dengan MPN
Coliform sebesar 55,6 per100 ml air dan pada jarak 10 km sisa khlor nol dengan
angka MPN Coliform sebesar 133,8 per 100 ml air. Pada jarak pengaliran terhadap
MPN Coliform dengan uji regresi linier ap<0,01 dan terhadap sisa khlor uji
regresi linier p<0,01. Disimpulkan
bahwa faktor jarak pengaliran air minum berkorelasi terhadap angka MPN Coliform
semakin meningkat, namun sebaliknya dengan sisa khlor semakin berkurang. Untuk
itu perlu diadakan pos
khlorinasi pada jarak tertentu, untuk menjaga sisa khlor pada jaringan
distribusi.
9. Frekuensi
pemakaian desinfektan alternatif gas klor yaitu kaporit maupun sodium
hipochlorit harus diatur sedemikian rupa supaya tidak lebih dari batas “kadaluarsa”. Apabila
larutan disimpan terlalu lama, umumnya kadar khlornya berkurang antara 2 – 4%
per bulan pada temperatur kamar . Penyimpanan yang terlalu lama pada bahan
kimia cair terutama kaporit juga akan mengurangi gugus aktif khlor sehingga
daya desinfeksi berkurang.
Temperatur
(oC)
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
35
|
Kehilangan kadar klor aktif (g/L ) per hari
|
0,1
|
0,4
|
1,1
|
2,0
|
3,2
|
5,6
|
Tabel. Angka Penurunan Efisiensi Natrium
hipoklorit berdasarkan Perbedaan Suhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar