PERUBAHAN FISIK PADA MASA TUA
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada
perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran,
perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya
kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap
kondisi psikologis.
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa
penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode periode usia
sebelumnya. Kita akan mencatat rentetan perubahan perubahan dalam penurunan
fisik yang terkait dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya perkembangan
perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan yang mencatat bahwa kekuatan
tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh kadangkala dapat
diperbaiki.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada
periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu:
- Perubahan
fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh.
- Pertumbuhan
dan reproduksi sel-sel menurun.
- Penurunan
Dorongan Seks.
Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi
perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Sistem
pernafasan pada lansia.
Kapasitas
pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun
tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan
diafragma melemah. Meskipun begitu berita baiknya adalah bahwa orang dewasa
lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan latihan memperkuat
diafragma.
b. Perubahan
Sistem persyarafan.
1) Cepatnya
menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat
dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya
syaraf panca indera.
4) Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
5) Otak dan sistem syaraf. Aspek
yang signifikan dari proses penuaan mungkin adalah bahwa neuron neuron itu
tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian otak dapat cepat sembuh dan
memperbaiki kemampuannya, hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya
untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.
6) Perkembangan Sensori.
Perubahan sensori fisik masa dewasa
akhir melibatkan indera penglihatan,pendengaran, perasa, pembau, dan indera
peraba. Pada masa dewasa akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai
dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap
lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang rang lanjut usia membutuhkan
waktu lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar dari
ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap.
c. Perubahan
panca indera yang terjadi pada lansia.
Ciri
– ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva berkurang
mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah
mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama
rasa manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan dengan
demikian asupan gizi juga akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70
tahun. Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami
penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
d. Perubahan
cardiovaskuler pada usia lanjut.
Tidak
lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan
seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.
Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah
darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa.
Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat
menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun.
e. Sistem genito
urinaria.
1) Ginjal,
Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50
%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun
proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika
urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran
prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi
vulva.
5) Vagina,
Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
6) Daya
sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem
endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi
hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi
paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary,
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya
aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat, dll.
g. Perubahan
sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan
gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera
pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama
rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus
melebar,dll.
h. Perubahan
sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan
sistem reprduksi.
a) selaput lendir
vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium
dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat
memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex
menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan
sexual.
Pada masa usia lanjut khususnya pada wanita salah satu
ciri perubahannya yaitu mengalami fase menopause. Akibat berhentinya haid,
berbagai organ reproduksi akan mengalami perubahan. Rahim mengalami antropi
(keadaan kemunduran gizi jaringan), panjangnya menyusut, dan dindingnya
menipis. Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi sedikit dan lebih banyak
mengandung jaringan fibriotik (sifat berserabut secara berlebihan). Leher rahim
(serviks) menyusut tidak menonjol kedalam vagina bahkan lama-lama akan merata
dengan dinding vagina, dsb.
1) Hot flushes (perasaan panas)
Adalah rasa panas yang luar biasa
pada wajah dan tubuh bagian atas (seperti leher dan dada). Dengan perabaan
tangan akan terasa adanya peningkatan suhu pada daerah tersebut. Gejolak panas
terjadi karena jaringan-jaringan yang sensitif atau yang bergantung pada
esterogen akan terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun. Pancaran panas
diperkirakan merupakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur temperatur tubuh.
2) Keringat Berlebihan
Cara bekerjanya secara persis tidak
diketahui, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang
mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara
yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai
menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain itu,
dalam kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan vagina menjadi lebih tipis
dan berkurang kelembabannya seiring dengan kadar estrogen yang menurun. Gejala
lain yang dialami wanita adalah berkeringat dimalam hari.
3) Vagina Kering
Perubahan pada organ reproduksi,
diantaranya pada daerah vagina sehingga dapat menimbulkan rasa sakit pada saat
berhubungan intim. Selain itu, akibat berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan
gangguan pada epitel vagina, jaringan penunjang, dan elastisitas dinding
vagina. Padahal, epitel vagina mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat
membantu mengurangi rasa sakit dalam berhubungan seksual.
4) Tidak dapat menahan air seni
Ketika usia bertambah, air seni
sering tidak dapat ditahan pada saat bersin dan batuk. Hal ini akibat estrogen
yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah inkonsitensia urin (tidak
dapat mengendalikan fungsi kandung kemih). Perlu diketahui, dinding serta
lapisan otot polos uretra perempuan juga mengandung banyak reseptor estrogen.
Kekurangan estrogen menyebabkan terjadinya gangguan penutupan uretra dan
perubahan pola aliran urin menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada
saluran kemih bagian bawah.
5) Hilangnya jaringan penunjang
Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh
berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang
pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut
terbelah-belah, rontok, gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku
rusak, serta timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian.
6) Penambahan berat badan
7) Gangguan mata
8) Nyeri tulang dan sendi
i. Perubahan otot
Penurunan berat badan sebagai akibat
hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh
bertambah pada usia 40 tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan
Lean Body Mass ( otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot
berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang
sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena terjadi
atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak tubuh. Perubahan
metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol total dan
trigliserida.
Ciri – ciri perubahan fisik masa usia lanjut akan
berpengaruh juga pada kondisi kesehatannya, seperti berikut :
· Keadaan
tubuh: Kadar lemak dalam tubuh meningkat akibat penurunan
aktivitas fisik dan kurang makanan berserat. Daya motorik otot menurun membuat
orang sulit bergerak. Jumlah air di dalam tubuh berkurang. Massa tulangpun
menurun karena kondisi tulang mulai rapuh, sementara pertumbuhan tulang sudah
berhenti.
· Pencernaan: Gangguan
pada gigi dan perubahan bentuk rahang mengakibatkan sulitnya mengunyah makanan.
Daya penciuman dan perasa menurun, hal ini menyebabkan turunnya selera makan
yang berakibat kekurangan gizi. Menurunnya produksi asam lambung dan enzim
pencernaan, mempengaruhi penyerapan vitamin dan zat-zat lain pada usus.
Penurunan perkembangan lapisan otot pada usus, melemahkan dinding usus, dan
menurunkan daya cerna usus. Fungsi hati yang memproses racun, seperti
obat-obatan dan alkohol pun melemah.
· Kekebalan
tubuh: Akibat berkurangnya kemampuan tubuh memproduksi antibodi
pada masa lansia, sistim kekebalan tubuhpun menurun. Hal ini membuat lansia
rentan terhadap berbagai macam penyakit.
· Jantung: Daya
pompa jantung menurun karena elastisitas pembuluh arteri melemah, semua ini
akibat perubahan kolagen dan elastin dalam dinding arteri.
· Pernafasan: Fungsi
paru-paru menurun akibat berkurangnya elastisitas serabut otot yang
mempertahankan pipa kecil dalam paru-paru tetap terbuka. Penurunan fungsi ini
akan lebih berat jika orang bersangkutan memiliki kebiasaan merokok dan kurang
berolahraga.
· Otak
dan syaraf. Menurunnya kemampuan fungsi otak melemahkan daya
ingat. Akibatnya, orang lansia suka sering lupa makan atau minum obat, yang
pada akhirnya akan menimbulkan penyakit, dll
PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA
MASA TUA
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak
sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun
beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan
jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Faktor
psikologis yang menyertai lansia antara lain :
- Rasa tabu
atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
- Sikap
keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya.
- Kelelahan
atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
- Pasangan
hidup telah meninggal.
- Disfungsi
seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c. Perubahan Aspek Psikososial
Pada
umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan
adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
- Tipe
Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
- Tipe
Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
- Tipe
Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan
hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
- Tipe
Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
- Tipe
Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang
lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada
umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,
status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya.
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat
berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan
masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena
jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang
lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
PENYESUAIAN
DIRI PADA MASA TUA (ADJUSTMENT)
Yang dimaksud dengan
penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut
untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan – perubahan fisik,
maupun sosial – psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
Penyesuaian diri lanjut
usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi emosionalnya dapat
dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang berkembang baik
berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang
tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami
pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun
untuk memiliki pikiran yang jernih. Ohman & Soares (1998) melakukan
penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem
kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang
relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi.
Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal
tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan
bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut.
Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami
oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut
bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental
terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori,
inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
PENYESUAIAN TERHADAP
KARIER(PEKERJAAN)
Pria lanjut usia biasanya
lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis daripada pekerjaan yang
bersifat dinamis dan menantang. Dampak yang mereka peroleh adalah pekerjaan
yang memberi kepuasan pada dirinya walaupun pekerjaan itu jelas berbeda dengan
pekerjaan orang yang lebih muda atau pekerjaan pada masa mudanya. Bahkan mereka
mengetahui bahwa sebentar lagi akan pensiun, atau bagi yang sudah pensiun akan
berhenti bekerja, sehingga apa yang dilakukan tidak mempengaruhi sikap mereka
terhadap pekerjaannya jika mereka memang menikmati apa yang mereka kerjakan.
a. Sikap
Pada masa lanjut usia,
yang juga terjadi pada tingkat usia lain selama rentang hidup masa dewasa,
orang mempunyai alasan yang berbeda terhadap pekerjaan yang diinginkan, seperti
yang diungkapkan oleh Havighurst Hurlock(1992:414), bahwa sikap terhadap kerja merupakan
dasar terhadap pekerjaan yang diinginkan.
b. Kesempatan Kerja
Selama usia madya
kesempatan bekerja berkurang dengan cepat. Pada usia madya sangat sulit bahkan
sering tidak mungkin memperoleh pekerjaan baru. Bagi lansia yang masih mendapat
pekerjaan tentu sangat beruntung, hanya saja jenis pekerjaan yang diperoleh
umumnya lebih banyak bersifat monoton, pekerjaan yang statis dan kurang
berkembang dan mungkin juga tidak sesuai dengan tingkat kemampuan dan latihan
yang pernah diterima. Hal itu mengakibatkan mereka merasa tidak puas. Secara
relatif, hanya ada beberapa pekerjaan yang terbuka bagi orang lanjut usia yang
berketrampilan tinggi atau jenis pekerjaan yang memerlukan tanggung jawab
tinggi atau juga pekerjaan profesional yang sangat diperlukan di masyarakat.
Dalam dunia usaha dan industri hanya pekerjaan yang ringan dan menyenangkan
saja yang tersedia bagi pekerja lanjut usia.
c. kinerja
Penelitian tentang
pekerja lanjut usia menekankan pada kualitas kerja yang menyumbang keberhasilan
mereka dalam kerja. Pekerja lanjut usia, misalnya karena mereka banyak memiliki
pengalaman, cenderung bekerja dengan gerak yang lamban daripada pekerja muda yang
kurang berpengalaman. Kelebihan ini dapat menutupi kelemahan mereka dalam
bekerja. Pertambahan beban masalah yang berhubungan dengan kehidupan pribadinya
juga berkurang daripada pekerja muda yang keinginannya biasanya lebih
dipusatkan pada cinta keluarga, sementara bagi lansia yang penting adalah rasa
aman untuk bekerja dan tidak dikejar-kejar waktu, sehingga dapat bekerja dengan
tenang.
PENYESUAIAN DIRI DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL
A.
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia
memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada
mendengarkan pendapat orang lain. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan
peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala
hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
B.
Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia
membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C.
Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi
sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut
usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak
pada lansia juga mempengaruhi baik
PENYESUAIAN DIRI TERHADAP
KELUARGA
A.
Perubahan kehidupan keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang
memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain :
kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat
tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika
antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia
tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik
pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung
pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal
keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau
tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan
tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang
akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.
4. HUBUNGAN SOSIO-EMOSIONAL
LANSIA
Keberadaan lingkungan
keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi
positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya
jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang
hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif
bagi kelangsungan hidup lansia.
Menurut teori aktivitas (activity
theory), semakin orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil
kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemngkinan mereka merasa
puas dengan kehidupannya. Dalam hal ini penting bagi para dewasa lanjut untuk
menemukan peran-peran pengganti untuk tetap menjaga keaktifan mereka dan
keterlibatan mereka didalam aktivitas kemasyarakatan. Dengan adanya aktivitas
pengganti ini maka dapat menghindari individu dari perasaan tidak berguna,
tersisihkan, yang membuat mereka menarik diri dari lingkungan.
Dalam teori rekonstruksi
gangguan sosial (social breakdown-reconstruction theory) (Kuypers &
Bengston, 1973) menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis
negative yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari
orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.
Rekonstruksial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari
orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka.
Ketersediaan layanan bagi dewasa lanjut dapat mengubah pandangan mereka
mengeanai lingkungan sosialnya. Mereka akan tetap mampu untuk berperan aktif
dengan layanan yang ada dan juga mereka akan mengubah pandangan dunia sosial
yang negatif dan meniadakan pemberian label sebagai seseorang yang tidak mampu
(incompetent). Dorongan untuk berpartisipasi aktif orang-orang dewasa
lajut di masyarakat dapat meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan positif
mereka terhadap dirinya sendiri.
GANGGUAN
PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
c. Gangguan Sensorik dan kognitif
d. Gangguan Kesadaran
e. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang
berhubungan dengan gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada
gangguan kognitif, gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan konversi dan
gangguan kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang
tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara: Apakah penderita
mengenali namanya
sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.
f. Gangguan Daya ingat
g. Gangguan Fungsi intelektual
Didalam buku “Psikologi
Agama” yang ditulis oleh Bambang Syamsul Arifin, mengatakan bahwa
manusia dari masa ke masa selalu bergerak melakukan kegiatan untuk meraih
harapan kesempurnaan dalam hidup dan terhindar dari kekawatiran mereka, hal
demikian tentu juga masih dirasakan oleh golongan orang-orang lanjut usia.